Angin malam yang sunyi, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang di jalanan.
Membuyarkan lamunan jungoo yang tengah menatap langit.
"(Hey), anak baru. Jangan melamun, (nanti) kesambet."
Seseorang menepuk pundak jungoo sambil membawa beberapa minuman dan sake.
"Ah iya, maaf senior."
Junggo membungkuk sebentar lalu mengambil pesanan pembeli.
"Hahh.. Padahal (masih) muda, tetapi sudah berkerja di tempat yang (kotor) ini." Namanya chae wonseok, sudah bekerja sekitar 6 bulan di bar ini.
Wonseok melihat jungoo yang tengah bolak balik kesana kemari.
"Hati-hati, (nanti) jatuh."
"Makasih, kak!" Balas jungoo sambil senyum.
Jungoo melakukan pekerjaannya dengan baik, walaupun kadang dia terlalu buru-buru.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, jungoo bergegas ke ruang ganti baju dan berganti shift.
"Hey"
"Ah!, senior.. Ada apa?"
Jungoo kaget dikit, seperti dia telah mengambil sesuatu yang bukan miliknya.
"Tidak (apa-apa), hubunganmu dengan (tuan) jonggun apa?" Tanya wonseok dengan menatap jungoo tajam seraya berkata "jawab njir."
"I-itu.. Kita cuma temenan, EH ENGGAK, MAKSUD SAYA.. TEMEN ANTARA BOS DAN PEKERJA!."
"Apkh ingyah deck?, Yaudah sana pulang, udah mau malem." usir wonseok.
"Iya, saya pamit ya, senior!"
Jungoo membungkukkan badan nya lalu berlari keluar bar.
Bruk!!!
Buram, kacamata jungoo lepas, sepertinya ia menabrak sesuatu.. Bukan, sepertinya seseorang.
"Lo kalo jalan bisa liat gak si-"
"M-maaf!"
Jungoo tak sempat melihat wajah seseorang yang dia tabrak, ia hanya memungut kacamatanya lalu pergi dari bar.
"Siapa, sih?!"
"Aduh, kak.. Jangan di hiraukan, para wanita sudah menunggu kakak di dalam, silahkan." Ucap wanita di sebelah pria itu, tentu saja dengan memakai pakaian yang terbuka.
Sesekali mengibas rambutnya agar belahan dadanya terlihat.
"Ah, betul juga. Aku muak dengan hari pertamaku di sekolah, hari ini aku bertemu lelaki berambut pirang yang aneh, hahaha."
Lee jihoon, rubah berambut merah muda.
Siapa sangka ia adalah rubah yang bermuka dua?.
Seseorang memerhatikan jihoon yang sedari tadi membicarakan jungoo, namun jihoon tak tahu bahwa yang menabrak dirinya itu adalah jungoo.
Seseorang itu lalu pergi keluar dari bar, membuka pintu mobil nya lalu melaju kencang menuju jungoo yang tak jauh dari situ.
Satu demi satu mobil ia selip hingga akhirnya helai rambut pirang terlihat, membawa barang belajaan yang lumayan banyak.
"Tut, tut." Suara klakson mobil mahal.
Merasa di panggil, jungoo pun menoleh. Melihat mobil Lamborghini hitam di belakang nya.
Tak lama kemudian, mobil itu berhenti.
Seseorang muncul dari kaca mobil itu, sepertinya jungoo kenal.
Jonggun.
"masuklah, biar saya antar." Kata jonggun sambil membuka kacamata hitam nya.
Jungoo memggelengkan kepalanya.
"Saya bisa sendiri, kak!"
Merasa tak yakin, jonggun keluar dari mobilnya lalu memindahkan barang-barang jungoo kedalam mobil.
"Masuklah, ini ucapanku yang terakhir, jangan menolaknya." Lanjut jonggun sambil membawa beberapa kardus berisi makanan pokok.
Jungoo sedikit enggan, namun ia lebih memilih masuk kedalam mobil jonggun, karena ia tengah di perhatikan oleh orang orang.
Jungoo dan jonggun sudah masuk kedalam mobil.
"makasih, kak." jungoo melirik ke jonggun yang tengah menyetir.
Menggulung lengan bajunya, terlihat jelas tatto milik jonggun di kedua tangannya.
Serta tatapan datar menghadap jalanan kota.
Wajah jungoo memerah.
Jonggun melihat ke arah kaca.
"Kenapa wajahmu memerah begitu? Apa dingin?"
"Itu-"
"Kenapa tidak duduk di sebelah saya?" Lanjut jonggun sambil menatap datar jalanan.
"Aku rasa aku harus duduk di sebelah barang bawaanku" Kata jungoo.
"Di sebelah barang bawaanmu? Barang bawaanmu jauh di bagasi belakang." Pojok jonggun.
Yosh, jonggun mampu membuat jungoo terpojok akan kata-katanya.
"Jaga jarak." Asal jungoo.
Senjata makan tuan, jonggun lupa bahwa masih ada peraturan jaga jarak.
Jonggun terdiam.
"Apa ini rumahmu?" Tanya jonggun meyakinkan jungoo.
"Iya, kak, saya turun disini saja."
Jungoo membuka pintu mobil dan membawa barang barangnya keluar.
Selesai mengeluarkan barang bawaannya, jungoo berterimakasih pada jonggun.
Jonggun mendekati jungoo.
Pas sekali saat itu jungoo akan membungkuk.
"Kalau kau dalam kesulitan, telpon sa-"
Cup.
Satu kecupan mendarat di pucuk rambut jungoo.
Wajah jungoo memerah, tenang.. Ini bukannya sengaja..
Sedangkan jonggun sudah memalingkan wajahnya duluan.
"Maaf. Saya pulang dulu."
"I-iya kak! Makasih!" Kata jungoo sambil melambaikan tangannya.
Bersambung.
PENGUMUMAN!!
KARNA AUTHOR BAKAL PAT, JADI SEMENTARA BOOK INI BAKAL HIATUS. CUMA SEBENTAR KOK, SEE U READERS TERCINTAH!
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE | HIATUS | [Jonggun X Jungoo]
FanfictionPark jonggun, putra dari CEO perusahaan ternama dan terbesar di Korea Selatan. Terkenal karena kekejamannya yang tak main-main. Siapa sangka ia bertemu dengan kim jungoo yang lugu di karaoke bar? Hati jonggun berdebar saat bersamanya, apakah itu...