Part 3

3 0 0
                                    

Kerajaan Vecna sedang terguncang setelah kematian Raja Axton dan Ratu Alesha. Para tetua kerajaan terbagi menjadi dua kubu. Satu kubu mendukung Pangeran Atley menjadi raja selanjutnya, karena kepintaran dan sepak terjangnya selama menjadi seorang pangeran. Satu kubu lagi menentang dengan alasan darah yang mengalir di tubuh Atley ada darah manusia. Seorang raja harus memiliki darah vampire murni dengan karena harus memiliki umur yang abadi dan kekebalan. Sementara, Atley hanya memiliki kekuatan seorang vampire, kecepatan super dan kepintaran di atas manusia normal, tetapi tidak memiliki hidup abadi. Hugo yang menjadi salah satu dari para tetua yang hadir memberikan saran yang cukup gila, tetapi berguna.

"Bagaimana dengan meminum darah penyihir merah. Bukannya darah mereka berkhasiat mendapatkan umur yang abadi layaknya vampire murni?" Para Tetua kaget dengan usul Hugo. Penyihir merah memang memiliki darah yang berkhasiat memberi umur panjang, tetapi mereka juga terkenal keras kepala dan sulit dibujuk.

"Tapi apakah mereka, mau. Itu sangat bagus jika mereka bersedia membantu kita," ucap Harold, adik dari Raja Axton.

Harold sendiri tidak pernah meragukan kemampuan keponakannya untuk memimpin, tetapi itu sudah syarat. Harold saat ini menjadi raja di kerajaan asal istrinya, Kerajaan Miarva. Harold tahu keponakannya mampu, dan jika pun tidak mampu dia akan membantunya agar mampu.

Saran Hugo disetujui oleh para tetua, dengan syarat Atley sendiri yang harus pergi meminta bantuan penyihir merah. Ini juga sebagai bahan ujian untuk Atley agar lebih terlihat bahwa dia siap memimpin Vecna.

***

Hugo menemui Atley yang sedang berada di kamarnya. Atley tahu saat ini sedang diadakan rapat untuk penerus raja selanjutnya, dia juga tahu kalau beberapa orang akan menentang dirinya menjadi raja di karenakan darah yang mengalir di tubuhnya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu menyadarkan Atley dari lamunanya di belakang jendela kaca setinggi ruangan. Atley memberi ijin orang tersebut masuk yang ternyata adalah Hugo. Atley mempersilahkan orang kepercayaan ayahnya itu duduk di seofa dalam kamarnya.

"Ada apa, Paman?" tanya Atley.

"Maaf, Pangeran. Setelah tadi saya dan para tetua rapat, kami memiliki rencana untuk menemui penyihir merah untuk meminta darahnya, agar Pangeran bisa mendapatkan hidup abadi. Itu syarat yang diajukan para tetua." Atley terlihat berpikir, lalu mengangguk mengerti.

"Kalau begitu, saya akan menemui penyihir merah sendiri, Paman." Hugo tersenyum bangga mendengar penuturan Atley. Padahal dia belum membicarakan jika para tetua ingin Atley sendiri yang pergi, tetapi Atley sudah berinisiatif untuk melakukannya sendiri. Hugo semakin yakin jika Pangerannya ini sudah pantas menjadi raja.

"Baik, Pangeran. Biarkan Gion beserta beberapa pengawal menemani anda," ucap Hugo. Meskipun Atley akan bernegosiasi sendiri dengan penyihir merah, Hugo todak bisa membiarkan satu-satunya penerus kerajaan pergi sendiri ke tempat yang kita tidak tahu behaya apa yang akan ada di perjalanan. Gion sendiri adalah anak dari Hugo sekaligus pengawal pribadi Atley, sejak Atley berumur delapan belas tahun. Atley dan Gion memiliki selisih umur tiga tahun.

***

Keesokan paginya Atley, Gion dan beberapa pengawal berangkat ke desa Renee, tempat asal dari penyihir merah. Untuk sampai ke desa itu memerlukan waktu seharian penuh melewati hutan dan sungai. Namun, bagi seorang vampire yang memiliki kecepatan luar biasa, mereka hanya membutuhkan waktu setengah hari.

Saat siang mereka sudah sampai di pintu masuk desa Renee, salah satu penjaga desa menghampiri mereka.

"Ada perlu apa Tuan ke sini?" tanya penjaga tersebut.

"Saya Atley dari Kerajaan Vecna ingin menemui ketua penyihir merah." Mendengar nama salah satu pangeran dari kerajaan Klan Vampire penjaga itu memberi hormat. Gion dan pengawal lain hanya diam, mereka hanya di tugaskan untuk menemani Atley. Segala bentuk percakapan dan negosiasi akan dilakukan Atley sendiri.

"Mohon tunggu sebentar, Pangeran. Saya harus memberitahukan kedatangan ini ke ketua." Atley mengangguk mempersilahkan.

Tidak lama penjaga itu kembali membawa sebuah kabar. "Maaf, Pangeran, sudah membuat anda mengunggu lama. Silahkan ikut saya." Atley, Gion dan sebagian pengawal kerajaan mengikuti penjaga itu, sedangkan pengawal lainnya menunggu di pintu masuk desa. Mereka di bawa ke sebuah bangun yang terbuat dari kayu, tetapi terlihat lebih besar dari rumah lainnya yang juga terbuah dari kayu. Atapnya terbuat dari jerami. Terdapat pohon besar tepat di samping rumah yang melindunginya dari terpaan sinar matahari.

Saat Atley masuk ke rumah itu, seorang wanita tua menyambutnya. Wanita itu menggunakan dress panjang berwarna merah, rambutnya yang sudah memutih seluruhnya di cepol. Kebanyakan penyihir memang dari kalangan wanita. Wanita itu tersenyum ramah mepersilahkan Atley dan Gion duduk di kursi yang terbuat dari rotan. Terdapat meja yang juga terbuat dari rotan di depannya.

"Ada apa Pangeran sampai berkunjung ke desa ini. Saya rasa tidak sekedar mampir?" ucap Mia –sang penyihir merah-. Mia adalah ketua penyihir merah dan merupakan menyihir merah tertua yang hidup.

"Betul sekali, saya ke sini ingin meminta bantuan nyonya."

"Panggil saja saya Mia. Bantuan seperti apa yang Pangeran inginkan?"

"Saya menginginkan darah penyihir merah untuk saya." Tidak ada nada gugup dari ucapan Atley, semuanya dia utarakan dengan pasti dan tak gentar, tatapannya pun lurus menatap Mia.

Mia tersenyum, dia memang mendengar jika Pangeran dari kerajaan Vecna hanya half-vampire. Pastinya itu akan membuat gonjang-ganjing di kerajaan Vecna.

"Kenapa saya harus membantu, anda?" Atley tahu ini tidak akan mudah.

"Saya akan mengabulkan keinginan, anda. Jika anda bersedia mebantu saya," ucap Atley.

Mia tersenyum kembali, memalingkan muka sejenak. Lalu tatapannya jatuh pada kalung berbandul permata putih, dia mengenal kalung itu. Kalung dari penyihir putih. Mia berpikir apakah benar desas-desus yang beberapa hari lalu dia dengar jika ratu kerajaan Vecna merupakan keturunan penyihir putih.

"Baiklah, saya meminta syarat, kalung yang Pangeran pakai, bagaimana?" Mia memberi syarat, entah kenapa Mia merasa di perlu kalung itu. Dia merasa kalung itu akan berguna untuk seseorang.

Atley tentu saja tidak langsung merimanya, bagaimana pun kalung ini peninggalan dari ibunya. Dia sangat berat melepaskan kalung ini. Atley menutup matanya gusar dan berpikir. Semilir angin membelai wajahnya entah dari mana, saat dia membuka mata melihat Mia tersenyum, seakan sebuah suara masuk ketelinganya mengatakan 'berikan'.

Atley tersenyum dan mengangguk, mungkin ibunya pun akan melakukan hal yang sama jika ini untuk rakyat dan kerajaan. Selain kalung itu Mia juga meminta syarat agar keturunan kerajaan Vecna melindungi seluruh keturunan penyihir merah hingga mereka sendiri musnah. Atley menyanggupi syarat itu, dan itu harus di tepati karena merupakan pernjanjian darah antara Atley dan penyihir merah.

Mia memberikan darah penyihir merah dalam sebuah cangkir untuk diminum Atley. Setelah meminumnya Atley sempat tidak sadarkan diri karena sakit akibat percampuran darahnya dan darah penyihir merah di dalam tubuhnya. Setelah sadar, Atley kembali ke kerajaan dan para tetua segera melantik Atley sebagai raja kerajaan Vecna yang baru menggantikan sang ayah, Raja Axton.

Perjanjian Atley untuk menjaga keselamatan desa penyihir merah dan keturunannya dia tepati. Beberapa pengawal kerajaan di tugaskan di sepanjang perbatasan desa Renee.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Red BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang