Kisah ini di mulai dari seorang mamang siomay keliling yang sedang mangkal di pinggir jalan rumah Bu RT.
"MANG!" Seruan dari tiga arah sekaligus menggema. Mamang siomay pun reflek memasang wajah datar lengkap dengan senyum palsu.
"Semangat, mang. Bocil kematian datang" Kata Bu RT, langsung bergegas masuk ke rumahnya begitu pesanan di terima.
"MANG! SAYA BELI SEPULUH RIBU! PAKAI SAYUR KOL LIMA RIBU, JANGAN LUPA!" Galang kecil datang menerobos.
"MANG, SAYA BELI JUGA SEPULUH RIBU! KALAU BISA KOL NYA SEMUA!" Samsul memandang Galang sinis.
Keduanya sama-sama menjinjit di gerobak mang siomay. Sama-sama tak mau kalah, mereka berlomba-lomba menyetor duit 'lima ribu' mereka ke mamang.
Dari kejauhan, suara tawa penghinaan terdengar. Satu orang sempat tertinggal di belakang.
"MANG, SAYA PUNYA DUIT SEPULUH RIBU ASLI! JATAH KOL NYA INVESTASIKAN SEMUA KE SAYA AJA!!" Seru seseorang itu dengan wajah licik.
Samsul dan Galang melirik mang siomay was-was. Gawat, beliau tersenyum puas dengan tawaran uang 'sepuluh ribu' asli!
"TYDAKKKKK!!! KOL KU YANG BERHARGA!!" Teriak keduanya sengsara.
Si pembeli sepuluh ribu tertawa puas. Sambil menunjuk dan merendahkan dua anak menyedihkan yang kehilangan paket kol siomay kombo mereka, ia berkata :
"DASAR SIALAN! KALIAN PIKIR DENGAN CARA MUTUSIN RANTAI SEPEDA DAN SENDAL KU KALIAN BAKAL DAPAT KOL SIOMAY NYA, HUH?!" Dengan wajahnya yang berangsur horror.
Tadinya saat menyerukan panggilan "Mang" , Tuti terjatuh brutal dari sepedanya. Untung ia tidak terluka dan masih bersemangat untuk membeli siomay. Namun, tak jauh dari sepedanya saat berlari, ia lanjut terjatuh lagi pekara sendalnya yang putus secara misterius.
Dari kejauhan, ia melihat Samsul dan Galang sudah sampai duluan ke gerobak mang siomay. Sempat terpikir di benaknya untuk menyerah namun saat di detik-detik terakhir, Samsul dan Galang menoleh ke arah belakang.
Mereka menertawakan kemalangan Tuti. Tadinya, ia tidak masalah di sabotase. Namun karna wajah kedua orang itu terlihat menggelikan, ia pun memilih untuk melanjutkan perjuangan.
Berlari dulu, kemudian berjalan santai. Merangkai kata-kata penghinaan di kepala kecilnya, kemudian menyerobot antrian dengan keren.
"Mana mau aku kalah sama dua orang yang wajahnya ga manusiawi samsek pas senyum!" Batinnya geram.
"Ntut, jangan gitu dong! Kita bagi-bagi aja ya kol nya!" Bujuk Samsul ketar-ketir.
Tuti menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Memandang sombong kearah dua mahkluk yang sedang mati-matian membujuknya.
"Iya ntut. Lagian yang punya ide tuh si Samsul, aku cuma ikutan aja kok!" Jelas Galang, berusaha mengambil hati.
Mamang siomay masih sibuk memotong-motong bagian Tuti dengan santai, sementara Samsul dan Galang.. Semakin mamang memotong bagian siomay Tuti, semakin ketar-ketir juga mereka.
"Duh, Gal. Terakhir kali kau juga bilang gitu, tau-tau juga kau yang nyumbang ide" Seru Tuti tegas.
Akhirnya, siomay Tuti siap untuk disantap. Samsul dan Galang sibuk berdebat sampai lupa memesan ulang. Tanpa sadar stok siomay mamang sudah habis di serbu pelanggan lain yang satu persatu terus berdatangan.
Diatas penderitaan serta tangis darah Samsul dan Galang, Tuti memakan brutal siomay kebanggaannya sembari tertawa jahat.
"OHOOKKK!!!!"
"NTUT!!!" Teriak keduanya panik. Mereka pun menghampiri Tuti dan membantunya untuk tetap sadar.
"Makanya, kalau makan itu ya kalem aja" Tegur Wisnu yang baru selesai mengambil pesanannya. Melihat trio dableg itu kesusahan, ia pun berinisiatif mengoper jusjas melatinya.
.
.
.
ㅤㅤ
"Kira-kira begitu awal pertemuan kami" Final Tuti pada Pasha."Wah, drama nya cukup brutal juga ya, kak"
"Tuti itu dari kecil emang udah titisan se-" Galang cepat-cepat menahan ucapannya begitu aura mematikan terpancar dari bangku Tuti.
"-luruh tuan putri di dunia ini" Sambungnya lancar.
"Lihat, rambutnya yang pendek ini mencerminkan keberanian seorang putri! Dia nekat naksir orang walaupun tau bakal ditolak!"
"Jaket training biru yang di ambil diam-diam di kamarku juga menandakan bahwa ia adalah pemilik segalanya!"
"Lihat! Lihat sepatu yang dia pakai!"
"Sepatu ini hasil malak adik emo boy dengan anjing galaknya setelah kalah main suit! Menandakan bahwa kedudukan Tuti sebagai senior lebih tinggi!" Seru Galang mengagung-agungkan sahabatnya.
Tuti bersiap. Segera mengambil kuda-kuda untuk menggampar Galang yang ocehannya sudah mulai kemana-mana.
SYUUUT!!!
"OSOII!!" Ledek pemuda berjaket hijau dengan codet di bibirnya yang seksoy. [uhuk]
Tuti menggeram kesal.
"Oh iya, kak..."
"Ngomong-ngomong, kok kak Galang dan kak Tuti ga kelihatan bareng kak Samsul ya belakang ini?" Pasha cepat-cepat mengubah topik.
Galang dan Tuti langsung bertukar pandang.
"Iya, Sha. Si Samsul lagi ga enak badan, nih.." Jelas Tuti.
"Doain dia biar cepat sembuh, ya!" Seru Galang kemudian.
"Waduh, parah ya? Apa saya boleh datang nge-jenguk, kak?" Pasha tampak khawatir.
"Ga usah repot-repot, Samsul cuma demam karna kehujanan doang kok!" Jelas Galang sekali lagi. Mereka berdua pun tersenyum ke arah Pasha. Berusaha untuk meyakinkan adik kelasnya.
"Lagian, siapa suruh nantangin hujan? Dikira dia pawangnya apa, hahaha" Lanjut Tuti, keduanya kini tertawa asik.
Pasha memandang kakak-kakak kelasnya khawatir.
"Kalau nanti ada apa-apa sama kak Samsul, kabarin saya ya, kak! Barangkali saya bisa bantu" Ujar Pasha sopan.
Galang dan Tuti mengangguk cepat.
KRINGGGGG!! Bel masuk tanda istirahat berakhir pun berbunyi.
"Buruan masuk gih, nanti diomelin sama wali kelas kamu" Ucap Tuti mantap. Pasha mengangguk kemudian segera meninggalkan meja kantin tempat mereka duduk.
Galang merangkul Tuti pelan. Tiba-tiba Aura sekitar berubah serius.
"Harus cepat-cepat kita cari, Ntut." Bisik Galang pelan.
Tuti mengangguk setuju. "Secepatnya."
______________________
______________________
Note : Karna ini Lookism AU dengan kearifan lokal, maka namanya juga di lokalin. Samsul untuk Seo, dan Galang untuk Gimyung.
+ Pasha untuk Phs, Wisnu untuk Shinwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hearth! - Rumah (Ft. Seo Seongeun☆) ‼️ HIATUS BENTAR BEB MW REVISI DIKIT ‼️
Fanfic➡️ Hiatus revisi, chapter mogok alias nanggung ‼️ Sebuah kisah tentang sepasang, tidak, tiga serangkai anak muda yang sedang di terombang-ambing oleh manis pahitnya kehidupan sekolah mereka yang penuh drama dan lika-liku merepotkan lainnya. "SMA itu...