2

8 1 0
                                    

Matahari belum muncul namun suara mesin jahit sudah berbunyi dari dalam sebuah butik pakaian, tulisan di toko tersebut masih tertulis tutup namun sudah ada kegiatan disana.

Sedikit demi sedikit lembaran kain mulai di satukan menjadi sebuah gaun yang indah. Nara, begitulah perempuan itu kerap disapa oleh para pegawainya. Perempuan karir yang sukses membuka butik pakaian dan berprestasi, selain menjalankan tugasnya sebagai wanita karir nara juga harus melayani kebutuhan suami nya.

Setiap pagi nara sudah bangun menyiapkan sarapan membereskan rumah dan mempersiapkan dirinya sendiri untuk berangkat ke butik.
"Mas, ayo bangun" bisik nara ditelinga sang suami.
"Hmm iya sebentar lagi" saut sang suami yang masih setengah sadar.
"Mas ayo sarapan dulu bangun" ucap nara
"Iya iya aku bangun" sang suami pun bangun dengan mata yang masih terpejam.
"Mandi dulu ya biar seger abis itu makan aku udah siapin baju kamu" setelah itu Nara pun keluar kamar dan menunggu di meja makan.

Tak berselang lama sang suami pun keluar kamar dan sudah berpakaian rapi serta tercium aroma parfum.

Sarapan pagi yang damai dan penuh cinta menyelimuti kedua pasangan itu. Setelah sarapan selesai Nara pun mengantar sang suami yang hendak berangkat kerja sampai pintu dan tak lupa mencium kening Nara dan memeluknya, benar benar aroma kesukaan Nara bau tubuh sang suami yang terpadu dengan parfum.
"Ya udah mas berangkat dulu ya" pamit sang suami sambil mengelus pipi Nara.
"Iya hati hati ya mas" senyum Nara pun mengembang saat sang suami mengelus pipinya.
Sang suami pun menyalakan mesin mobil dan langsung menancap gas menuju kantor.

Nara bersiap bersih bersih dapur lalu segera bergegas menuju butik karena hari ini dia sudah ada janji dengan salah satu pelanggan untuk membuatkan sebuah gaun pengantin.

Sesampainya di butik ternyata masih sepi bahkan pintunya pun masih terkunci untung saja Nara selalu membawa kunci cadangan.
"Wahh ku kira pegawai ku sudah pada datang ternyata masih sepi begini" gumam Nara.
"Bikin teh dulu enak kali ya" Nara pun berjalan menuju bagian dapur dari butik itu.

Tak lama ia di butik seorang customer yang sudah membuat janji dengan Nara datang, gadis dengan perawakan tinggi berkulit putih layaknya model itu langsung bertemu dengan Nara.
"Apa benar dengan mbak nara?" Tanya gadis itu
"Oh iya benar dengan mbak Manda ya yang kemarin sudah bikin janji dengan saya?" Jawab Nara dengan sopan.
"Iya benar, jdi gimana mbak apa bisa dibuatkan desainnya seperti yang sudah saya kirimkan gambarnya waktu itu?" Tanya Manda langsung ke intinya.
"Oh tentu bisa tapi sebelumnya kita ukur dulu ya, mari" dengan senyum ramah Nara mempersilahkan Manda mengikuti nya ke sebuah ruangan dengan banyak gulungan kain
"Disini mbak bisa pilih mau pakai bahan yang seperti apa" jelas Nara singkat
"Oh begitu" jawab Manda singkat sambil melihat-lihat tumpukan gulungan kain itu.
"Kita mulai sekarang saja ya ukurnya?"
"Oh oke"

Setelah semua dirasa telah selesai mengukur dan memilih bahan gaun Manda pun berpamitan pulang dan akan datang lagi setelah gaun nya selesai dibuat. Namun saat ingin keluar ia melihat satu foto terpampang jelas di dekat meja Nara, ya itu foto Nara dan sang suami saat pernikahan mereka setelah sekilas melihatnya ia langsung pergi dengan wajah yang sedikit kesal, tapi kenapa juga ia harus kesal? Itu hak Nara untuk menaruh foto itu disana apa karena ada seseorang di dalam foto tersebut yang membuatnya kesal?
.
.
.
.
Jgn lupa vote ya gaesss🥰

Tetaplah BersamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang