Claire terjaga dengan nafas memburu. Keringat membasahi sekujur tubuhnya yang bergetar. Kilas balik peristiwa yang ia alami masih teringat jelas seolah benar-benar terjadi. Claire menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri sembari menelisik suasana kamarnya yang berkilau karena bias cahaya matahari menembus melalui celah-celah tirai.
Dada Claire bergemuruh. Perasaan takut seolah menguasai jiwanya. Di tengah perasaannya yang kacau, Claire terkesiap dengan kemunculan nenek yang tiba-tiba.
"Nenek? Sejak kapan?" Claire berbisik lirih, merasa dirinya harus berjaga-jaga apabila dia masih berada dalam sebuah mimpi buruk yang rasanya tak berujung.
"Mimpi buruk lagi?"
Mencoba menenangkan Claire dengan perasaannya yang kacau, nenek mengulas senyuman hangat dan menghampiri gadis itu. Jemarinya yang kaku dan dingin mengusap pucuk kepala Claire lembut. Entah karena perasaannya yang masih kacau atau situasi yang memang terasa aneh—meski sikap hangat nenek tidak sama sekali berubah, Claire sama sekali enggan untuk bereaksi berlebihan. Gadis dengan surai cokelat itu hanya berusaha menetralkan nafasnya untuk sekedar menenangkan diri.
"Tenangkan dirimu dan habiskan sarapannya. Berjalan-jalan di luar kurasa adalah hal yang bagus untuk melupakan mimpi burukmu." Ucap nenek sebelum bangkit dan beranjak dari sana. Wanita tua itu kembali berucap sebelum benar-benar menarik gagang pintu, "Kurasa tidak selamanya itu menjadi pertanda buruk. Kupikir kau hanya diperlihatkan oleh takdir yang entah kapan datangnya. Tidak perlu khawatir. Semua akan baik-baik saja. Cukup jalani apa yang sudah digariskan dan jangan mencoba untuk lari."
Claire menoleh dengan pandangan skeptis. Isi kepalanya berusaha keras mencerna kata-kata aneh yang nenek ucapkan. Namun gadis itu mencoba menepis semua praduga buruknya tentang nenek. Meski kaku dan aneh, nenek selalu berada di sisinya. Oleh karena itu, nenek tidak akan pernah melukai Claire, kan?
🥀
Claire menghabiskan waktu hampir seharian di rumah. Kini matahari nyaris kembali ke peraduan. Dari jendela kamarnya, Claire dapat melihat orang-orang di luar sana yang bersiap mengakhiri seluruh aktivitas.
Mrs. Green yang sedang membersihkan etalase tempat roti-rotinya dijajakan, Mrs. Amber dengan gerobak yang digunakan untuk mengangkut gandum, dan Mr. George yang sedang duduk di depan bengkelnya sembari merokok dengan cerutunya. Dari kejauhan terlihat Elena yang bergandengan tangan dengan kekasihnya. Tak lupa Johnny, Adam, dan Lewis—3 bersaudara nakal yang saling berkejaran untuk sampai di rumah mereka.
Claire tidak yakin dengan perasaannya tentang apa yang ia lihat sekarang. Namun semuanya terasa aneh. Sejak kapan dia menghabiskan waktu untuk melihat dunia di luar kamarnya? Sejak kapan semua orang yang ada di sana menjadi objek perhatiannya? Claire bahkan merasa dia kehilangan jati dirinya. Kehidupan sosialnya buruk sebelumnya dan Claire rasa alangkah lebih baik untuk kembali ke situasi yang dulu karena gadis itu merasa benar-benar berada dalam kondisi asing, aneh.
Semakin malam, pikiran Claire semakin bercabang. Gadis itu merasa sedikit lebih emosional dari biasanya meski tidak ada sesuatu di luar sana yang mengusiknya sejak tadi. Satu-satunya hal yang membuat dia terusik hanya isi hatinya sendiri. Mencoba menepis semua perasaan aneh, Claire mencoba menenangkan dirinya. Gadis itu beranjak dari lamunan, meraih mantel tebal dan bergegas keluar dari rumah untuk sekedar menikmati angin malam yang tenang dan sejuk.
Nenek sama sekali tidak terlihat. Entah kemana perginya, namun Claire tak terlalu ingin peduli. Yang saat ini ada dalam benaknya hanyalah cara untuk mengenyahkan semua emosi negatif dalam dirinya.
Di luar rumah, suasana terasa jauh lebih sunyi. Ditemani suara burung dan serangga malam dan juga suara angin yang berhembus lembut, Claire melangkah tanpa tujuan. Kakinya mengajak untuk menyusuri sepanjang lorong desa yang remang-remang. Claire terus melangkah semakin jauh dari rumah. Gadis itu kemudian tersentak oleh kesadarannya sendiri ketika kakinya baru saja akan melangkahi batas desa menuju hutan.
Claire bergidik ngeri. Menyadari bahwa ia baru saja dikendalikan oleh sesuatu yang bahkan tak bisa ia jelaskan. Perasaan tenang yang mulai memenuhi relung jiwanya seolah kembali tergantikan oleh perasaan cemas dan waspada.
Gadis itu berbalik namun tubuhnya terpaku ketika sebuah siluet hitam berdiri kaku di ujung gang. Claire melangkah mundur melewati batas desa. Gadis itu kemudian berlari ketika siluet yang dilihatnya berubah menjadi sosok binatang besar. Itu serigala. Claire yakin itu. Bahkan gadis itu dapat mendengar lolongan panjang dari makhluk itu.
Claire dapat melihatnya dengan jelas. Tubuh besar dengan warna kelabu dan juga sorot mata kemerahan yang menatapnya nyalang.
Gadis itu berlari. Semakin dalam menuju hutan yang remang-remang. Claire bahkan tak memperdulikan mantelnya yang sesekali tersangkut ranting. Adrenalin gadis itu terpacu. Dadanya bergemuruh. Napasnya memburu. Ia hanya ingin menyelamatkan diri dari makhluk yang tak pernah terlintas dalam benaknya.
Srakk
Brukk
"Argh!" Claire merintih ketika tubuhnya jatuh menghantam tanah. Gadis itu bergerak dengan panik ketika mendengar geraman serigala itu semakin mendekat meski wujudnya belum nampak.
Dengan sisa tenaganya, Claire kembali memacu langkahnya lebih cepat meski sekujur tubuhnya sakit. Jauh Claire berlari hingga gadis itu tiba di area hutan yang gelap gulita. Suhunya semakin dingin dan Claire merasa oksigen disana semakin menipis. Dadanya sesak. Seluruh tubuhnya merinding dan terasa kaku. Claire mendengar lolongan itu sekali lagi namun gadis itu telah sepenuhnya memasrahkan diri.
Tubuh Claire tumbang. Dalam sisa-sisa kesadarannya, Claire sempat melihat sosok rupawan yang berdiri tepat di depannya. Menyentuh wajahnya dan berbisik tanpa bisa ia dengar. Dan ketika netranya bisa melihat jelas siapa disana, secercah harapan kembali menjalari relung hatinya sebelum ia benar-benar kehilangan kesadaran.
Disana, ada Ethan Silvester bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crimson
Vampire"for the sake of the greatness of the crimson moon, I make you as the part of my soul,-" ©zannanda