01 - Mencari

115 13 2
                                    

Keesokan harinya...

  Waktu menunjukan pukul enam pagi. Galang mendayung sepeda ontel antik Tuti sembari membonceng pemiliknya. Mata mereka sudah mulai lelah untuk terus membentang memindai seluruh sudut jalan.

"Temenmu nyusahin banget, deh" Sahut Tuti sambil mengunyah sosis instan dari minimarket.

"Temanku memang beban semua, Ntut" Balas Galang santai.

Gagal membuat Galang kesal, Tuti memutar kedua matanya malas. Gadis itu kembali celingak-celinguk memperhatikan sisi jalan. Barangkali, ternyata Samsul terselip di antara bangunan bergang sempit.

"Ntut, jatah sosisku jangan di makan loh ya"

"Eh, iya, aman" Gelagapnya, kembali menaruh jatah sosis milik Galang ke dalam kresek.

Galang terus mendayuh sepeda sampai akhirnya mereka tiba di depan sebuah tanjakkan yang menjulang tinggi. Sepeda terhenti dan lelaki itu reflek menelan ludahnya ragu. Ia pun memicingkan sebuah senyum kecut.

"Jancoeg" Desisnya greget.

Tuti memandang temannya dari belakang samping. Merasa heran, sebab senyum Galang tidak seperti biasanya.

"Kenawhy, Gal? Tumben langsung berhenti?"

Galang tak bergeming. Masih memasang senyum kecut, kini keringat membasahi sisi pipinya.

"Gal?" Panggil Tuti memastikan.

"Oi, Gal!"

"Ah, iya."

"Kalau capek, biar gantian aku aja yang bawa. Tapi kamu tetap jalan" Usul Tuti.

"Ga apa, aku belum capek kok" Sorotnya refleks memandang ke arah lain.

"Yakin?"

  Galang mengangguk. "Mana mungkin, kan, aku ngasih tau Ntut kalau kaki ku masih sakit karna kemarin habis ribut sama anak sekolah sebelah? Tenaga yang sekarang masih belum ok buat di push naik tanjakan, anjir. Bisa gawat juga kalau dia tau aku sampai matahin kaki anak orang." Batinnya dalam hati.

"Gal?" Kini Tuti memandang temannya risau.

"Kalau emang apa, aku ikut jalan juga, deh. Gausah di paksa kalau hari ini ga kuat"

"Lagian, kamu pasti capek boncengin aku terus selama beberapa hari ini" Sambungnya dengan raut bersalah.

"Bukan. Bukan gitu, Ntut"

"Terus?"

"Aku cuma kebelet boker. Makanya berhenti bentar" Dalihnya kalem.

Suasana berangsur canggung. Tuti refleks memandang geli ke arah Galang. 

"Hehe" Kekeh Galang cakep.

"Tcih, kalau kebelet banget, boker di parit besar itu aja dulu!" Tunjuk Tuti kesebuah tempat.

"Seperti rasa rinduku ke kak Wisnu, rasa boker ini masih bisa kutahan sampai ketemu dengan jamban terdekat kok, Ntut"

"Najis" Tuti berjalan lebih dulu meninggalkan Galang yang kumat.

.

.

.
ㅤㅤ
  Sementara Galang dan Tuti sibuk mendaki gunung, maksudnya tanjakan brutal yang menjulang tinggi ke atas seperti semangatku yang kembali saat melihat senyumnya, Samsul malah terlihat baru keluar dari sebuah ruko karaoke yang sedang diskon perjam.

Sebatang rokok bertengger di sela bibirnya. Samsul menoleh lesu kearah langit pagi. Sebentar lagi, matahari benar-benar menyingsing merebakkan cahayanya yang menyilaukan. Membuatnya lelah duluan.

Samsul menghisap rokoknya. Belum sampai setengah sudah ia campakkan puntung itu kebawah kakinya dan langsung di injak kesal.

FYUHH~ Asap rokok melewati wajah lesu lelaki itu. 

Hearth! - Rumah (Ft. Seo Seongeun☆) ‼️ HIATUS BENTAR BEB MW REVISI DIKIT ‼️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang