1

89 9 0
                                    

Aruna Estelle, anak tunggal dari Aghnisya dan Arwan Chairil yang merupakan siswi kelas satu Sekolah Menengah Atas di sekolah Pelita. Keluarganya cukup dibilang mampu, kebutuhan Aruna bisa terpenuhi semua. Namun, keluarganya tidak seharmonis kelihatannya.

Sejak akan ujian kelulusan SMP, Aruna sudah merasakan rumitnya hidup. Dimulai dari permasalahan yang timbul dikeluarga kecilnya, orang tuanya hampir setiap hari selalu ribut.
Karena malu keluarganya tidak harmonis, Aruna memutuskan hubungannya dengan kekasihnya Bara Regan Kastara. Alasan Aruna yang tidak jelas saat mengakhiri hubungan mereka, membuat Bara juga membencinya.

***

Aruna masuk ke sekolah yang sama dengan Bara. Hanya saja mereka berbeda kelas karena Bara lebih tua satu tahun dari Aruna. Gadis itu duduk di belakang bersama Gista, menunggu guru pelajaran pertama masuk.

Gista merupakan teman Aruna sejak SMP. Berbeda dengan Gista yang pandai bergaul, sekarang Aruna justru menjadi pendiam. Aruna anak yang pintar namun terkadang dia tertidur di keas.

Guru pelajaran pertama hanya memberikan tugas pada murid. Aruna memilih untuk menyandarkan kepalanya di meja. Matanya terpejam dan telinganya mendengarkan musik yang dia putar karena guru belum hadir. Lama-lama dia tertidur.

"Aruna," ucap Gista kesekian kalinya membangunkan Aruna.

"Apa?" sahut Aruna dengan mata yang masih terpejam.

Gista mengguncangkan tubuh Aruna agar Aruna terbangun. Dengan kesal, Aruna membuka matanya sambil melepaskan earphone yang melekat ditelinganya. Dia menatap Gista dengan sinis karena mengganggunya.

"Lo baru kelas sepuluh di sini, udah berani tidur di kelas," ucap seorang wanita di depan kelasnya.

Aruna menatap para seniornya yang sudah berdiri rapih di depan kelas. "Gue tidur juga nggak nyusahin lo," gumam Aruna.

Seorang pria menghampiri Aruna ke meja. "Siapa nama lo?" tanya pria itu.

Aruna menatap pria itu. Pria itu adalah Bara Regan Kastara, mantannya. "Nggak usah pura—," Aruna terdiam sejenak melihat sekelilingnya. "Gue Aruna."

"Nama panjang."

"Aruna Estelle."

Mereka memilih untuk tidak saling mengenal. Setelah Aruna memberitahu namanya, Bara kembali ke depan kelas. "Catat nama dia buat masuk OSIS."

Mendengar itu, Aruna berjalan ke depan kelas. "Apaan sih lo? Gue nggak mau," ucap Aruna menarik tangan Bara.

"Aruna, itu calon ketua OSIS," bisik temannya yang duduk di depan.

Aruna tidak peduli dengan ucapan temannya. Tatapan tajam ditujukan pada Bara yang sekarang ada di hadapannya. Begitupun dengan Bara yang menatap Aruna.

"Dengar kata teman lo? Gue Bara Regan Kastara, calon ketua OSIS di sekolah ini."

"Baru calon, emang lo yakin dipilih?"

"Lo baru kenal kita, langsung songong banget ya!" bentak seorang perempuan yang bernama Sasha.

"Gue cuma mencontoh kakak kelas di depan ini yang juga songong." Aruna berbalik ke mejanya untuk kembali memasang earphone dan mengerjakan tugasnya.

Bara menatap Aruna yang semakin hari tidak memiliki semangat. Sasha mengumumkan jika ada lima orang yang menjadi anggota OSIS di kelas itu, Aruna, Gista, Laras, Orin dan Gisel. Rasanya Aruna menyesal karena dia tidur. Bahkan dia harus bersama dengan grup Laras yang selalu cari perhatian.

"Kenapa lo nggak bangunin gue dari awal mereka datang?" tanya Aruna kesal pada Gista saat Bara dan temannya sudah pergi.

Gista menghela nafasnya. "Gue udah bangunin lo dari tadi. Makanya lo kalau tidur jangan sambil dengar musik. Ya udah sih, kan gue juga jadi OSIS."

"Gue males satu organisasi sama dia."

"Kok kalian pura-pura gak kenal gitu?" bisik Gista. Aruna hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Gista.

