DUAPULUHENAM

5 1 0
                                    


Happy traveling!

***

"A-apa itu?" 

Bara menelan ludah. Tau jelas suara gemerisik dan nada siulan malam ini.

"Angin Bambu."

Bara seharusnya cepat bertindak untuk mengambil permata ungu sebelum dicuri oleh orang lain.

"Apa itu!"

"ANGIN BAMBU!"

"LARI!"

"Berlindung di balik pohon!"

"Bagaimana bisa Angin Bambu sampai ke Berryland?!"

"Mana kutahu, bodoh! Perhatikan langkahmu, akhh!"

Shuutt!

Bara kebanyakan berfikir sampai  seseorang menarik lengannya kuat. Mengajaknya berlari juga.

"Mereka semua lari, bodoh! Apa yang kau tunggu sih?!"

Lelaki itu melirik sekitar. Suara siulan angin semakin dekat. Beberapa orang disana terluka dan terjatuh saat berusaha lari.

"Akh!"

"Oh tidak, kau terluka!"

"Tidak ada yang bisa menghindari angin bambu sejauh ini. Kita harus berlindung!"

Pecahan kaca terdengar nyaring bersama siulan angin yang kian bergemuruh menyibak pepohonan. Daun warna-warni berguguran saat ranting saling menabrak bercumbu angin kuat.

Rambut panjang terikat pita coklat tersibak ribut. Tangan Yuki terasa kuat menggenggam lengannya, raut wajahnya menyiratkan panik dan bingung.

Shuut!

"Akh!"

Bara meringis, menarik paksa lengan Yuki untuk bersembunyi dibalik pohon.

"A-apa itu?" Yuki tergagap dengan nafas tersengal. Yuki mengamati sekitar berantakan dengan angin kuat yang berhembus searah.

Ada beberapa orang yang juga bersembunyi di balik pohon.

"Angin ini hanya berhembus satu arah."

"Bukan itu, aku tahu ini semacam angin. Tapi apa itu tadi? Jarum? Kenapa bisa ada jarum? Kau tidak lihat orang-orang tadi terluka oleh- astaga!"

"Jangan bergerak berlebihan. Pohon ini tidak terlalu besar untuk dua orang," Bara menarik Yuki merapat.

"Lengan kananmu tertusuk!" Yuki tampak pucat.

"Ini sakit." Bara tidak bercanda, ini benar-benar sakit.

"Tentu saja, kau berdarah bodoh!"

Lelaki itu tertawa kecil. "Coba lihat dirimu, sendiri."

"Ada apa denganku?"

"Akhh! Berlindung!"

"Panggil bantuan!"

Yuki memperbaiki pandangannya yang terganggu karena angin. Gadis itu tampak gemetar melihat seseorang terseret angin dengan tubuh terkoyak.

Bara mengulurkan tangan kirinya menutup mata Yuki.

BARA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang