Dream

130 10 3
                                    

Sinar matahari berhasil meraih sadarnya Jungwon. Pusing langsung dirasa oleh Jungwon begitu ia bangkit, bahkan badannya pun terasa pegal. Sepertinya ia terserang demam, akibat bermalam tanpa selimut di ruang tamu.

Jungwon melihat bahwa pintu sudah terkunci, artinya Jay sudah pulang. Jungwon bernafas lega, berarti Jay baik-baik saja.

Pusingnya semakin menjadi, ketika Jungwon mencoba berjalan ke arah kamar, belum lagi mual juga menyerangnya, akibat perut kosong yang ia biarkan semalam.

Jungwon tetap memaksakan diri berjalan, walau sebentar-sebentar berhenti dan berpegangan pada tembok. Jungwon mengetuk kamar Jay, memastikan apakah memang benar Jay pulang.

"Jay," panggil Jungwon dengan suara serak.

Baru beberapa kali diketuk, sang pemilik kamar sudah keluar.

Jay menatap Jungwon tajam, namun setelahnya berubah menjadi, entahlah, tatapan yang berbeda.

"Gue pikir lo gak bakal pulang."

"Lo berharap gue gak pulang?"

"Iya."

"Gu-"

"Iya engga lah, masa iya gue berharap lo gak pulang. Jadi menurut lo, semalaman gue nungguin sampe ketiduran di sofa itu maksudnya apa kalo bukan karna khawatir sama lo."

"Gue gak peduli."

"Tapi gue peduli."

"Gue gak minta."

"Tapi gue mau."

"Ya berarti itu salah lo."

"Iya salah gue. Seharusnya gue gak berharap banyak sama apa yang dibilang mama. Btw hari ini gue engga sekolah, gue pusing, lo hati-hati berangkatnya." Setelah mengucap demikian, Jungwon hendak ke kamarnya, namun dalam hitungan kelima, ia nyaris saja jatuh, jika Jay tak sigap menahannya.

"Mama," panggil Jungwon ditengah pejamnya. Jay langsung membawanya ke dalam kamar dan menjatuhkannya ke kasur, lalu menelepon mama.

"Mama," panggil Jungwon lagi.

Jay emosi ketika suara operator yang menjawab panggilannya, anak itu melempar ponselnya lalu mendekat pada Jungwon. Disentuhnya kening yang kini begitu panas, wajah itu juga kehilangan rona nya.

Jay menyelimuti Jungwon, lalu pergi ke dapur, mengambil air dingin dan kain, untuk mengompres dahi panas Jungwon.

Beberapa kali, hingga akhirnya ketika Jay menyentuh kening itu, ia bernafas lega. Demamnya sedikit turun. Kemudian Jay hendak akan mengambil obat, namun suara Jungwon yang sedaritadi memanggil mama berubah, membuat Jay membeku.

"Kakak."

Jay berbalik, menatap Jungwon yang masih terpejam namun tetap bersuara. Jay tanpa sadar tersenyum, merasa senang. Ini kali pertama ia mendengar Jungwon memanggilnya kakak.

"Iya Wonie?" balas Jay pelan. Kemudian Jay tertawa, menertawakan kebodohannya.

"Apa?"

Jay terlontar kaget, hingga baskom berisi air ditangannya jatuh begitu saja.

"Lo bilang apa tadi?" tanya Jungwon dengan nada serak.

"Bi-bilang apaan?"

"Lo tadi bilang Wonie gue denger."

"Pede banget, yang ada elo yang manggil gue pake sebutan kakak."

"Masa iya sih?"

"Gak percaya gak usah, gue gak peduli. Gue mau berangkat, urus diri lo sendiri." Jay kemudian pergi, ia merutuki kebodohannya, ia benar-benar malu sekarang, kenapa Jungwon mendengarnya.

Dream or Dream || JayWon ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang