"Kau pulang untuk mengajar di sekolah?"
"Benar,"
"Kau sungguh buang-buang waktu sampai tua!"
"Kau benar,"
"Aku bersungguh-sungguh. Kau kawanku!"
"Aku tak punya pilihan...,"
"Kau punya kemampuan, kau punya segalanya dibanding dengan aku!"
"Aku melihat gelap semua,"
"Justru itu! Kau jadi mengajar di sekolah yang gelap,"
"Aku tak tahu,"
"Kau harus tahu,"
"Aku tak ingin mencari tahu,"
"Ayolah. Kau bukan dirimu yang aku kenal,"
"Aku tak tahu harapan apa,"
"Kau sekarang ini bukan dipecat, cuma kurang beruntung saja,"
"Maka, aku pulang!"
"Pasti kau diterima di tempat kerja lain,"
"Aku sudah berusaha,"
"Tidak. Kau justru ingin pulang,"
"Aku sudah melempar lamaran ke mana-mana,"
"Aku cuma tahu dua atau tiga,"
"Aku tak bilang padamu,"
"Aku tahu. Kau tak pernah berbohong,"
"Aku sudah kuatkan niat,"
"Urungkan dulu,"
"Aku tak ingin mengecewakan orang tua,"
"Apa hubungannya? Kau pulang malah menambah beban orang tua!"
"Orang tua ingin aku bekerja sesuai ijazah,"
"Kata siapa?"
"Kataku. Aku sarjana pendidikan, kerja juga harus di sekolah!"
"Tapi kau belum lulus tes CPNS,"
"Aku coba lagi,"
"Sampai kapan?"
"Sampai dibuka tes lagi,"
"Lalu kau mengajar di sekolah dengan ikhlas?"
"Begitulah,"
"Sampai kapan?"
"Mungkin...,"
"Kalau ada pemutihan?"
"Aku yakin 10 tahun ke depan kau tetap hidup melarat sebagai orang tak bergaji!"
"Apa itu perlu?"
"Hei! Kau mau makan apa?"
"Nasi,"
"Kau beli pakai apa?"
"Ada sawah di kampung,"
"Kau rawat pakai apa?"
"Hmm...,"
"Hama itu tak cukup kau buang dari batang padi,"
"Iya,"
"Kau butuh uang!"
"Aku bisa kerja apa di sana mungkin,"
"Justru di sini kau punya kreativitas lalu kirim uang ke orang tua,"
"Di sana mungkin juga bisa,"
"Kau di kampung!"
"Apa bedanya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Baihaqqi: Guru Honorer
Ficción GeneralPak Baihaqqi seorang guru honorer di SMA 13 Harapan. Dirinya sudah mengajar hampir 15 tahun tetapi tidak masuk ke dalam honorer Kategori 2 (K2). Di tahun 2022 ini pula, ia tidak termasuk ke dalam daftar yang bisa mengikuti seleksi Calon Pegawai Pem...