Happy Reading
Tiga hari berlalu setelah kejadian yang menimpa kedua bungsu. Tak ada yang istimewa namun ada yang berbeda, kedua anak itu dihukum karna perbuatannya yang ceroboh. Walaupun mereka berdua sudah mati-matian membela diri namun Mama tetap tak mau luluh. Sedangkan Harsa yang menjadi wali karna sangat dipercaya, justru tak berbuat apa-apa. Harsa justru hanya tertawa saat Mama menjatuhkan vonisnya.
Itu tak masalah bagi Harsa, ia akui sebenarnya Jay dan Cello juga memiliki kesalahan sedikit. Walaupun sedikit tapi harus mendapatkan hukuman kan?, hukuman itu juga bagaikan imbalan karna dihari kejadian mereka malah bersantai dikamar karna tak masuk sekolah dengan alasan terlambat.
Hukumannya juga tak terlalu berat. Jay akan disuruh bangun pagi dan membantu Mama membangunkan kakak-kakaknya. Sedangkan Cello harus siap siaga jika disuruh kewarung, kapan pun dan dimana pun ia berada. Kesempatan itu jelas tak akan dilewatkan oleh kakaknya, terutama Harsa dan Jona.
Seperti hari ini, dihari saptu ini semua anggota keluarga memiliki waktu libur. Namun meskipun begitu Jay tetap menjalani hukumannya, ia bangun pagi namun tidak langsung membangunkan kakak-kakaknya, ia justru malah bermalas-malasan diatas meja makan seraya menatap meja makan yang kosong.
Lama ia tatap makanan tak kunjung datang, padahal Jay berharap ia mempunyai kekuatan seperti gopal saat ini juga. Namun kian lama ia berharap kian lama juga ia semakin mengantuk. Hampir memejamkan mata namun urung saat tepukan dibahunya ia rasakan, lantas ia mendongak dan mendapati Bang Maren yang tidak rapi seperti biasanya, ia hanya memakai kaos hitam dan boxer bergambar super 10.
"Ngagetin aja bang! " Keluhnya pada Maren
"Tumben bangunnya pagi, ini baru jam delapan"
Tanyanya seraya mendudukannya dirinya disalah satu bangku dihadapan Jay."Abang gak tau yaa? "
Maren mengernyit bingung
"Tau apa? ""Dia dihukum Mama gara-gara gak masuk sekolah" Kak Rey menyambar, lalu berlalu kekamar mandi tanpa menghiraukan tatapan tak suka dari Jay.
Maren terbelalak kaget
"Beneran?! "Jay hanya mengangguk pasrah, tak ingin menjelaskan apa-apa, toh Bang Maren tak akan menolongnya karna semua keputusan ada pada mama.
"Kok bisa? " Tanyanya lagi penasaran, Jay pikir hanya sampai disitu, ternyata jiwa kekepoan Maren tak bisa diragukan .
"Ada masalah kecil, kalau mau tau yang lebih jelasnya, sama bang Harsa aja. Abang jangan tanya-tanya dulu, aku lagi males ngomong "
Maren lagi lagi mengernyit
"Kenapa sih? ""Aku lagi lemes, bang, laper!"
Maren mengangguk, laper toh.
"Hari ini siapa yang belanja "Jay tak menjawab, ia hanya memanyunkan bibirnya pada toples yang berisikan gulungan kecil kertas yang suda tertulis nama-nama mereka disana.
Rumah ini punya peraturan, mereka menciptakan sistem seperti... Arisan?. Mungkin, ya bisa dibilang arisan. Namun sedikit berbeda jika arisan sangat dinanti nanti oleh orang orang dan berharap jika namanya jatuh. Namun dalam masalah ini sedikit berbeda, mereka akan sangat sangat berharap bahwa namanya tak jatuh. Pasalnya dua nama yang jatuh akan bertugas kepasar untuk membeli sayuran atau kebutuhan lainnya, ini dilakukan jika libur seperti hari sabtu dan minggu.
Jadi setiap minggunya orang orang akan bergantian berbelanja, semuanya akan mendapat giliran. Namun, mengapa mereka masih saja berdoa agar namanya tak turun?. Padahal jelas jelas namanya telah dimasukkan disana, walaupun begitu mereka melakukannya secara sukarela, mereka hanya berharap namanya tak jatuh diawal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harsa the superhero
Novela Juvenil"Bilang sama aku kalau jadi SuperHero itu keren"