bayangan itu.

31 6 0
                                    

"Hai Zee." Sapa Jeslyn ramah kepada sahabatnya. Zera tersenyum lalu mendekat pada Jeslyn dan melepas kerinduan mereka dengan cipika-cipiki. Jeslyn melihat seorang gadis yang dibelakang Zera dengan pandangan penuh tanda tanya.

"Ah iya, ini Alana putri aku Jes," Zera langsung memperkenalkan Alana kepada Jeslyn. Jeslyn mengangkat kedua alisnya, namun setelah melihat senyum tersipu Zera, ia mengerti.

"Hmmmm, Andre punya gadis secantik ini, dan aku baru mengetahuinya." Jeslyn berdiri didepan Alana. Mendengar pujian Jeslyn dan perlakuan yang hangat membuatnya sedikit salah tingkah.

"Oooo hoooo, haruskah Mas Andre memberi tahu kepadamu Jeslyn? Ck, dia sekarang suamiku bukan pacarmu lagi, ingat!"

Mendengar apa yang dikatakan Zera, Jeslyn tertawa lepas, ia melupakan sejenak untuk masalah anaknya.

"Astaga itu masalalu Zera." Jawab Jeslyn, Jeslyn mengajak keduanya untuk duduk. Pandangan Alana fokus ke lantai dua yang kini menampakan seorang gadis sedang berlari memasuki kamar, ia sepertinya mengenal gadis itu. Dan benar saja saat gadis itu kembali keluar Alana sangat jelas melihat wajahnya.

"Ana." Lirihnya dan masih terdengar oleh mamanya dan juga Jeslyn sahabat mamanya. Jeslyn dan Zera melihat kearah pandangan Alana dan mendapati Ana yang sedang terburu-buru.

"Apa kau mengenal putriku, Alana?" Tanya Jeslyn dan Alana mengangguk, ia memberi tahu kepada Jeslyn bahwa ia teman satu sekolahnya. Dan begitu mendengar jawaban Alana, Jeslyn mempersilahkan Alana untuk menemui Ana.

Alana berjalan manaiki anak tangga yang cukup lumayan membuat kakinya lelah, sesampainya dilantai Alana berjalan menuju kamar yang di masuki temanya. Ia terkejut melihat kamar yang sangat berantakan. Perlahan ia masuk dan mendapati dua orang berbeda gender.

Hendak memanggil nama temanya, Alana justru kini fokus memandang darah yang menetes kelantai. Tiba-tiba wajahnya memucat, kepalanya terasa pening, tubuhnya bergetar tak karuan, keringat dingin mulai bercucuran. Alana kembali melihat insiden itu, darah, ledakan, dan orang yang ia cintai didalam insiden itu. Ia berjalan mundur perlahan dengan kaki bergetar, tak sengaja ia menginjak pecahan vas bunga.

Kretek....

Suara itu mengalihkan kefokusan dua orang itu. Ana mengetahui temanya ada dirumahnya namun ia melupakan Alana setelah melihat keadaan kakaknya.

"Alana."

"Lo."

Ucap kakak beradik secara bersamaan. Alana sudah tak bisa menahanya, ia berlari keluar ketakutan. Dan tingkahnya membuat Ana dan Aqsa saling memandang dengan pandangan penuh pertanyaan.

Zera dan Jeslyn pun tersentak melihat Alana berlari keluar rumah dengan keadaan menangis.

🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋

Ana terpaku saat kelima inti geng Teng-corak masuk ke kelasnya dengan memasang wajah penuh amarah. Ia tahu pasti kakaknya akan datang. Tidak semua, hanya sang ketua yang menampakkan wajah seramnya.

Aqsa dan lainya mengedarkan pandangan, namun mereka tak mendapati orang yang dituju. Dan justru Aqsa tertarik dengan gadis yang duduk di belakang adiknya. Sudut bibirnya sedikit mengembang, ia perlahan berjalan kearah gadis itu.

Mata Ana tak henti menatap saudara kembarnya yang kini tengah berjalan menuju Alana. Seseorang berjalan lebih cepat, lalu menaruh tasnya dimeja Alana dan duduk disampingnya.

Melihat pemandangan itu Aqsa menalan ludahnya kasar. Dan......

Bughhhh.....

Akibat pukulan yang Zen terima dikepalanya membuat dirinya tersungkur ke gadis disebelahnya.

Tak ada yang berani membantu Zen, kecuali Alana yang memang duduk di meja yang sama, mau tak mau Alana membantu Zen kembali ke posisi duduk semula.

"Lo ngg--" ucapan Alana terhenti saat melihat bercak darah yang berada disudut bibir Zen. Tubuhnya gemetar, wajahnya memucat, ia melemah.

Kretttt .......

Alana berdiri dan mendorong meja kedepan, Ana yang duduk didepannya sontak kaget akibat meja yang menabrak bangku yang ia duduki.

Alana berjalan cepat keluar kelas dan disaksisan siswa-siswi kelas IPS 1 yang hanya diam tak berkutik.

Brukkk....

Di ambang pintu, Alana menabrak Trias yang sedang membawa buku paket dengan salah satu temanya, buku yang mereka bawa terjatuh karena tertabrak oleh Alana. Namun Alana langsung lari.

"Alana, kamu mau kemana! Sebentar lagi masuk!" Teriak Trias, namun Alana tak memperdulikan teriakan temanya.

Dan kini Aqsa tak memperdulikan gadis itu lagi. Keberadaan dirinya disini hanya untuk bertemu musuh bebuyutannya.

Aqsa menarik kerah baju Zen. Zen langsung mendorong tubuh Aqsa dengan kasar dan membuat Aqsa terjatuh. Aqsa bangkit dengan penuh amarah, namun Zen memilih pergi dari kelasnya.

Aqsa hendak mengikuti Zen, namun ditahan oleh ke-empat sahabatnya.

🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa!"

Berkali-kali Alana berteriak frustasi, menjambak rambutnya sendiri dengan keras. Kini ia berada di atap sekolah, berdiri tepat dipinggiran atap seperti orang yang akan melompat dari ketinggian gedung sekolah.

Seseorang melihatnya, dia berlari menuju Alana yang sedang frustasi. Dan langsung ia tarik tangan Alana lalu jatuh kepelukanya.

Mata Alana buram karena dipenuhi air mata, nafasnya tak beraturan dadanya terasa sakit.

"Apa yang lo lakuin hah!" Bentaknya kepada Alana dan masih setia dalam pelukan itu.

Alana menangis mendengar bentakan itu, hatinya terasa sakit ketika ia menerima bentakan dari seorang laki-laki. Tangisanya semakin kencang membuat sang lelaki merasa bersalah.

"Maaf," lirihnya, tangan kanannya terulur mengelus kepala Alana untuk menenangkan nya. "Lupakan insiden itu." Alana melepas pelukanya, dan menatap laki-laki didepanya dengan intens.

"Bagaimana bisa hikss hikss......" Kini Alana terduduk lemah, ia masih menangis. Laki-laki itu berjongkok mengangkat dagu wanita didepanya dan kembali saling menatap.

"Da-- dara- hh hiksss kecela- kaan i- hikss." Alana tak mampu  melanjutkan kata-kata yang diucapkan.

"Lo udah janji sama gue kan buat lupain kejadian tiga bulan lalu, gue bahkan rela buat nemenin lo yang notabennya lo bukan siapa-siapa gue dan kita nggak saling kenal."

Hati Alana tersentuh mendengar perkataan itu, ia kembali mengingat keadaanya setelah melihat kecelakaan yang terjadi tepat didepannya.

Tiga bulan Alana terpuruk, dan merasa dirinya berada dititik paling rendah dalam hidupnya.

"Dan kenapa lo mau gitu aja, lo sendiri tau gue ini bukan siapa-siapa, tapi kenapa lo dateng waktu itu?"

"Mama Gea nitipin lo ke gue, Alana." Alana menyeka air mata yang mengalir dipipi mulusnya. Mendengar pernyataan itu membuatnya penasaran mengapa Gea, mamanya mempercayai orang yang baru Gea kenal, dan justru menitipkan dirinya kepada pria didepanya.

Disisi lain ada dua orang yang melihat dan mendengar pembicaraan dua sejoli itu.

"Mereka udah saling kenal."

"Hufttt, gerah nih hati gue." Sindir seseorang kepada orang yang ada disampingnya. Dan dibalas kekehan.

"Sampai kapan kita akan memusuhi anak malang itu ?"

"Sampai Tuan AQSANDER DILANO menerima kenyataan ini."

"Wah wah wah sekarang lo udah bisa bicara lebih dari tiga kata cuy, hebat hebat."

🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋🍋

Part selanjutnya

Ringkasan √

"Lo tawanan gue, dan lo tau itu tapi lo terus ngehindar sayang,"

Mata Alana terbelalak mendengar ujaran lirih Tuan Aqsander Dilano. Ada yang diam-diam mengepalkan kedua tangannya namun disembunyikan didalam saku celananya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

semua tentang kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang