Awal.

219 10 1
                                    

Pagi yang indah— tidak juga.
Wasuthorn, selaku sang karakter utama menyantap sarapannya dengan tenang. Sembari melihat murid lain berlalu lalang untuk mengambil makanan mereka, ada yang berdesakan, menyalip antrean, bahkan mendorong murid lain agar mereka mendapat makanan. Untung saja aku anak gifted, batin Wasuthorn.

Jujur saja, di sekolah ini terdapat sistem yang aneh. Seperti murid Gifted yang mendapat tempat duduk tersendiri, kantin tersendiri, maupun kelas tersendiri.

Sementara, untuk murid yang bukan termasuk Gifted, tidak akan mendapat fasilitas yang anak Gifted dapatkan.
Yah, tapi Wasuthorn tidak peduli dengan itu semua. Yang jelas dia bisa menyantap sarapannya dengan nyaman.

"Ai Wave!"

Ah, suara itu. Pawaret. Musuh bebuyutannya, sedang apa dia? Mencoba untuk mengajak Wasuthorn berbaikan dengannya?

"Pagi Wave! Apa aku boleh duduk di sampingmu?" Tanya Pawaret, sejujurnya Wasuthorn ingin sekali menggelengkan kepalanya yang berisyarat "Tidak boleh".  Tapi, apa boleh buat.

"Duduk saja, aku tidak peduli." Ucap Wasuthorn dingin.

"Hoyy, dingin sekali. Apa kamu baru keluar dari kulkas? Atau freezer? Tapi seharusnya kamu beku dong" Ejek Pawaret tertawa keras.

Ya Tuhan, padahal masih jam 7 pagi. Tapi mengapa sudah ada cobaan berat seperti ini?
Ingin rasanya Wasuthorn melempar piring besi ini ke wajah Pawaret.

"Terserah."

Mereka lanjut menyantap makanannya dengan tenang.

Setelah makan, Wasuthorn langsung pergi tanpa ba bi bu. Dia tidak mau berurusan dengan musuh bebuyutannya itu.

Well, tidak mau berurusan dan tidak mau terkena rumor— Pawaret, adalah anak yang terkenal nakal, tapi menawan (?) Fans Pawaret sangatlah banyak, dan juga membahayakan. Ia ingat apa yang terjadi dengan Namtaan saat mereka tahu bahwa Namtaan berteman dekat dengan Pawaret.

Semua perempuan seantero sekolah menyukainya, Wasuthorn sendiri heran. Bagaimana bisa lelaki seperti Pawaret banyak yang suka? Apakah Pawaret bekerja sama dengan dukun agar ia bisa memelet para perempuan di sekolah ini? Gila!

Tapi, jujur saja. Wasuthorn sendiri pun mengakui bahwa Pawaret ini 'quite' attractive. Bukan berarti Wasuthorn menyukainya loh ya!

—————————————————————-

Pukul 15.00, Rooftop Sekolah.

Wasuthorn duduk di tumpukan kayu yang ada di Rooftop, menikmati pemandangan sembari memainkan laptop kesayangannya. Sesekali menyeruput susu kotak yang dibelinya.

Matanya terus terpaku pada layar laptop, sehingga dia tidak sadar bahwa Pawaret telah berdiri di belakangnya sedari-tadi.

"Wave, sedang apa kau?"

Wave menoleh ke arah sumber suara.

Walah, Pawaret. Batinnya.

"Ada perlu apa kau kesini?" Tanya Wasuthorn dengan nada ketus.

Dilihat dari ekspresi Pawaret, sepertinya dia ketakutan... atau kebingungan? Entahlah.

"Wave, maaf kalau ini sedikit terburu-buru. Tapi, kamu mau tidak jadi pacar bohonganku untuk sebulan?" Tanya nya, sembari membuang muka, malu.

Wasuthorn membulatkan matanya, mengernyitkan dahinya pertanda kaget.

"... Apa?"

tbc.
.
.
.
.
.
.
a/n: Hallo! Selamat pagi/siang/sore/malam. Ini adalah Fanfic pendek pertama ku, jadi maaf bila ada kekurangan! Thank you ❤️

Ambivalen. | PangWave Maybe short fic.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang