I Married to Stranger Part 6

5.8K 255 5
                                    

(Jason POV)

                Kurasa aku tidur dalam waktu yang cukup lama. Aku bermimpi, dan lagi-lagi mimpi yang sama. Mimpi aneh yang bahkan tak ku mengerti apa artinya. Selalu saja begitu, dalam mimpiku, si 'orang asing' pergi dan aku mengejarnya. Tak perduli itu jurang, aku terus mengejarnya.

                Aku terperanjat, terbangun dari mimpi aneh itu. kupegang dadaku yang berdebar kencang, dan keringat bercucuran di sekitar dahiku. Aku menghela napas dulu, menstabilkan kembali tubuhku serta perasaanku yang rasanya masih ada dalam mimpi aneh itu. kenapa aku jadi sering, eh tidak sering sih, tapi kenapa aku jadi suka memimpikan si 'orang asing'? Yang kutahu mimpi itu terjadi karena ada satu pemikiran tentang orang yang mimpikan. Dengan kata lain orang kita mimpikan itu adalah orang yang selalu ada di pikiran kita. Tapi si 'orang asing'? Tidak. Dia sama sekali tak ada di pikiranku. Aku geli sendiri kalau itu memang benar. maksudku, kalau memang aku memikirkannya. Aku yakin otakku akan pecah.

                Kulihat jam dinding warna merah muda yang menempel di bagian atas dinding, menunjukkan pukul 8 malam. Waw. Aku tidur lama sekali. Kurasakan perutku berbunyi, yang berarti cacing-cacing dalam perut seksi ini sudah meminta jatahnya. Aku langsung berjalan menuju ruang makan, dan tidak ada siapapun disana. ya, sudahlah aku tidak perduli. Aku makan saja yang banyak.

                Setelah makan banyak, aku duduk dulu sejenak. Lalu ku dengar suara tawa yang 'lebay' dari ruang televise. Aku tahu betul suara siapa itu. aku memiringkan bibir lalu pergi menuju suara itu berasal. Benar kan dugaanku! JOANNA ADA DISINI!

                "JO! You're here!" kataku, begitu melihat kakak terbaikku sedang duduk di sofa dengan Jessie di sampingnya dan Griffy di pangkuannya. Mereka tertawa terbahak-bahak menyaksikan acara AFV. Aku sedikit heran sih, kenapa Jessie mau dekat-dekat dengan Joanna? Setahuku anak kecil itu sangat membenciku, dan juga Joanna. Kupikir anak itu sudah taubat.

                Joanna menoleh padaku lalu menggerak-gerakkan tangannya, mengisyaratkan agar aku menghampirinya. Aku pun menuruti suruhnya, lantas menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Tunggu. Aku belum melihat si orang asing. Kemana ya, dia? Eh. Kenapa aku harus memperdulikannya? Syukur kalau dia sudah sadar dari amnesianya lalu pergi dari rumah ini.

                "Hey, Jess, kenapa kau mau duduk dengan pembunuhmu?" tanyaku pada Jessie yang seketika menjadi akrab dengan salah satu musuhnya ini.

                Jessie dan Joanna menoleh padaku, lalu mereka saling bertatap dan tertawa. Membuatku heran saja. Kemudian Jessie memegangi lenganku. "Jason. sekarang aku sadar, kalau setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Dan Tuhan saja bisa memaafkan, kenapa aku tidak? Aku sudah memaafkan Joanna dan juga kau. Dan...Eve bilang, kita harus hidup rukun. Tidak boleh marah apalagi menanamkan benci."

                Aku melongo mendengar perkataan anak berusia sepuluh tahun yang terdengar kolot sekali.

                "Ya, benar. sepertinya gadis itu sudah memberikan banyak perubahan pada keluarga kita." Sambung Joanna sambil memiringkan bibirnya.

                "Aku merasa sangat beruntung karena Eve bisa jadi bagian keluarga." Kata Jessie, lagi-lagi memuji si 'orang asing' yang entah berada dimana saat ini.

                Oh ya, aku juga tidak melihat ibu ataupun Nenek Mary.

                "Aku tidak perduli dengan apa yang kalian katakan. Baguslah kalau kalian sudah baikan. Tapi dimana Ibu dan Nenek Mary?"

                "Ibu dan Nenek Mary pergi ke rumah bibi Annie, dia baru saja melahirkan." Kata Jessie kegirangan. Entah apa yang membuatnya girang, tapi sepertinya kata 'melahirkan' membuatnya kegirangan. Karena setahuku anak itu sangat menyukai hal-hal berbau bayi.

I Married to StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang