3. SEBUAH PERTOLONGAN

2 0 0
                                    

Tuhan sangat pemaaf. Disaat rakaat sholat saja terlupakan dan rapalan doa sudah tidak terdengar, ia tetap melindungi dalam diam.

~ Terserah takdir ~

Jika kalian berpikir bahwa detik itu adalah detik terakhir Daisy untuk menghembuskan nafasnya kalian salah.

Nyatanya pria itu melempar pedang dari tangannya dan mengenai meja kayu yang berada di samping kanan Daisy.

Daisy sempat menghela nafasnya lega. Daisy pikir pria itu hanya ingin mempermainkan dirinya dengan ucapan menakutkan itu.

"Aku tidak ingin menyia-nyiakan tubuhmu."

"Apa maksudmu?" Daisy menoleh ke belakang.

"Sebelum membuatmu menjadi mayat, aku ingin menjelajahi setiap inci tubuhmu."

"Aku tidak sudi dan aku tidak akan membiarkanmu untuk menyentuhku!" teriaknya dengan mata yang memerah.

Jika seperti itu maka lebih baik Daisy kehilangan nyawanya sedari tadi. Dia pikir lepas dari kematiannya justru semakin membuat dirinya tersiksa.

"Bagaimana caranya kau mencegahku untuk tidak menyentuhmu jika tangan dan kakimu saja sudah terikat oleh tali."

Benar juga apa yang dikatakannya. Dengan kondisinya saat ini ia bahkan tidak bisa memiliki kemungkinan untuk melindungi dirinya sendiri.

"Menjauh!" jerit Daisy saat tangan pria itu menyentuh bagian dada nya yang terbuka.

Ambisi pria itu semakin meningkat saat melihat wajah Daisy yang ketakutan.

"Aku tidak sudi! Pergi!"

Daisy menghindar mencoba menggerakkan seluruh tubuhnya untuk menggeser kursi.

"Aku bilang menjauh-"

Brugh.

Tubuhnya terjatuh bersamaan dengan kursinya ketika sedang menghindar. Daisy sudah sangat lelah, dia menangis terus menerus. Takut, emosi dan marah sudah sangat campur aduk pada saat itu.

***

"Tunggu!"

Benjy mengerem mobilnya mendadak.

"Apa kau mendengar suara perempuan yang menjerit?"

Dalam keadaan yang sunyi dan sepi. Sayup-sayup telinganya mendengar suara perempuan dari arah kanan.

"Jangan sentuh aku!"

"TOLONG!"

"BENAR!" Suara spontan Benjy membuat Leonard menatap tajam dirinya.

"Jangan keras-keras, ayo kita cek sekarang."

"Kau yakin? Kalau itu adalah suara hantu bagaimana?"

Benjy yang sudah tahu jika wilayah ini menyeramkan membuat dirinya berpikir bahwa makhluk haluslah yang berteriak tadi.

"Aku yakin itu suara orang."

"Tapi jika bukan-"

"Ah, kau ini penakut sekali. Ayo cepat keluar!"

Leonard memaksa Benjy untuk keluar.

Benjy hanya mengikuti Leonard dari belakang. Mereka berjalan pelan, namun dengan langkah yang panjang. Leonard membawa dirinya ke arah kanan dimana suara itu berasal.

TERSERAH TAKDIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang