4. Ketenangan Tetangga

66 9 0
                                    

Happy Reading

"Panggilin yang lainnya" Jona memerintah. Jay mengangguk, berlari menaiki tangga dan membuka satu persatu kamar sang kakak.

"Kak Rey, sarapan" Belum sempat Rey menjawab, Jay sudah berlalu sembari berlari. Sayup-sayup ia dengar suara Jay yang mengajak saudaranya yang lain untuk turun sarapan.

Jona dan Harsa sudah ada dimeja makan. Dengan masing masing bubur ayam dipiringnya. Dapat Jona dan Harsa liat saudaranya satu persatu menuruni tangga. Tapi tidak dengan Maren dan Rey, karna mereka memiliki kamar dilantai bawah.

"Sarapan apa jam 10 gini?" Rey mencibir, sembari mendudukkan dirinya disalah satu bangku. diikuti saudaranya yang lain yang ikut duduk.

Harsa menatap Rey tak percaya
"Bener-bener tidak tahu terimakasih manusia satu ini. Tau begitu lebih baik kita tidak usah membelikannya saja. Iya kan, Jon?" Menyenggol lengan Jona meminta dukungan. Dan yang diharapkan pun terjadi, Jona mengangguk mendukung Harsa.

"Emang benerkan? Sarapan itu pagi-pagi bukan pagi menjelang siang kek gini" Protesnya sembari tangannya terus bergerak kesana kemari untuk mengambil bubur ayam yang berada didalam kresek hitam.

Harsa melirik tangan Rey yang terus bergerak
"Mulutnya berbicara tapi tangganya terus bergerak ya, saudara" Sindir Jona sembari sesekali menyuapi dirinya sendiri

"Udah-udah, kenapa sih berantem mulu, abang jadi gak bisa makan ni" Lerai Maren pada ketiga adiknya

Jay mengangguk menyetujui
"Iya, aku juga gak bisa nge-nikmatin bubur ayamnya kalau abang-abang pada berantem "

"Tau nii, pada kenapa sih? Berantemnya nanti aja" Cello bergabung

Dan pada akhirnya ketiga bersaudara itu memilih diam sedangkan Maren, Cello dan jay sudah mulai bernapas lega. Lain halnya dengan Nanta yang malah sudah memakan buburnya saat perdebatan berlangsung.

Dan sarapan pukul 10 ini berjalan lancar walau adanya sedikit perdebatan dan pembicaraan yang sama sekali tak penting.

....

Malam ini bulan bersinar terang. Membentuk sabit yang indah, Harsa duduk termenung dibawah pohon mangga yang besar namun tak pernah berbuah. Ia hanya menjadi pajangan, walau sebenarnya Harsa sangat ingin pohon itu berbuah.

Membaringkan dirinya diatas dipan bambu yang dibuat Bapak beberapa tahun silam. Hari ini ia menghabiskan waktunya bersama saudara saudaranya yang lain. Entah menonton, mencuci motor, atau hanya sekedar berbicara satu sama lain.

Semua saudaranya sudah masuk kedalam kamarnya masing masing, mengerjakan kegiatannya sendiri-sendiri. Mama sudah pulang pukul 4 sore tadi, setelah makan malam tadi Mama memutuskan kekamarnya untuk beristirahat.

Kini tinggalah Harsa sendirian, menatap bintang-bintang dibalik daun-daun mangga yang perlahan tertiup angin.

Angin bertiup kecil, membuat perasaan Harsa tenang. Tak ada masalah, ia hanya tak bisa tidur dan memutuskan untuk keluar untuk mencari angin.

Memejamkan matanya, berusaha menikmati lebih dalam lagi.

"Bang, ngapain? " Suara khas pemiliknya mengudara pelan. Membuat bulu kuduk Harsa merinding seketika. Perlahan ia buka matanya, dan terjengkit kala matanya menangkap sosok Cello tepat di hadapannya.

Harsa terduduk dengan nafas yang mengebu, sedangkan Cello mundur beberapa langkah akibat gerakan tiba-tiba dari Harsa.

"Kenapa sih, bang? Ngagetin aja" Tanya cello sewot sembari kembali mendekat

Harsa the superheroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang