name?

120 17 1
                                    

Sudah hampir sebulan lebih Seokjin tidak memegang kendali penuh atas cafenya. Terpaksa ia mengalihkan seluruh atensinya untuk mengurus tugas akhir agar lulus tepat waktu dan dapat kembali mengembangkan bisnisnya. Karena keputusannya ini, berujung dengan melimpahkan hampir semua tanggung jawab pada si adik sepupu kesayangan, Jimin. 

Kesibukan yang Seokjin miliki tidak membuatnya benar-benar lupa pada. Ingat, dia tidak akan pernah melepas apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Matanya super lelah dan otaknya serasa hampir meledak. Tapi, semua laporan tetap akan Seokjin terima dan kadang mengoreksi apa-apa saja yang kurang pas. Mulai dari keuangan, perlengkapan dapur yang rusak, bahan makanan dan minuman, sampai Jimin juga ikut melaporkan kalau ada satu pelanggan yang selalu datang setiap harinya—bahkan sampai cafe hampir tutup.

"Dia datang terus, hyung. Hampir tiap malam. Udah mulai sepi aja dia tetep stay. Hehehe seneng deh, hyung. Kita punya pelanggan setia." Kata Jimin saat Seokjin sedang membaca laporan keuangan siang lalu. Sepanjang Seokjin membaca laporan yang diberikan, selama itu juga Jimin bercerita. Tidak sekali, melainkan setiap hari. Chat, telepon, laporan. Di semua momen, Jimin menceritakan pelanggan setia itu.

"Dia dateng setiap hari, hyung. Yaa, pelanggan setia emang mayoritas begitu sih. Tapi ini beda banget sama pelanggan setia kita yang lain."

"Apa bedanya?" tanya Seokjin sembari menulis tugas akhirnya setelah selesai membaca laporan keuangan dari Jimin. 

"Dia selalu datang jam 8 malam, pas. Terus mesennya pasti Es Americano ditambah 1 shot espresso sama kue-kue kecil. Habis itu dia kerja, kurang lebih 1 jam. Habis itu dia datang lagi ke kasih di jam 9.15 buat mesen kue lagi. Terus ..." Jimin terus bercerita dan Seokjin mendengarkan dengan baik meskipun ia anggap cerita yang ia dengar sekarang bagai angin lalu.

Maksudnya, setiap tempat hangout pasti punya pelanggan setia bukan? Seokjin yakin cafenya juga pasti punya memiliki pelanggan setia dan Jimin sudah membuktikannya biar juga lewat ucapan. 1 hal yang pasti, Seokjin berhasil merebut hati, perut, dan mulut pelanggannya ini sampai berkali-kali datang ke cafe. Bahkan sampai tutup.

Satu kata untuknya. Hebat.

[]

Semuanya Seokjin lalui dengan baik(biar juga ia harus begadang nyaris tiap malam, tabungannya agak terkuras karena harus membeli buku, dan berkali-kali kena ceramah dosen pembimbing), akhirnya ia dapat menyelesaikan tugas akhirnya dan juga sidangnya sesuai dengan apa yang telah ia rencanakan. Lulus dengan nilai yang memuaskan dan setelah semua yang ia lalui, akhirnya Seokjin dapat langsung kembali mengurus cafenya di awal pekan kemarin. 

Semuanya berjalan dengan baik seperti biasa. Seokjin tetap melakukan tugasnya seperti yang sudah-sudah. Membantu membuat kue, meracik minuman, dan melayani pelanggan. Semuanya ia lakukan bersama team nyaris seharian penuh. 

Tak terasa malampun tiba, kala Seokjin baru tersadar ketika melihat keluar jendela yang basah karena rintikan air hujan. Cafenya tidak begitu sepi, cenderung ramai karena meminum coklat hangat yang tidak begitu manis dengan 1 potong cheese cake. Kudapan yang akan terasa sangat nikmat ketika sedang kedinginan atau musim hujan tiba. 

Waktu terus berdetik hingga Seokjin melihat Jimin yang tersenyum sembari melihat ke arah pintu. Pukul 8 tepat dan seorang pria tinggi, berbadan besar datang memasuki cafenya. Jimin yang menoleh dan memberikan sinyal pada Seokjin yang terlihat kebingungan. Si pelanggan setia, katanya.

Reaksi Seokjin biasa saja. Ia tidak mau ambil pusing dengan semua cerita Jimin yang menganggap pria ini sangat spesial. Seokjin tetap bersikap ramah kala pria itu memesan. 1 es americano dengan tambahan 1 shot espresso didampingi dengan beberapa kue manis. Selesai membayar, ia akan langsung duduk di meja yang dekat dengan jendela besar dan mulai membuka laptopnya.  Setiap 1 sampai 2 jam, akan datang lagi ke kasir lalu memesan kudapan yang lain.

The ShotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang