32. di culik

27 1 0
                                    


"Nih tahan pake tissue" ucap nya menyodorkan tissue tersebut, Reii menerimanya dan langsung menutup hidungnya agar darahnya tak lagi mengalir dri hidungnya.

"Kita ke RS sekarang ya" ucap Izana.

"Enggak g usah gua gkpp kok" tolak Reii.

"G usah gimana Lo sampe mimisan gtu!! Gua gmau Lo kenapa Napa! Kita ke RS sekarang!" Ucap Izana lalu mengangkat tubuh adeknya dan membawanya keluar kamar.

"Kak, turunin gua" ucap Reii berusaha memberontak namun sia-sia tenaganya juga sudah habis untuk melawan Izana.

"Kaaakk!! Turunin gua, gua gkpp" ucap Reii, namun Izana tak memperdulikan ocehannya dia tetap membawa tubuh Reii turun dari tangga dan keluar rumah menuju mobil dan membawanya ke RS.


*...*


"Tumor di kepala kamu semakin menyebar sebaiknya kita segera melakukan operasi agar tumor itu cepat hilang" tutur dokter itu membuat Izana terkejut mendengarnya dan menatap Reii dengan matanya yg membulat.

"Tumor dok?" Tnya Izana memastikan.

"Iya, dan sekarang tumor itu sudah memasuki stadium 2 jadi harus segera di ambil tindakan cepat" jawab dokter.

"Baik dok" ucap Izana lalu menarik tangan Reii keluar dri ruang dokter trsebut.

"Kak sakit... Lepasin tangan gua kak!" Ucap Reii merintih kesakitan karna Izana megenggam tangan Reii dengan sangat kuat, namun Izana tak menghiraukannya dia tetap menarik tangan Reii berjalan menuju parkiran RS itu.

"Kak sakit" ucap Reii menahan tangis, Izana menghempas tangan Reii kasar membuat tubuh Reii terbentur tembok di sampingnya, Izana memutar tubuhnya menghadap Reii.

"Kenapa? Kenapa Lo g Jjur sama gua soal penyakit Lo?!!" Bentak Izana menatap Reii yg mencoba menahan air matanya agar tak jatuh, namun isakan itu terdengar di telinga Izana.

"Kenapa Reii?" Tanya Izana menurunkan nada bicaranya.

"Maaf kak" jawab Reii lirih tak dapat lagi menahan air matanya.

"Penyakit Lo ini bahaya Reina... Kenapa Lo sembunyiin dari kita semua?" Tanya Izana.

"Kenapa?" Ucapnya dengan lirih.

"Gua gmau buat Lo khawatir kak" jawab Reii pelan, Izana memukul keras tembok di belakang Reii membuat Reii memalingkan wajahnya karna ketakutan.

Izana mencoba menahan amarahnya dia menatap Reii yg ketakutan dia menarik Reii masuk ke kepelukannya, Izana memeluk Reii erat.

"Maafin gua kak" ucap Reii lirih, Izana mengusap punggung Reii, tak lama Reii melepas pelukannya dan menatap mata Izana.

"Gua mnta tolong sama Lo, rahasiain ini dari papah" pinta Reii, Izana mengerutkan keningnya.

"Papah harus tau, Lo Gbisa sebunyiin ini terus! Mau smpe kapan? Lo harus segera di operasi! Biar Lo cpt sembuh" jawab Izana tak setuju dengan ucapan Reii, Reii kembali memeluk Izana.

"Gua mohon kak... Gua gmau papah khawatir sama gua" ucap nya diiringi isakan tangis.
Izana menutup matanya, menarik nafas panjang lalu meluapkan emosinya dengan memukul keras tembok di belakang Reii.




Love a Criminal [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang