Part 3

8.4K 676 14
                                    

Suasana ragunan tidak begitu ramai. Kami berkunjung bukan di hari libur. Syabila sangat senang mengetahui aku mengajaknya keragunan ya walaupun hanya liburan yang murah meriah.

Hari rabu aku libur kerja bersamaan dengan sekolah TK yang libur. Menurut gurunya, sekolah diliburkan karena ibu Dina sakit dan akan melakukan operasi. Maklum saja sekolah TK bila hanya ada 2 kelas dan 2 guru. Dengan satu guru tidak hadir, membuat guru satunya kerepotan mengajar 2 kelas. Jadi lebih baik diliburkan.

"Bunda, aku mau naik gajah itu" Bila berlari ke arah gajah.

"Bila, jangan lari nanti jatuh!" seruku. Pawang gajah sudah menaikan Bila ke atas gajah kecil. Aku mengikuti disampingnya. Bila tidak ada rasa takut naik diatas gajah malah ia sangat bersemangat. Aku memotretnya di handphone ku dengan berbagai gaya.

Kami datang berdua, Ibuku bekerja di pasar. Liburnya hanya hari Jum'at. Setelah puas melihat berbagai satwa di ragunan. Aku menggandeng tangan Bila.

"Bila, mau ke tempat kerja Bunda tidak?"

"Mau, Bunda!" jawabnya riang. Aku tersenyum. Aku berjalan dengan perasaan bahagia. Di dunia ini aku sangat bersyukur karena masih memiliki putri yang cantik dan juga ibu. Aku selalu mensyukuri apa yang Allah Azza Wa Jalla berikan kepadaku. Itu bentuk rasa terimakasihku kepada Nya.

Aku ingin sekali Bila mencicipi makanan di cafe tempatku bekerja. Makanan yang harganya bisa menguras kantongku. Tapi sesekali tidak apa-apa, aku ingin membahagiakan bidadari kecilku. Selama di perjalanan tak hentinya Bila menanyakan apa yang ia lihat.

Ku lihat cafe tidak begitu ramai. Aku masuk sambil menggandeng Bila yang membawa tas punggung. Rina melihatku ia melambaikan tangannya dari jauh, aku membalasnya. Aku memilih tempat dekat kaca agar bisa melihat pemandangan di bawah.

Aku mendudukan Bila di sampingku, Rani menghampiriku. "Assalamua'laikum cantik" salamnya menggoda.

"Wa'alaikumsalam, yang lebih cantik" Sahutku sembari tertawa. Rani sedikit bingung, ia menatap Bila. Aku tersenyum. "Ran, kenalin ini anak ku".

Ia malah bengong, "Ini anakmu? Kenapa kamu tidak pernah bilang kalau sudah punya anak, De??"

"Aish, memangnya aku harus mengumumkannya" aku memutar bola mataku.

"Subhanallah, dia cantik.. De" pujinya menatap Bila. Bila tersenyum manis.

"Ya iyalah, kan bundanya saja cantik" candaku, Rani mendengus.

"Sepertinya aku akan muntah" ujar Rani membalas candaanku, kami tertawa.

"Bila, salim dulu sama Tante Rani" titahku. Bila mencium tangan Rani.

"Jangan tante kali Dea, bagaimana kalo dengan panggilan 'kakak' saja" Rani tak mau dipanggil tante, kata 'Tante' menurutnya 'tua'.

"Memang sudah tante-tante kok" aku melihat raut wajah Rani menjadi kesal. Aku tertawa lagi, "Ya, sudah kakak. Tolong ambilkan buku menu nya ya" aku menggodanya lagi.

"Baiklah Nyonya akan saya bawakan" sahutnya lalu meninggalkanku, kami terkikik.

Aku sudah memesan steak saus mushroom dan juga ice cream jumbo untuk Bila, sedangkan aku tidak memesan apa-apa. Aku melihat harga menunya sangat mahal sampai melebarkan mataku. Sambil menunggu pesananku datang Bila mengeluarkan mainan puzzlenya yang belum terangkai sempurna. Ia meneruskan dan aku membantunya.

"De,"

Aku menoleh ke arah suara itu berasal, ternyata Ibu Dewi sedang menggendong anak Balita berumur 2 tahun. Aku mencium tangannya.

"Anak siapa ini, Bu" tanyaku, balita itu meronta ingin di turunkan. Ibu Dewi terlihat kerepotan.

"Ini cucu Ibu, De" Ibu Dewi kesusahan. Aku berinisiatif untuk menggendong balita itu. Alhamdulillah balita itu mau ku gendong, balita itu terus menatap wajahku.

Cerita Hati (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang