Part 2

2 0 0
                                    

Axton yang saat itu masih berstatus pangeran dan hugo sang pengawal pribadi sedang berjalan-jalan di tengah hutan, sekedar menghabiskan waktu. Axton berhenti di dekat sebuah danau yang memiliki air sangat jernih hingga beberapa tanaman di bawahnya terlihat. Axton dan Hugo beristiraha sejenak di tepi danau di temani kicauan burung. Mereka mendengar suara gemerisik dari semak-semak yang membuat mereka langsung siaga, jika saja itu adalah musuh atau binatang buas.

Namun, ternyata seorang wanita berjalan tertatih-tatih dari balik semak belukar. Kakinya penuh dengan luka menandakan dia sudah berjalan sangat jauh tanpa alas kaki. Gaun satin berwarna putihnya ternoda beberapa bercak darah. Wajahnya yang kotor, tetapi tidak menutupi kecantikannya. Gadis itu terlihat sudah tidak memiliki tenaga, saat dia melihat Axton dan Hugo, terlihat ekspresi pasrah tercetak di wajahnya. Dia langsung berlutut di rerumputan.

"Tuan, tolong biarkan saya pergi. Saya tidak bisa mengambulkan permintaan, Tuan," ucapnya lemah, Axton dan Hugo saling berpandangan dengan bingung.

Gadis itu adalah Alesha, salah satu keturunan penyihir putih. Dia bukan penyihir putih murni, dalam darahnya ada darah manusia dari sang ayah. Dia kabur dari desanya setelah klannya diserang oleh Klan Vampire-Wolf yang meminta mereka menyerang kerajaan vampire, tetapi ditolak yang berakhir para penyihir putih di serang. Meskipun kekuatan mereka besar, tetapi itu semua di bayar dengan nyawa mereka juga.

Axton mendekati Alesha, dia dapat melihat kecantikan Alesha yang tertutup oleh noda tanah. Hugo masih dengan posisi siap jika saja gadis itu adalah jebakan musuh. Axton membantu Alesha berdiri lalu menatap mata gadis itu mencari kebohongan, tetapi semua hanya tentang tatapan pasrah dan kejujuran.

"Apa yang terjadi denganmu? Tenang saja kami tidak akan menyakitimu jika kamu tidak menyakiti kami," ucap Axton lembut tetapi berwibawa.

"Apakah saya bisa mempercayai anda, Tuan?" Axton mengangguk, gadis itu terlihat tersenyum tenang.

Axton membantu gadis itu duduk di bawah pohon tepi danau. "Desa saya diserang oleh Klan Vampire-Wolf, saya seorang...." Gadis itu ragu untuk melanjutkan ucapannya dia terlihat takut mengedarkan pandangannya ke sekeliling hutan. Axton menangkap gelagat Alesha.

"Ada apa?"

"Tuan, apa anda percaya saya? Saya bisa menceritakan siapa saya, tapi tidak di sini." Axton berpikir, dia menatap Alesha dalam, lalu tersenyum paham.

Axton mempercayai Alesha dengan hanya pandangannya, karena salah satu kekuatan Axton adalah membaca ekspresi orang lain apakah dia jujur atau berbohong hanya dengan menatap matanya.

"Kamu, ikut saya!" Axton menggendong Alesha di punggungnya lalu berlari sangat kencang bagaikan angina. Hugo mengikuti tuannya tanpa ragu, dia percaya tuannya tidak akan mengambil tindakan membawa gadis itu jika dia tidak percaya.

***

Mereka bertiga sampai di istana dengan cepat, ini adalah keuntungan menjadi vampire memiliki kecapatan yang luar biasa. Alesha kaget di bawah ke sebuah istana, dia tahu tempat ini, Keranjaan Vecna. Alesha tidak menyangka jika yang dia temui adalah keluarga Kerajaan Vecna. Axton memanggil salah satu pelayan untuk mengantarkan Alesha mengganti baju dan mandi.

"Pelayan, bawa gadis ini, siapkan pakaian untuknya dan bantu dia membersihka diri. Setelah itu bawa dia bertemu saya di ruang baca."

"Baik, Tuan. Mari, Nona ikut saya." Alesha mengikuti pelayan dengan ragu, sempat dia melirik Axton yang menatapnya.

Setelah Alesha pergi dengan pelayan, Axton diikuti Hugo menuju ruang baca. Di ruang baca Axton berpikir, lalu memerintahkan Hugo.

"Hugo, cari tahu penyerangan beberapa hari ini, dari mana? dan kepada siapa?" perintah Axton.

Red BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang