t i g a b e l a s

16.4K 1.4K 44
                                    

Mata itu perlahan terbuka, keningnya sedikit mengernyit karena sorot lampu terlalu meneranginya. Mengerjap lucu, dia sadar ruangan itu bukan kamarnya.

"Hah? Gue dimana njing?"

Marvin terduduk dengan memegangi kepalanya yang terasa pening. Sepertinya dia banyak menangis, sampai-sampai mata dan kepalanya berat untuk sekedar digerakan.

"Kampret. Gue inget!"

Melirik ke arah jam waker di meja nakas, ternyata hari sudah sangat siang bahkan hendak masuk sore hari.

Pertanyaannya, berapa lama dia tertidur?

Marvin beranjak dari kasur, mencari jalan untuk keluar kamar asing itu. "Udah cukup nangisnya, Vin. Lo harus jauh-jauh dari manusie kampret kek Mahen!"

Marvin meneliti ruangan itu, banyak foto Airin disana. "Cih, apa lo liatin? Gue gak akan menye-menye kek lo dan berakhir ilang!"

Marvin mendecih sinis, padahal yang dilihatnya itu hanya foto.

"Pintu dikunci lagi njir, berasa dijual ke Om-om gue."

Marvin melangkah ke arah balkon kamar itu, cukup terkejut karena berada di lantai atas. Melihat sekelilingnya, dia tersenyum arti.

"Masih ada perosotan paralon bestie, hehe."

Marvin dengan modal nekat, perlahan turun menggunakan paralon besar yang memang terpasang dari lantai atas hingga bawah.

"Ngihaaaaa!!!"

Marvin berteriak ala kuda liar berlari, dia benar-benar tidak kenal takut. Minus Mahen, dia sedikit takut pada kepala sekolahnya itu.
Ketika kakinya menapak di tanah, Marvin berjalan mengendap menuju gerbang rumah Mahen. Dia ingat tengah berada di rumah Mahen.

"Gila, manjat gak ya?"

Marvin tak perduli, dia memanjat pagar tinggi itu. Yang penting bisa kabur, dia harus memberitahukan pada Manuel bahwa keberadaannya kembali tak aman. Sebetulnya, tadi dia berpura-pura tidur agar tidak ditanyai banyak hal oleh Mahen, tapinya bablas sampai jam 3 siang.

"Hen, itu Vin anjrot!" beritahu Candra, yang tak sengaja melihat Marvin memanjat pagar dari dalam rumah Mahen.

"Monyet tuh anak!" ucap Mahen, tidak habis pikir dengan tingkah Marvin.

Baru saja Mahen kasihan pada Marvin karena menangis hingga tertidur kelelahan. Tapi, bocah itu berulah lagi!

Mahen berlarian ke arah gerbang rumahnya, tapi Marvin berhasil keluar dari gerbang rumahnya itu dengan memanjat pagar.

"Eh Si bapak, hehe. Bye-bye aku anti yeen!"

Marvin menggoyangkan pantatnya ke arah Mahen, sempat memeletkan lidah dengan wajah yang absurd.

"Selamat penasaran Pak Mahen!!"

Marvin berlari, pergi menjauh dari pandangan Mahen. Rasa ingin mengejar itu ada, tapi biarkan Marvin kebingungan dahulu karena tidak kenal daerah rumahnya. "Main-main kamu, Vin."

Dan benar saja pemikiran Mahen, dia sudah kelelahan. Tidak tahu arah jalan pulang, uang ada di Faiz dan handphonenya ada di tas.

ℜ𝔞𝔧𝔞 𝔟𝔬𝔨𝔢𝔭 𝔪𝔢𝔢𝔱 𝔎𝔢𝔭𝔞𝔩𝔞 𝔖𝔢𝔨𝔬𝔩𝔞𝔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang