1. DRAMA PAGI HARI

198 42 181
                                    


Terdengar suara DJ Adambarai menggema dari salah satu bilik kamar. Seorang gadis masih setia memejamkan mata, kala mendengar alarm yang ia yakini dari ponselnya. Ingin membuka mata. Namun, terasa berat. Ia pun berusaha mencari keberadaan ponselnya, yang tengah berbunyi nyaring. Setelah dirasa menemukannya, dengan segera ia mematikan ponsel tersebut.

Sedikit malas, dia bangun untuk duduk sejenak, kembali melihat ponsel, yang kini tengah menunjukkan pukul empat lebih dua puluh delapan menit.

Segera ia beranjak meninggalkan tempatnya untuk menuju ke kamar mandi dan melaksanakan shalat subuh, kemudian bersiap untuk sekolah.

Seorang gadis yang memiliki nama Larissa Faradila, atau kerap di sapa Chacha, hari ini ia akan masuk kembali ke sekolah setelah libur panjang.

"Cha! Cepat berangkat, jangan ngaca lama-lama." Teriak seorang wanita paruh baya dari luar kamar Chacha, Amara Salindri.

"Iya Mi!" Teriak Chacha yang masih berada dalam kamar.

Tak lama Chacha segera keluar untuk menemui ibunya.

"Mami udah siapin bekal buat kamu, di bawa ya." Suruh Mami dengan tersenyum.

"Chacha bukan bocil lagi mi, kenapa harus bawa bekal segala sih?" Ujar Chacha sedikit kesal.

Sedari dulu, Amara selalu memberi bekal kepada sang putri, dengan dalih agar dia tidak jajan sembarangan. Jujur saja, Chacha sangat jengah dengan hal itu. Padahal, tanpa sepengetahuan beliau sang putri telah menikmati jajanan setan tersebut.

"Chacha udah kelas sebelas sekarang." Rengek Chacha sedikit memohon.

"Emang kalo udah kelas sebelas kenapa?! Ada yang marahin? Ada yang nglarang? Sini, biar mami yang ngomong!" Tanya Amara dengan perasaan kesal. Sungguh, kesabaran Amara hanya sebatas tisu yang dibagi dua.

"Ya nggak ada juga sih, Chacha cuma malu aja gitu, udah gede masih aja di suruh baw bekal" Jawab Chacha lirih.

"ya udah Chacha bawa bekalnya, berangkat dulu,assalamu'alaikum." Pamit Chacha kemudian, sambil meraih tangan ibunya, karena tidak ingin mendengar lebih lama ocehan Amara.

"Wa'alaikum salam, gitu kan enak." Ucap Amara dengan senyum merekah.

Chacha pun segera pergi meninggalkan rumah dengan menggunakan ojek online, yang entah berapa lama sudah menunggu didepan rumahnya. Chacha mengira, setelah kelas sebelas ia akan berangkat sekolah sendiri seperti teman-temannya yang lain. Ternyata tidak, Amara belum mengizinkan untuk itu. Karena sebenarnya, terdapat faktor tersendiri yang membuat Chacha muak. Namun, Chacha hanya bisa mengikuti alasan yang tidak masuk akal itu.

Tak lama, Chacha telah sampai didepan gerbang salah satu sekolah swasta yang cukup terkenal di kotanya, SMA SATYA BHAKTI. Salah satu sekolah yang Chacha pilih untuk menuntut ilmu.

Chacha pun turun dari motor, dan memberikan uang kepada mang ojek, tak lupa ia juga mengucapkan terima kasih. Tanpa sengaja, ia menghela napas sejenak, sembari menatap rindu bangunan megah di hadapannya. Ya, dia merindukan tempat ini, dengan langkah riang ia berjalan menuju halaman sekolah, yang disana sudah ada siswa siswi lain yang menyambut hari pertama.

Tak lupa, Chacha juga menyapa pak satpam, yang selalu setia menjaga gerbang sekolah tersebut. Chacha pun tersenyum.

"Pagi Pak." Sapa Chacha.
"Eh, neng Chacha, pagi juga" Jawab pak Abdul dengan senyum cengiran.

Terhukum Takdir (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang