Happy Reading
Langit sedang mendung, padahal baru 15 menit yang lalu ia hujan deras. Aroma tanah masih tercium dengan rintik-rintik kecil yang berjatuhan didaun-daun pohon mangga yang berada di halaman rumah.
Hawa sejuk pukul 16:37 sisa hujan itu menemani Harsa yang berada di teras rumah ditemani secangkir Energen coklat panas dan beberapa potongan kue brownies coklat yang masih hangat karna baru keluar dari panggangan milik Mama.
"Kakak, kalau pulang bawa oleh-oleh ya" Suara Jay terdengar dari pintu, Harsa dengan cepat berbalik lalu munculah raga Rey yang terbalut Kemeja hitam yang rapi dan disusul Jay dibelakangnya.
"Iya!, harus berapa kali sih ngingetinya?"
"Takut kakak lupa"
"Gak bakal lupa"
"Mau kemana, kak?" Kini Harsa bertanya
"Ada kerjaan diluar kota, Bos gue utus gue kesana karna dia lagi sibuk"
"Kenapa gak Bang Maren aja?"
"Semua orang punya bagiannya masing-masing, Harsa"
Mendengar itu Harsa mengangguk tanda ia mengerti, merasa tak ada pertanyaan lagi Rey berpamitan dengan Harsa dan Jay yang mengantarnya keteras depan.
Setelah menyalakan mobilnya, Rey kembali membuka kaca mobil sembari berteriak
"Gue pergi dulu"Harsa dan Jay mengangguk, Harsa bergumam mengisyarakatkan agar Rey berhati hati, karna terhitung cuaca yang tak bersahabat karna hujan kembali turun. Dan Jay yang kembali berteriak perihal oleh-oleh. Rey hanya mengacungkan jari jempolnya, mengatakan aman.
Setelah menghilang dari balik pagar rumah, Jay mendudukkan dirinya disalah satu bangku disebelah Harsa, mencomot sepotong brownies milik Harsa.
Harsa menatap tajam Jay, bukannya apa Jay langsung mengambil tanpa meminta izin. Jay yang ditatap begitu sontak menaikan alis seakan akan bertanya apa yang salah? Kenapa Abang natapnya gitu?
"Kalau apa-apa itu, izin dulu"
Jay mengerutkan keningnya
"Dalam rangka apa?""Kamu makan kue abang tanpa permisi atau minta. Nanti kamu kebiasaan diluar sana"
"Abang lupa ya?"
"Apa?"
"Rules pertama, makanan atau barang milik abang adalah milik aku juga, makanan atau barang milik aku akan tetap menjadi milik aku seorang. Tolong diingat ya abang ku sayang"
"Rules dari mana?"
"Dari aku, baru aja disahkan"
"Kapan?"
"10 detik yang lalu"
Dengan begitu Harsa hanya mampu geleng geleng kepala. Aneh pikirnya. Dan Jay, anak itu tidak perduli tentang tatapan Harsa yang tampak tak percaya dengan tingkah dirinya ini. Ia masih asik memakan brownies milik Harsa dengan tenang.
"Jay, ayo!" Cello tiba tiba datang mengajak Jay, entah akan kemana lagi kedua anak ini.
Jay yang mendengar itu sontak dengan cepat memasukkan sepotong brownies itu dengan cepat dan meraih Energen milik Harsa.
"Mau kemana?" Kali ini Harsa bertanya karna penasaran
"Ada bisnis"
"Gaya bener bisnis-bisnisan"
"Ih, dibilangin" Ujar Cello jengah
"Jangan macem-macem, nanti nyolong rambutan lagi" Ujar Harsa memperingatkan
"Nggaklah bang, orang cuman main kelereng depan situ" Ujar Cello menunjuk halaman depan
"Udah SMA mainnya masih kelereng, kaya bocah"
"Main kelereng gak pake standar umur" Ujar Cello sewot sedangkan Jay sudah berlari menarik garis untuk starnya.
Cello meninggalkan Harsa yang mendengus sebal.
"IHH LO KELUAR GARIS!" Setelah 20 menit berlalu, suara teriakan Cello terdengar.
"GAK!"
"KELUAR JAY"
"NGAK KOK, INI KAKI GUA DIBELAKANG GARIS"
"KELUAR JAYANZA, GAMAU MAIN AHH. LO CURANG"
"Dih, kayak bocah. Ngambekan" Itu kalimat terakhir jay, hingga dengan kesal Cello melempar semua kelerengnya ke tanah.
"Tukan males ahh, mainnya kayak bocah" Ujar Jay ikut kesal
Harsa yang sedari tadi memperhatikan permainan dan adu mulut itu sontak bangkit mendekati keduanya.
"Udah-udah pungut lagi tu semuanya"
Jay dan Cello berbalik mendapati Harsa yang memungut satu persatu kelereng yang sudah ia lemparkan.
"Ngapain, bang?"
"Abang ikut main biar gak ada yang curang"
"Beneran?" Ujar jay dengan semangat 48. Harsa mengangguk dan kembali membenarkan Garis star ditanah.
45 menit berlalu, awalnya Harsa hanya coba coba, namun saat kelerengnya tersingkirkan membuat Harsa ingin coba lagi, masih belum menang membuat Harsa yang awalnya coba coba kini bertekad untuk menang. Jiwa ambisnya bergejolak saat lagi dan lagi ia tersingkirkan.
Nanta memasuki pekarangan rumah, memarkirkan motornya di garasi. Indra pendengaran disambut dengan perdebatan antara adik keduanya dan kakak keempatnya.
"Habis Jay itu Abang"
"Enggak, Abangkan udah tadi"
"Gue belum jalan, kok lo lagi sih."
"Ihh abang udah tau!"
"Belum"
Jay yang mendengar itu hanya mengerjab pelan.
"Jayan, sini"
Mendengar itu Jay langsung berlari kegarasi mendekati Nanta.
"Kenapa, bang?"
"Itu kenapa?"
"Gatau"
"Masa gatau"
"Tadi main kelereng, terus tiba-tiba teriak- teriakan"
"Oh, yaudah ayo masuk"
"Terus mereka gimana, bang?" Tunjuk Jay pada Harsa dan Cello yang masih adu cekcok.
"Biarin aja. Yang satu anak ambis, yang satu gamau kalah. Kalau kamu disitu, yang ada kamu jadi orang bodohnya"
"Ihh abang"
"Makanya, ayo"
Jay menurut, mengekori Nanta dibelakangnya.
Namun, belum sepenuhnya ia melewati pintu itu. Suara mama lebih dulu melaju.
"Jay, panggilan Abang sama Cello, udah mau magrib"
"Iya mama"
Jay kembali ke halaman, menendang semua kelereng yang sedang dikeker Cello sehingga berserakan lalu dengan secepat kilat berlari masuk.
"Dipanggil mama" Ujarnya berteriak
"Nangis lo Jay!" Cello Balas berteriak
KAMU SEDANG MEMBACA
Harsa the superhero
Novela Juvenil"Bilang sama aku kalau jadi SuperHero itu keren"