BSS -18

93 22 0
                                    

Assalamualaikum...





Selamat membaca
°°°°

"Astagfirullahalazim!!"

Zira menjauhkan tubuhnya beberapa senti ketika ia merasakan telapak tangannya hampir menyentuh area inti Mirza. Kejadian tanpa kesengajaan itu terjadi beberapa menit yang lalu.

Awalnya Zira baru saja melangkah keluar dari asrama, namun jilbabnya tersangkut digagang pintu membuat ia berdiri diambang pintu dan saat Mirza berlari dari samping, ia tak melihat bahwa ada seseorang yang berdiri disana. Alhasil keduanya bertabrakan.

Mirza terjatuh kebawah, dan karenanya, Zira pun ikut terjatuh akibat tangan Mirza menjadikan jilbab besarnya sebagai pegangan agar tidak jatuh. Tetapi nihil, keduanya sama-sama ambruk kebawah.

Zira malu dengan kejadian itu sedangkan tidak dengan Mirza. Pria itu malah tersenyum dengan wajah polosnya.

"Untuk gak bangun, kalau itu terjadi, lo harus tanggung jawab!"

Deg!

Perkataan Mirza yang sedikit vlugar membuat wajah Zira memerah, untung saja dia pakai cadar, jadi aman tak kelihatan. Sungguh Zira sangat malu.

Gadis itu memperhatikan keadaan sekitarnya, tak ada orang. Bahkan didalam asrama pun tidak ada siapapun.

"Ini asrama perempuan, tidak seharusnya kamu berada disini," ucap Zira tanpa melihat wajah lawan bicaranya.

"Kalau ada yang melihat mu disini, bagaimana? Lebih baik kamu segera pergi sebelum kita mendapat fitnah!"

"Dan juga tidak seharusnya kamu---" Ucapannya sontak terpotong saat merasa wajah Mirza sangat dekat dengan wajahnya.

Tatapan mata mereka bertemu, jantungnya berdegup, lantas segera saja Zira memalingkan pandangannya.

"Lo bicara sama gue?" Tanyanya membuat Zira kembali menatap.

"Kalau bicara, madep ke gue. Lo kayak gak liat wujud gue disini." Ia berdecak setelah berkata demikian.

Sesaat kemudian hanya ada keheningan diantara mereka. Zira terus menundukkan pandangannya dan sesekali menoleh, menatap pria itu.

"Lo mau nanya sesuatu?" Seakan mengetahui isi pikirannya, Mirza membuka suara terlebih dahulu.

"Ini waktu masuk Shalat Zuhur. Kamu gak shalat?" tanya Zira.

"Enggak!" jawabnya membuat Zira beristighfar.

"Lo juga, kenapa gak shalat?"

"Ada saat alasan dimana seorang wanita tidak diperbolehkan melaksanakan shalat!"

Alis Mirza bekerut menandakan ia tak mengerti ucapan Zira barusan. Tetapi, karena pikirannya yang sedikit sensitif, akhirnya ia mengetahui maksud tersebut.

"Oh, rupanya halangan..." gumannya.

Seperkian detik kemudian Mirza kembali memikirkan sesuatu. Alisnya bertautan lalu menatap Zira lebih dalam.

"Kalau lo lagi halangan, berarti bisa dong gue pegang tangan lo. Kan lagi gak suci!"

Deg!

°°°°°
°°°°°

"Pico! Lo datang bulan?"

Pria bernama Pico lantas membalikkan badannya serta melotot pada Radit yang berucap barusan. Ia memeriksa celana yang ia kenakan terdapat noda merah dibagian belakang, pantatnya.

"Pic---"

"Sekate-kate lo kalau ngomong. Gue cowok! Mana ada gue halangan, bangsat lo!"

"Ya trus, itu apa?"

Bukan Sekedar Santri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang