e n a m b e l a s

15.4K 1.4K 116
                                    

Mengerjap pelan, Marvin perlahan bergerak tak nyaman. Sesuatu menusuknya di bawah sana, walaupun terhalang kain celana tapi rasanya aneh.

"Vin," geram Mahen.

Mahen mencengkram pinggung Marvin agar tidak banyak bergerak di atas pangkuannya. Sedari tadi juga penis kebanggaan Mahen terbangun dari tidurnya. Itu disebabkan karena hawa dingin dan nafas hangat Marvin menyapa lehernya. Sudah gitu, Marvin mulai menggesek pantatnya tepat di tengah selangkangan.

"Vin udah bangun?" tanya Manuel tiba-tiba saja.

Mahen menggeleng pelan, dia tidak mungkin mengiyakan karena pasti Marvin akan kembali duduk bukan dipangkuannya dan Mahen bisa ketahuan bahwa sedang horny.

"Ck, masih lama emangnya?" tanya Manuel pada Candra, sedikit misuh-misuh. Dia terbawa suasana kesal karena Faiz tak kunjung membalas chat-nya.

"Pak Mahen,"

Menegang, Mahen menoleh ke arah Marvin. Mengernyit heran ketika Marvin memperlihatkan cengiran konyol.

"Itu Pak mahen berdiri," bisiknya dengan kekehan kecil di akhir.

"Jangan bawel." geram Mahen, meremas pantat Marvin.

"Mnnnh."

Mahen dibuat geram dengan tingkah Marvin, ada saja hal yang membuatnya berkeringat gugup karena takut ketahuan Manuel.

"Gue tidur dulu dah, bangunin kalau udah nyampe."

Mahen memperhatikan gerak-gerik Manuel, dia menghela napas lega ketika Manuel menyenderkan kepalanya ke kaca jendela mobil.

"Tatapan lo bisa biasa aja gak?" Manuel berujar sinis ke arah Mahen.

Mahen memutar bola matanya, jengkel. Dia memperhatikan Marvin, menepuk-nepuk pelan punggung Marvin agar tertidur lagi.

"Pak Mahen,"

"Sstt," Mahen melirik Manuel, napas itu mulai teratur dan terlihat terlelap. Lalu dia kembali menoleh; menunduk ke arah Marvin. "Kenapa, hm?"

"Pengen kentut, hehe."

Mahen tidak tahu harus berekspresi apa sekarang. Terlalu- ah sudahlah.

"Dra, berhenti dulu bisa?"

"Hah? Berhenti gimana? Tengah hutan kita, Hen."

Mahen memperhatikan Marvin, dia terlihat mengantuk. "Kamu gak jadi itu?"

Marvin menggeleng pelan, dia justru menyenderkan kepalanya begitu nyaman di dada bidang Mahen. Gila sih! Dada Pak Mahen gede, enak dijadiin bantal.

"Saya baru sadar kamu beda, Vin."

Mahen akui itu, karena Airin memang sering bertingkah konyol tapi tidak melebihi Marvin. Bahkan Marvin terbilang sangat binal tapi juga polos. Rasanya Marvin seseorang yang baru untuk Mahen, tetapi wajahnya mengingatkan Mahen pada masa lalunya; Airin.

***

Suara burung-burung berkicau mengganggu ketenangan, apalagi sorot cahaya matahari mulai menyengat.

"Sayang, udah pagi ih."

Suara Megantara membangunkan orang-orang yang ada di dalam mobil itu.

"Hoam! Udah sampe?" tanya Manuel, sembari peregangan tangan.

Harusnya hari ini Manuel kuliah tapi untungnya dia sudah minta absen kepada temannya. Tidak tahu dengan Marvin, lagipula kalau di alfakan tinggal protes dengan Kepala Sekolahnya yang sekarang tengah memangkunya.

ℜ𝔞𝔧𝔞 𝔟𝔬𝔨𝔢𝔭 𝔪𝔢𝔢𝔱 𝔎𝔢𝔭𝔞𝔩𝔞 𝔖𝔢𝔨𝔬𝔩𝔞𝔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang