t u j u h

20K 1.6K 39
                                    

Marvin menghela napas dalam, dia sudah bermain game di handphonenya sedari tadi. Tak ada yang menarik, selain kalah dan menang. Hal itu membosankan, Marvin bingung harus berbuat apalagi sekarang. Tidak sekolah itu sangat menyebalkan!

"Pak Mahen nyebelin!!" Teriaknya begitu kesal.

Mahen ini lah yang membuat Marvin tidak bisa beranjak pergi dari Apartemennya. Marvin bisa saja meloncat dari balkon, tapi Apartemennya ini lantai 10! Bisa mati gaya kodok nantinya.

"Telpon Faiz deh," gumamnya.

Marvin mengambil kembali handphonenya, lalu dia mendial nomor Faiz dan menelponnya. Tak ada respon dari sana, Faiz tidak mengangkat sambungan telepon itu.

"Faiz kok lo ikutan nyebelin sih?!"

Marvin membanting handphonenya di kasur. Dia menyelimuti tubuhnya lalu berguling-guling di kasur seperti ulat kepompong.

"Bang Manu, Vin lapar!!"

Tak sahutan, karena Manuel sedang berada diluar rumah. Dia sengaja mengunci Marvin agar anak itu kapok dalam melakukan hal-hal nakal.

Beranjak dari kasur, masih memakai selimut. Marvin membuka pintu kulkasnya, ada telor dan mie instan. Tapi Marvin tidak tahu caranya memaksa.

"Pertama masak air,"

Marvin mengambil wajan dan menaruh air seember di wajan itu. Lalu, menyalakan kompornya.

"Loh kok gak nyala?"

Marvin mencoba menyalakannya lagi dan api begitu besar menyambar, untung saja Marvin lebih dulu menjauh. Terjadi kebakaran kecil di kompornya.

"Njir beneran apinya segede ini?"

Api itu terus menjalar ke atas, sampai-sampai alarm kebakaran berbunyi nyaring. Semprotan air dari atap rumahnya membuat Marvin basah kuyup.

"Bang Manu kebakaran!!!" Teriak Marvin, heboh.

Marvin memasuki balkon kamarnya, dia mencari cara keluar dari Apartemen itu. Menoleh ke samping, balkon pinggir kamarnya itu terbuka.

"Maaf ya orang disebelah, gue numpang neduh!"

Marvin dengan modal nekat, meloncat dari balkon kamarnya ke balkon kamar orang lain. Sayangnya tidak berjalan mulus, kakinya basah membuat dia tergelincir hendak jatuh.

Selimut yang dipakainya lebih dulu jatuh, namun tangan dan pinggangnya dipegangi seseorang. Membuat Marvin selamat dari maut.

"Pak Mahen? Eh Pak Mahen 'kan?"

Marvin sangat ingat wajah Kepalanya sekolahnya itu, walaupun berpakaian casual ala rumahan tapi tak mengurangi kadar ketampanannya.

( Pak Mahen ganteng bngt skskk )

"Pak Mahen,"

Mahen melepaskan pegangannya, dia menuntun Marvin untuk lebih masuk ke dalam balkon kamarnya agar tidak lagi terpeleset jatuh.

"Ini Pak Mahen 'kan? Gue gak halu?"

Mahen mengangguk mengiyakan. "Bahasa kamu yang sopan pada saya."

Marvin mengerjap lucu, dia tengah mencerna kejadian semuanya. Ada Mahen di Apartemen sebelah, itu berarti kepala sekolahnya itu tetanggaan dengan Marvin.

"Pak Mahen tinggal disini?" tanya Marvin.

Mahen menggeleng pelan, dia melirik seseorang yang menghampiri mereka. Marvin ikut menoleh ke arahnya.

"Ini siapa njir? Tuyul?"

"Anak murid gue."

Marvin melotot terkejut mendengarnya, karena pertama kali untuk Marvin mendengar Mahen tidak berbahasa formal.

ℜ𝔞𝔧𝔞 𝔟𝔬𝔨𝔢𝔭 𝔪𝔢𝔢𝔱 𝔎𝔢𝔭𝔞𝔩𝔞 𝔖𝔢𝔨𝔬𝔩𝔞𝔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang