0.2

11 2 1
                                    

Kelas berlangsung selama beberapa waktu. Dan selama itu juga Claire merasa tersiksa dengan perasaannya sendiri. Ada sesuatu tentang Ethan dan ada hubungannya dengan Claire, meski gadis itu sendiri ragu.

Mr. Nate keluar dari kelas setelah mengingatkan muridnya untuk tidak melewatkan makan siang dan sesaat setelah itu, sebagian besar murid perempuan menghampiri meja Ethan-yang otomatis ikut mengerubungi meja Claire karena mereka bersebelahan.

"Salam kenal, Ethan! Kau bisa panggil aku Andrea!"

"Apa kau punya waktu akhir pekan ini?"

Seharusnya Claire pergi darisini untuk menghindari kerumunan. Tapi entah mengapa, Claire bahkan tidak mampu untuk menggerakkan kakinya. Di satu sisi dia ingin sekali pergi dan menghindari perasaan takutnya pada Ethan, namun dia juga ingin tahu semua jawaban Ethan atas pertanyaan teman-temannya. Claire merasa menjadi orang lain saat ini.

"Tadi aku mendengarmu menyebut nama Claire. Kalian sudah saling kenal sebelumnya?"

Claire membatu mendengar pertanyaan Emma, seorang gadis yang duduk tepat di depan Ethan. Emma menatap Ethan dan Claire bergantian kemudian menatap penuh pada sosok Ethan saat laki-laki itu bersuara.

"Ya, kami adalah teman masa kecil. Namun itu tidak berlangsung lama, karena aku harus kembali ke Nevada." Ethan tersenyum begitu manis, "Mungkin Claire sedikit canggung karena kita baru saja bertemu setelah sekian lama."

Para gadis itu menjerit tertahan.

"Sudah kukatakan Ethan akan langsung terpesona pada Claire!"

"Aku yakin Ethan dan Claire bisa menjadi lebih dari seorang teman."

"Ya, mereka cocok. Ethan yang tampan dan Claire yang cantik. Serasi sekali."

Claire yang sejak tadi menunduk sembari mencoret asal buku tulisnya, kini mendongak saat merasa dirinya jadi pusat perhatian. Sesaat dia baru tersadar bahwa Ethan telah mengubah posisi jadi berdiri dan mengulurkan tangannya.

"Ayo Claire, kata Mr. Nate kita tidak boleh melewatkan makan siang."

Claire tersenyum tipis dan berdiri dari posisinya tanpa membalas uluran tangan Ethan. Para gadis lagi-lagi memekik melihat adegan di hadapan mereka. Ethan kemudian melangkah, menyusul Claire yang hampir mencapai pintu.

Mereka melangkah berdampingan tanpa obrolan. Claire menutup mulutnya rapat-rapat sementara Ethan bersikap seolah-olah situasi saat ini sudah biasa ia jalani.

"Ethan Silvester," Claire menghentikan langkahnya, begitu pun Ethan. "Siapa?" Lanjut Claire dengan intonasi yang memelan.

Di luar dugaan Claire, Ethan hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan gadis itu. Laki-laki itu menatap Claire dengan sorot dingin meski bibirnya masih menyunggingkan senyum-meski terlampau tipis. Ethan mempersempit jarak di antara keduanya dan berbisik tepat di belakang telinga Claire, sukses membuat Claire menegang. Dia tidak pernah terlibat interaksi seperti ini dan Claire merasa begitu asing.

"Kau akan tahu segera," Ethan kembali menjaga jarak dan menatap bolamata indah Claire, "Ngomong-ngomong, Eleanor Lloyd mewariskan mata yang indah padamu. Aku suka."

Dan setelahnya, Ethan berlalu begitu saja. Meninggalkan Claire dengan isi pikirannya yang semakin bercabang.

Ethan, bagaimana dia bisa tahu nama ibunya?

🥀

Claire pulang dengan wajah kusut. Meski keadaan berubah, bukan berarti itu adalah bagian terbaik dalam hidupnya. Keberadaan Ethan nyatanya membuat keadaan memburuk. Perasaan Claire kacau balau. Isi kepalanya mendesak Claire untuk memikirkan semua kemungkinan yang akan terjadi. Satu hal yang pasti, Claire yakin bahwa semua yang terjadi hari ini ada hubungannya dengan mimpi anehnya semalam.

Crimson Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang