OSA | 5

854 162 66
                                    

Jaemin memasuki kelas Jeno yang sudah sepi—sebab bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu—dengan percaya dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin memasuki kelas Jeno yang sudah sepi—sebab bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu—dengan percaya dirinya. Ia berniat mengambil bekal di laci meja Renjun yang sebelumnya sudah ia beritahu lewat sticky note.

Namun, langkah kakinya mendadak berhenti hingga terpaku di tempat ketika matanya menangkap sosok Renjun yang ternyata masih berada di kelas seorang diri. Bulir keringat mulai menghiasi dahinya sebab panik, bahkan pikirannya mendadak kosong, lidahnya juga kelu sampai tidak bisa berkata apa-apa sehingga Jaemin hanya bisa menatap sang crush dalam diam.

"Oh, Jaemin-ah? Ada apa ke sini?" Tanya Renjun polos saat menyadari kedatangan Jaemin.

"A- anu ... Itu, eumm." Jaemin bingung harus menjawab apa.

"Nyari Jeno, ya?"

Mendapat sedikit bantuan, Jaemin langsung mengangguk semangat- atau mungkin kelewat semangat. "Ya! Jeno! Hahahaha, ke mana dia?"

"Sudah pulang."

"O- oh, oke. Makasih." Balasnya sambil berbalik. Namun baru setengah putaran, tubuhnya ia hentikan, lalu kembali menatap Renjun. "Tapi, kenapa kamu masih di sini?" Tanya Jaemin penasaran.

Renjun tersenyum tipis hingga menampakkan senyuman rotinya. "Menunggu seseorang."

Jangan bilang....

"Si- siapa?"

"Eumm, Nana."

Ya Tuhan....

"Ooh, kalian ada janjian bertemu?" Jaemin berusaha tenang guna mencari tahu kapan pemuda itu akan pergi supaya bisa tahu kapan dirinya bisa kembali untuk mengambil kotak bekal itu.

Renjun menggeleng. "Kami tidak janjian, tapi aku penasaran siapa si Nana ini. Barang kali dengan cara ini aku bisa bertemu dengannya."

"Kenapa? Maksudku, kenapa nungguin dia padahal kalian ga janjian? Kenapa— ah, sorry. Aku terlalu ikut campur." Jaemin segera menunduk, merutuki kebodohannya.

"Ingin tahu aja."

Mendengar satu kalimat bernada datar itu membuat Jaemin memejamkan matanya erat, malu.

"Maaf aku tidak—"

"Maksudnya, karena aku ingin tahu. Aku ingin tahu siapa Nana ini, sekalian mau berterima kasih secara langsung atas bekalnya tadi pagi." Jelas Renjun dengan nada lebih baik.

Jaemin segera mengangkat kepalanya. "O- oh." Gumamnya, perasaan lega perlahan menyelimutinya. "Sekali lagi sorry, tapi ini pertanyaan terakhir." Mendapat tatapan menunggu dari Renjun, Jaemin segera melanjutkan kalimatnya. "Kamu mau sampai kapan nungguin dia?"

Renjun terdiam, tampak berpikir. "Eumm ... Satu jam dari sekarang...?" Jawabnya dengan nada ragu.

Jaemin mengangguk. Sepertinya ia harus pergi ke suatu tempat dulu selama satu jam sambil menunggu Renjun pergi, toh satu jam ke depan sekolahnya masih belum tutup karena masih ada kegiatan OSIS sampai malam, hal yang dikeluhkan Yangyang saat bel pulang berbunyi tadi.

One Step Ahead || 잼런 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang