1 - Aba-aba

118 14 0
                                    

"Shau, kau mau timun punyaku?"

Orang yang dipanggil menoleh pada gadis disampingnya. Shierya telah mengulurkan sumpitnya yang mengapit potongan timun pada Shaurya. Menunggu keputusan saudaranya.

"Letakkan disini." Ucap Shaurya sambil menyodorkan kotak bekalnya. Segera Shierya meletakkannya dan memindahkan beberapa timun lagi dari kotak bekal miliknya.

Kembali dua orang dengan wajah serupa itu pada aktivitas mereka. Memakan bekal makan siang masing-masing sembari menonton sepak bola di lapangan dihadapan.

Diantara pemain-pemain yang bergerak kesana kemari. Terselip belahan ketiga mereka. Fokus berlari dan mengoper bola pada teman setimnya.

"Kita tidak pernah ke Korea Selatan sebelumnya." Kata Shierya memulai percakapan. "Budaya mereka juga berbeda. Budaya dari barat cukup menonjol. Terutama bahasanya, membuat rahangku bergerak bebas."

"Oh, culture shock."

"Tidak juga."

"Mungkin karena kita terlalu lama berada di Jepang dengan era yang berbeda."

Keramaian di lapangan mulai lenggang. Orang-orang menepi mencari tempat teduh untuk beristirahat. Sepertinya permainan sudah berakhir.

Dua diantaranya mendekat pada Shaurya dan Shierya. Seorang dengan wajah yang sama dan wajah yang berbeda. Berekspresi datar dan berekspresi ceria. Seolah energinya belum terkuras habis setelah berlarian di tengah lapangan saat terik begini.

"Panas, panas, panas." Kata pemuda berekspresi riang. Sementara yang memiliki wajah yang serupa mengambil air mineral yang masih tersegel dan menyerahkannya pada Shierya. "Tanganku licin," ucapnya.

Gadis itu langsung membuka tutup botolnya dalam sekali putaran. Kembali menyerahkannya pada Shourya yang masih berdiri di depannya. Menerimanya, pemuda itu langsung duduk di tanah dan meluruskan kakinya.

"Shierya, bisakah kau membukakan punyaku juga?"

Air mineral lainnya berada di depan Shierya. Shourya mengambilnya, melemparkannya pada Shaurya untuk dibuka.

"Ini sunbae." Serah Shaurya pada pemuda yang duduknya di sebelah Shierya. Masih berjarak dengan Shourya yang duduk ditanah diantara mereka berdua.

Sedangkan senior ini membuat ekspresi cemberut. "Kalian ini tidak peka ya aku lagi pendekatan?"

"Tahu kok, makanya kami sengaja." Balas Shourya dengan wajahnya yang selalu terlihat sengit. Dengan nadanya yang terdengar kasar, orang-orang asing bisa saja menganggapnya sedang marah besar.

"Apa kalian tidak merestui hubungan kami?" Tanyanya lagi.

Jadian saja belum. "Bukan begitu, Tapi–" Ucapan Shaurya terpotong oleh Shierya.

"Woo sunbae kenapa mengecat rambut menjadi warna kuning?"

Pemuda yang lebih tua usia jasmaninya itu memainkan rambutnya yang berwarna kuning. Pipinya agak merona dengan kepalanya yang tertunduk. Menoleh ke arah lain.

"Jangan bilang sunbae mewarnainya karena foto aktor yang kutunjukkan kemarin?" Tebak Shierya, semakin membuat pipi yang diajak bicara perlahan memerah seperti apel.

Gugup sang Sunbae menjawabnya jujur. "Ya, ya, ka-rena itu.. Kau terlihat menyukainya."

Dengan kata lain, bisa saja pemuda itu menjadi seperti orang yang diinginkan Shierya asal bisa mendapatkan hatinya. Frontal dia membalasnya daripada bertele-tele. "Eeh, begitu. Tapi aku lebih suka cowok yang mapan."

"Ya, ya, kalau itu.. Aku bisa melakukannya.."

Oh, lihat wajah yang malu-malu itu. Semakin membuat Shierya ingin menjahilinya.

"Ta-tapi, bisakah kau menunggu—"

"Kami pergi dulu, sunbae. Waktu istirahatnya selesai."

Tiba-tiba Shaurya menggeret pergi Shierya. Dibelakang Shourya membawa kotak bekal milik saudarinya yang tertinggal. "Sampai jumpa sunbae."

---

-Di tempat cuci tangan.

"Wah, keterlaluan banget kalian." Kata Shierya sembari mencuci kotak bekalnya dan milik Shaurya.

"Bukannya kau, Shie? Jangan memberi harapan palsu pada bocah itu." Balas Shaurya. Shourya disebelahnya sedang mencuci wajahnya sambil mendengar percakapan mereka.

"Aku tidak melakukannya."

Shaurya menatap datar Shierya. Bersamaan dengan Shourya yang telah selesai sedang mengelap wajahnya, ikut menatap Shierya. "Kami paling tahu tabiatmu itu." Kata Shaurya.

Meski tatapan mereka terlihat seperti menghakimi, itu tidak melunturkan senyuman Shierya. Malah semakin lebar. Tetapi gadis ini tidak membalas sepatah katapun. Hingga yang dilakukannya selesai.

"Oke, aku akan berhenti." Shierya menghadap sepenuhnya pada dua saudaranya. Lalu melirik ke arah lain. "Padahal orang tuanya kaya raya." Gumamnya di akhir.

"Kita ada misi lain disini. Jadi singkirkan hal-hal seperti itu."

Shierya bertanya ketika mendengar ada kata yang aneh menurutnya. "Sejak kapan ini disebut misi?"

"Karena ini akan jadi terakhir. Lalu, kita bisa pulang."

"Pulang? Tunggu, kau percaya pada-Nya?!"

Suasana menjadi panas ketika Shierya mulai berteriak. Perdebatan pun terjadi di depan Shourya. Menghiraukan yang paling muda dan tatapan siswa-siswa yang lewat melirik ke mereka.

"Mereka bertengkar lagi."

"Ho, kali ini tentang apa?"

"Paling tentang larangan pacaran Shierya. Shaurya sangat protektif kalau soal itu."

"Kasihan Shourya, dia pasti terganggu."

Setengah benar, setengah salah. Shourya kembali menulikan pendengarannya. Selalu saja dia ikut menjadi pusat perhatian jika bersama dengan kedua kakaknya. Dia benci itu, makanya Shourya memilih bermain sepak bola saat istirahat makan siang.

Menghela nafas, Shourya kembali membasahi tangannya. Kemudian mengibaskannya di depan wajah Shaurya dan Shierya yang masih adu mulut.

"Ap-apa ini?"

"Shou, hentikan!"

Shourya berhenti ketika kedua tangannya terasa kering. "Kalian membuat keributan." Ucapnya tenang sambil menunjuk ke samping.

Shierya dan Shaurya menoleh ke samping. Mendapati kerumunan orang-orang yang mulai bubar. Bersamaan dengan bel tanda masuk yang berbunyi nyaring.

"Ayo kita ke kelas."

Baru saja Shourya berbalik, sebuah pesawat kertas menabrak dahinya dan terjatuh. Pemuda itu dengan tenang memungutnya. Ada tulisan di ujung sayap pesawat yang tak sengaja menarik perhatiannya.

Shierya menepuk punggungnya ketika dia membungkuk. "Ayo cepat."

"Ini dari dia."

Shaurya berhenti melangkah dan kembali pada kedua adiknya.

Pesawat kertas itu Shourya buka lipatannya. Terdapat pesan di dalamnya.

———

Cerita utama dimulai pukul tujuh malam ini. Pastikan baterai kalian terisi penuh.

-[Observer]

———

"Baterai? Smartphone atau kita maksudnya? Apa dunia itu tanpa listrik?" Shierya beruntun bertanya.

"Smartphone, Shie. Dia tidak menggunakan kiasan disini. Sepertinya begitu pengaturan dunianya jika dia sudah memberitahu." Jawab Shaurya.

"Sekalian dengan powerbank juga." Usul Shourya.

"Ya. Mari kita persiapkan sekarang."

---

[Halo ^o^]

The Way Home [Omniscient Reader || Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang