OSA | 6

837 154 121
                                    

Besoknya, Jaemin memasuki kelas Jeno seperti biasanya, lalu menaruh tote bag berbahan blacu sewarna cokelat susu berisikan kotak bekal yang sedari tadi dibawanya di atas meja sang kawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Besoknya, Jaemin memasuki kelas Jeno seperti biasanya, lalu menaruh tote bag berbahan blacu sewarna cokelat susu berisikan kotak bekal yang sedari tadi dibawanya di atas meja sang kawan.

"Kan, sudah ku... du... ga..." Suara Jeno mengecil ketika menengok dan menatap teman sejak sekolah menengah pertamanya yang terlihat berbeda seperti sebelum-sebelumnya. "Jaemin-ah, kamu kenapa? Sakit?" Suara Jeno terdengar sangat khawatir. Pasalnya, kini Jaemin mengenakan masker dengan bayang hitam di sekitar matanya. Tampak tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

Jaemin menggeleng pelan. "Tidak bisa tidur." Ujarnya hampir berbisik.

"Kenapa?"

"Kelewat senang."

Kini kedua alis Jeno bertaut. "Hah?"

"Dia memberiku lampu oranye!" Jawab Jaemin penuh semangat dengan wajah pucat dan suara seraknya, namun Jeno yang masih tidak paham terutama maksud dari lampu oranye hanya bisa menatap Jaemin dengan raut wajah yang terlihat semakin bingung. "Aku titip itu, ya. Mau mencoba tidur di kelas." Lanjut Jaemin sambil berbalik tanpa memberi Jeno kesempatan untuk menggali lebih jauh lagi maksud dari perkataannya barusan, namun tubuhnya tersentak sesaat sebelum akhirnya berlari keluar kelas Jeno dan menghilang di belokan. Hal tersebut terjadi sebab ia tidak mau wajah kusam akibat tidak tidurnya diketahui Renjun, bisa-bisa hancur sudah image-nya.

"Jaemin kenapa?" Tanya Renjun saat berdiri di sebelah Jeno sambil menatap pintu yang sudah tidak tampak lagi sosok yang ia tanya.

"Tidak tahu, katanya sih tidak bisa tidur." Jawab Jeno seadanya, toh percuma juga dirinya khawatir jika penyebab sahabatnya begitu karena sedang kasmaran.

Renjun duduk di sebelah Jeno, lalu meraih tote bag cokelat yang berada di atas mejanya. "Kamu beneran tidak lihat siapa yang naruh ini?" Tanya Renjun sambil memungut sticky note yang tertempel di atas kotak bekalnya.

"Bukannya si Nana?"

"Aku rasa itu bukan namanya. Maksudku, nama aslinya bukan itu karena aku tidak pernah dengar nama Nana di sini."

"Memang mau diapain kalau sudah tahu?"

"Ga diapa-apain sih, cuma mau bilang makasih secara langsung. Ga enak aja aku ngucapin makasih lewat balasan sticky note sedangkan dia ngasih makanan secara langsung." Jelas Renjun.

Jeno mengangguk kecil. "Yang sabar, yah." Hiburnya. "Tapi, memangnya kamu tidak ada naruh curiga ke siapa gitu?"

Renjun tampak terdiam sejenak. "Sebenarnya, ada...."

Jeno sedikit terkejut mendengar itu, padahal dirinya hanya iseng bertanya. Mampus, apa si Jaemin bakal ketahuan? "S- siapa?" Saking paniknya, Jeno tidak sadar nadanya berubah menjadi gugup.

"Jaemin."

DEG!

Jaemin, tamat riwayatmu!

"K- kok bisa?" Sadar suara gugupnya kembali keluar, Jeno segera berdeham ringan guna menetralkan debaran paniknya.

One Step Ahead || 잼런 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang