01. Mentari Senja Asastra

22 3 0
                                    

🌤️🌤️🌤️
Happy Reading


Mentari berjalan dengan terburu-buru. Wajahnya terlihat panik. Karena dia terlambat 15 menit untuk membawakan pesanan makanan teman-teman sekelasnya. Oh tunggu, apakah mereka pantas untuk disebut teman?

Gadis berkacamata itu terus merutuk dalam hati. Semua ini gara-gara suasana kantin yang sangat ramai. Antrean nya yang sangat lamban bahkan terkesan tidak bergerak sama sekali. Belum lagi ia bukan hanya mengantre untuk satu jenis makanan tapi ia harus berpindah-pindah dari pedagang yang satu ke pedagang yang lain hanya untuk memenuhi setiap pesanan teman-teman sekelasnya.

Mentari membenarkan letak kacamatanya yang sedikit merosot. Mengeratkan genggaman nya pada plastik berisi kan makanan dan mempercepat langkah kakinya.

Kelasnya, VIII B berada di lantai dua gedung ini. Tapi karena SMP PELITA BANGSA ini cukup luas maka Mentari membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama untuk sampai kesana.

Mentari menarik napas panjang di depan tangga yang menghubungkan lantai dasar dan lantai dua. Mengangguk yakin, gadis itu mulai menapakan kaki nya pada satu per satu anak tangga dengan kecepatan penuh.

Mentari menumpukan tangan nya pada lutut. Mencoba mengatur ulang pernapasan nya yang terdengar tidak beraturan.

Sedikit lagi, batin nya terus menerus. Setelah melewati tangga ia hanya perlu berjalan sebentar lalu berbelok ke kiri dan disanalah kelasnya berada.

Baru saja Mentari berbelok dan memasuki kelasnya. Kejadian yang tak diinginkan malah terjadi. Salah satu siswi menjegal kaki Mentari hingga membuat gadis berkacamata itu jatuh tersungkur di atas lantai.

Kejadian itu sontak menarik atensi seluruh siswa dikelas. Mentari dihujani dengan berbagai macam tatapan.

Mentari sama sekali tidak peduli tentang itu, setidaknya untuk saat ini. Mentari merangkak mencoba meraih kantong plastik yang ikut jatuh bersamanya saat ia terjatuh tadi. Untungnya isinya tidak berhamburan keluar.

Mentari menghembuskan napas lega. Tapi sayangnya itu tidak bertahan lama. Saat tiba-tiba saja rambutnya di jambak dan dipaksa mendongak.

“Yolla ....” cicit Mentari

Yollanda Putri Diaskara, Menurut gosip yang beredar jika berurusan dengan nya maka hidupmu tidak akan pernah tenang. Dan Mentari sudah membuktikan itu sendiri.

Yollanda berdecak kesal “Lo tuh kenapa sih nyari gara-gara terus tiap hari?”

“Tau tuh, caper banget.” sahut Gisella sinis

Gisella Lareina, salah satu sahabat Yollanda yang sudah menemaninya sejak kecil karena rumah mereka yang berdampingan.

Mentari menggelengkan kepalanya, “Nggak gitu ... tadi aku─”

“Halah, banyak alasan.” potong Dhea

Dhea Cantika, siswi yang tadi menjegal kaki Mentari. Dia juga merupakan sahabat Yollanda hanya saja mereka baru bertemu di kelas 5 SD.

“Emang perlu dikasih pelajaran.” ucap Gisella yang dibalas anggukan cepat oleh Dhea.

Gisella mengalihkan pandangan nya ke arah Yollanda. Yollanda yang peka pun membalasnya dengan anggukan singkat.

Tanpa basa-basi Yollanda langsung mengeratkan jambakan nya pada rambut Mentari. Menariknya kuat, memaksa Mentari untuk berdiri.

Mentari meringis. Mencoba menjauhkan tangan Yollanda dari rambutnya. Karena rasanya sangat sakit seperti kulit kepalanya akan terkelupas.

MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang