Aku tuh gak tau mau nulis apa. Lagi gak mood juga. Cuma udah janji up-date. Ya udah. Inilah dia.
"Berkat Mentari, Rembulan dapat bersinar indah di langit. Benarkah? Ya. Mungkin ia terlihat indah. Tapi siapa yang bisa memastikan apakah ia kesakitan atau tidak saat menerima cahaya dari bara Sang Mentari?"
.
.
.
"Setinggi mahkota, setinggi posisi matahari dan bulan di langit, setinggi kehormatan."
Lucine kerap mendengar itu dari gurunya saat ia kecil. Hanya ia. Karena Artara punya kebanggaan yang mampu menembus langit. Sedangkan adik bungsunya dari selir, -Kirara-, tidak akan pernah mendapat kehormatan yang sama dengan para putri.
Putri terhebat sepanjang sejarah Ouranos. Demikianlah orang menyebutnya. Namun sebenarnya Lucine bukan putri yang brilliant sejak lahir. Artara selalu jauh lebih hebat dibanding ia.
"Perempuan itu harus sedikit lebih tinggi dibanding lacur, dan sedikit lebih rendah dibanding dewi." Suatu waktu Artara berkata demikian.
Lucine amat terkejut dengan pernyataan itu. Mereka adalah putri agung. Lacur tak boleh bersanding setelah nama mereka.
Artara tertawa. "Setiap sejarah kerajaan selalu hancur karena keangkuhan. Keluarga kerajaan tidak menyadari pergerakan kecil, sekalipun mereka sadar, mereka meremehkannya. Tapi tahukah kau ada penggulingan takhta raja karena anak penggembala biasa dibunuh?"
Kali itu Artara benar-benar menatap matanya. "Karena itu Luce, posisikan dirimu hanya sedikit lebih tinggi dibanding lacur. Agar kau ketakutan dan melakukan apapun untuk tak benar-benar jatuh ke tataran yang sama dengan mereka. Dan ingatlah kau hanya sedikit lagi untuk setara dengan Dewi. Hauslah, agar kau tak pernah berhenti berusaha untuk mencapai titik itu."
Lucine tak pernah berniat untuk lebih hebat dibanding Artara. Tapi karena Artara bukanlah lacur ataupun sang dewi, Lucine tak pernah lagi meliriknya. Ia berusaha setiap hari karena ketakutan dan haus. Hingga mahkotanya menjadi lebih berkilap dibanding Artara.
Sepanjang hidup Lucine dipersiapkan untuk menjadi Ratu. Ratu Belio, pikirnya saat umurnya masih 13 tahun. Tapi kini yang bertengger di kepalanya adalah mahkota ratu Ouranos.
Sang Rembulan. Ibu dari Ouranos. Sang Dewi.
Sang Dewi yang agung didatangi Mentari-nya setiap malam. Menundukkannya untuk pemenuhan birahi.
Oh, betapa Agungnya!
Kakinya melebar, untuk kakaknya masuk di selangkangan. Pantatnya ditarik menungging, mendapat dorongan kasar dari suami tabunya. Tubuhnya terangkat, untuk Elenio memamerkan tubuh polos mereka pada Rembulan di atas balkon.
Sungguh betapa agungnya menjadi lacur Sang Raja!
Sedikit lebih tinggi dibanding lacur, sedikit lebih rendah dibanding dewi. Itu yang Lucine ketahui. Ia tak tahu bagaimana hidup seorang pelacur, tak tahu pula bagaimana Dewi menjalankan takhta agungnya.
Para pelacur di rumah bordil....apa mereka pernah takut untuk jatuh ke posisi lebih rendah di saat mereka sudah yang terendah di antara yang rendah?
Sang Dewi....apa ia pernah haus untuk kuasa lainnya sedangkan ia sudah yang agung di antara yang teragung?
Lalu bagaimana Lucine bisa tahu bagaimana menjalani hidup saat ia adalah si Ratu Lacur?
Lucine menggenggam erat penanya. 'Tidak, Luce. Kau seorang putri. Kehormatan tertinggi selalu menyertaimu.'
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon That Burned The Sun
Storie d'amoreKonon katanya Rembulan menderita ketika menerima bara dari cinta Mentari. Sekalipun ia jadi terlihat indah, Sang Rembulan tak tahan lagi menerima luka bakarnya. Ia pun melarikan diri ke teras langit. Mengadu pada Dewata. Elenio, Raja dari Kerajaan O...