***

Pulang sekolah, mereka diminta pergi ke ruang OSIS. Aruna dan Gista pergi ke warung depan sekolah terlebih dahulu untuk membeli roti. Sambil menyantap roti, mereka berjalan menuju ke ruang OSIS.

Sampai di ruang OSIS, Aruna masih menyantap rotinya sambil duduk di samping Laras. Langkah kaki mendekatinya, saat Aruna mendongak Sasha sudah berada tepat di hadapannya.

"Lo tuh baru di OSIS udah berani telat," ucap Sasha.

"Aruna emang selalu telat," ucap Laras.

Aruna menunjukan roti yang dia makan. "Gue lapar, jadi beli roti dulu."

Ternyata kebiasaan Aruna masih sama, memakan roti saat pulang sekolah. "Kalau lo telat, minta maaf," ucap Bara.

"Maaf."

"Nggak boleh ada yang makan di sini," ucap Bara.

"Kata siapa?" tanya Aruna.

"Kata Bara barusan, lo tuli?" tanya Sasha.

Aruna menghela nafasnya berat kemudian keluar ruangan untuk menghabiskan rotinya. Banyak sekali peraturan di sini. Ryan, sebagai ketua OSIS baru saja datang dan langsung menghampiri Aruna yang duduk di depan ruang OSIS.

"Kamu calon anggota OSIS?" tanya Ryan.

"Iya. Di dalam gak boleh makan, jadi saya makan di luar."

"Boleh kok, lagian rapatnya belum dimulai."

Aruna menghela nafasnya kemudian membuang sampahnya. "Udah abis rotinya. Saya mau masuk. Permisi."

Mereka diberi selebaran kertas untuk mengisi biodata dan alasan mereka masuk OSIS. Aruna mengisi kertas itu dan menulis, saya disuruh Bara untuk menjadi anggota OSIS. Setelah diisi, kertas itu dikumpulkan.

Ketua OSIS pun berbicara di depan mereka, sedangkan beberapa anggota lainnya melihat kertas yang tadi dikumpulkan. Saat melihat kertas milik Aruna, Bara menggelengkan kepalanya membaca alasan Aruna. Diapun menambahkan tulisan dikertas milik Aruna. Karena kesalahan saya yang tidur di kelas saat anggota OSIS berbicara.

Setelah kertas itu dibagikan, Ryan menyebut satu persatu nama calon anggota. Hingga nama Aruna disebut oleh Ryan, karena alasan dia yang paling tidak masuk akal. Aruna menghela nafasnya berat sambil menghampiri Ryan. Kertas itu diletakan di hadapan Aruna, dahi Aruna mengerut ketika ada tambahan kalimat di belakangnya.

"Jadi, kamu masuk OSIS karena disuruh Bara?" Aruna mengangguk. "Benar karena ketiduran di kelas?"

Aruna mengangguk perlahan. "Gurunya gak masuk, jadi saya tidur."

"Kalau kamu gak berminat gak perlu--"

"Dia pintar. Kalau gue yang jadi ketua OSIS, gue pilih dia sebagai sekretarisnya."

Aruna menatap Bara. "Gue gak mau."

"Bar, kan Sasha yang nanti jadi sekretaris," ucap Dhani.

"Sasha berubah jadi bendahara." Tatapan Bara berpindah ke Aruna. "Kenapa? Takut kelihatan bodoh karena tukang tidur di sekolah?"

Gadis itu berdecak kesal mendengar Bara yang asal mengatur kemudian menatap Ryan. "Saya bersedia ka jadi sekretaris OSIS karena saya tidak bodoh." Aruna menatap sinis Bara. "Itupun kalau lo kepilih."

"Lo ngeremehin gue?"

"Lagian siapa yang mau pilih cowok nyebelin kayak lo?"

"Nih anak--"

Ryan menarik Bara menjauh dari Aruna. "Udah-udah, gak perlu debat. Aruna balik ke tempat duduk."

Setelah perdebatan kecil itu, Ryan melanjutkan pembicaraannya. Para anggota OSIS duduk mendengarkan penjelasan Ryan tentang pelantikan OSIS yang akan dilaksanakan. Wajah Aruna terlihat sangat kesal pada Bara begitupun Bara yang sangat ingin membalaskan dendam sakit hatinya pada Aruna.

✨✨✨✨
Gimana part 1 nya?

Maaf kalau banyak typo🙆‍♀️
Semoga kalian suka ya!

-14 Juni 2022-
ummu_syd

MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang