Kedua.

138 9 2
                                    

"...Apa?

Netra Wasuthorn membulat, bingung. Berusaha mencerna apa yang baru saja Pawaret katakan.

Keadaan menjadi hening, hanya ada bunyi kicauan beberapa ekor burung yang berterbangan di sekitar rooftop.

"Aku bilang, kamu mau tidak menjadi pacar bohongan ku selama sebulan?"

"Untuk apa? Mengapa aku harus menjadi pacar bohonganmu? Apakah ada imbalannya jika aku menjadi pacar bohonganmu?" Sejuta pertanyaan dilontarkan dari mulut Wasuthorn. Pawaret hanya bisa menghela nafas berat.

"Fansku, terus saja mengejarku. Bahkan mereka hampir saja mencelakaiku, gila! Maka dari itu, Wave. Aku butuh pertolonganmu" Kata Pawaret dengan nada memohon.

Jujur, Wasuthorn tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Dia tidak mau apa yang terjadi pada Namtaan terjadi pada dirinya.

"Well, ada syaratnya"

"Ga—"

"Kalau kamu gak mau, aku gak akan membantumu"

Yah, mau bagaimana lagi. Mungkin begitu isi hati Pawaret sekarang.

"Apa syaratnya?"

"Kau harus—

Pawaret menyela "Aku terima"

"Jangan potong pembicaraanku bodoh! Aku belum selesai berbicara!" Amuk Wasuthorn terhadap lelaki yang berada di hadapannya ini.

Pawaret tertawa renyah, "Kamu mau aku menjadi babumu dan selalu menurut, kan?" lanjutnya. Wasuthorn hanya menggangguk pertanda 'iya'.

"Gampang."

"Bagus, deal?"

"Deal."

"Berarti, aku harus memanggilmu apa? Sayang?" Tanya Pawaret yang dijawab dengan jitakan Wasuthorn.

"Menggelikan, Wave saja."

"Ai Wave! Kau adalah tipikal lelaki yang membosankan, gak heran kamu tidak punya pasangan." Ejek Pawaret, Wasuthorn hanya menatapnya tajam.

"Terserahmu saja, aku tidak peduli."

"Baik, Sayang."

"Jijik."

——————————————————

"Eh lihat, bukannya itu Pawaret dan Wasuthorn? Mereka bergandengan tangan?"

Rumor beredaran dimana-mana, semua murid seantero sekolah bertanya-tanya tentang hubungan Pawaret dengan Wasuthorn. Yang biasanya bertengkar dan beradu mulut, kok hari ini terlihat sangat mesra? Bahkan mereka tertangkap bergandengan tangan di Kantin sekolah. Apakah mereka berpacaran? Itulah yang orang-orang tanyakan kepada Wasuthorn dan Pawaret.

Telinga Wasuthorn panas mendengarnya, emosinya sudah meluap-luap. Banyak yang menghampirinya dan Pawaret untuk menanyakan apa yang terjadi dengan mereka dan apa hubungan mereka. Pawaret hanya menjawab seadanya, sedangkan Wasuthorn? Menunduk malu.

Ingin sekali rasanya Wasuthorn membakar sekolah ini. Buset dah brutal amat.

Pawaret menggaruk tengkuknya yang tak gatal, tak menyangka akan menjadi se chaos ini. Ramai sudah se isi kantin sekolah, padahal kantin gifted dan kantin murid biasa terpisah, tapi masih akan tetap terlihat.

Dengan cepat Wasuthorn menarik tangan Pawaret untuk pergi dari kerumunan, menuju ke rooftop sekolah.

——————————————————

tbc. — yuka

Ambivalen. | PangWave Maybe short fic.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang