5.PERIH

48 26 148
                                    

Chacha terbangun dari tidurnya, ketika mendengar suara keributan dari luar kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chacha terbangun dari tidurnya, ketika mendengar suara keributan dari luar kamar. Ia melihat jam dinding menunjukkan pukul satu dini hari. Ia berusaha mengerjapkan mata, mengembalikan nyawa.

Lagi-lagi hanya keributan itu yang ia dengar, berasal dari ruang keluarga, depan kamar orang tuanya. Ia tak dapat melakukan apapun. Hanya diam mendengarkan pertikaian itu. Tak ada masalah lain, selain membicarakan anak tak tau diri seperti Chacha, katanya.

Chacha selalu berpikir, kesalahan apa yang ia perbuat. Apakah kehadirannya sangat bermasalah?.

"Saya tidak akan pernah ikhlas memberikan uang saya padanya!" Ucap Robi .

"Untuk membiayai anak saya, saya tidak pernah menggunakan uang mu!"

"Apa kamu bilang?! memangnya butik itu pakai uang siapa untuk mendirikan nya? itu uang saya!" Teriaknya.

"Bagaimana bisa kamu sangat membenci anak saya? apa salahnya padamu?"

"Dia memang tidak bersalah. Aku hanya takut, kalau dia dewasa nanti, menjadi anak yang tidak berguna untuk saya!"

"Kamu memang tidak punya hati! Kamu tidak tahu, bagaimana bahagia nya anak saya, ketika dia memiliki ayah? Dari kecil dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Apa kamu setega itu?"

"Dia bukan anak saya asal kamu tau. Saya hanya mau kamu, bukan anak kamu!"

"Jika kamu mencintai saya , kamu harus bisa menerima anak saya"

"Tidak semudah itu saya melakukannya."

"Saya kecewa dengan kamu! saya kira kamu akan menjadi ayah yang baik buat dia."

"Ayah kandung nya saja tidak peduli dengannya. Memang dia adalah anak yang tak dianggap, tak dibutuhkan dan tidak diinginkan!"

"Cukup Mas! bagaimana kalau dia mendengar ucapan mu yang begitu menyakitkan?"

"Biar saja, biar dia tau diri!" Ucap Robi terakhir.

Sungguh, pernyataan itu membuat Chacha sakit. Ia tak pernah mengeluh atas ketidakadilan ini. Tapi, apakah ia tak pantas untuk bahagia? Mungkin, memang kebahagiaan itu bukan untuknya.

Sejak kecil, Chacha memang tidak pernah bertemu ayahnya. Dimana dia? bagaimana rupanya? Ia tak tahu. Bukan, ia hanya tak ingat. Chacha pun tak pernah bertanya pada Amara. Jika semua anak perempuan bilang, ayah adalah laki laki terbaik, ayah adalah cinta pertama anak perempuan. Maka, ia tidak. Tak ada yang dapat di bangga-banggakan dari seorang ayah.

Perceraian orang tua Chacha merupakan luka terberat baginya. Kehangatan yang ia rasakan saat kecil, membuat ia merindukan hal itu. Namun, sekarang ia berada diruang hampa tanpa kehangatan itu. Ia membenci segalanya. Termasuk hidupnya.

Terhukum Takdir (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang