Saat membuka mata yang pertama kali dilihatnya adalah langit-langit dengan lampu di tengahnya yang mati. Meski remang-remang netranya mampu melihat dengan bantuan cahaya oranye dari lampu kecil di sampingnya. Saat menggerakkan lengan ia sadar tangannya tersambung oleh selang infus yang digantung dengan tiang persis seperti di rumah sakit dan tubuhnya terlentang nyaman di atas kasur empuk dan luas. Jadi di mana dia?
Biji mata coklatnya bergulir ke sana ke mari mengobservasi segala yang dilihatnya, semuanya tampak asing. Letak keberadaannya adalah pertanyaan utama untuk saat ini.
Tapi lebih dari itu, tubuhnya terasa lebih segar, entah karena terinjeksi oleh tidur atau cairan infus, atau lebih tepatnya kombinasi antara keduanya.
Jiji mencoba bangkit, melepaskan pelukan hangat selimut tebal yang entah sejak kapan membungkus tubuhnya. Ia duduk di tepian kasur dengan pikiran berkelana ke belakang, bukankah ia terjatuh?
Buru-buru ia memeriksa tubuhnya memastikan ada luka atau tidak. Nihil, tubuhnya masih sama seperti saat ia pergi dari kediaman papanya hanya saja sekarang lebih kurus. "ah" pakaiannya juga berganti, sejak kapan ia memakai hoodie merah muda dengan celana pendek bewarna senada?
Jiji menutup mulutnya. Sadar ada orang lain yang telah mengganti pakaiannya. Tangan Jiji tergerak merogoh bagian belakang tubuhnya, memeriksa kalau-kalau orang itu memanfaatkan ketidaksadarannya untuk berbuat macam-macam. Kering, juga tidak sakit.
Ia juga mencium kedua ketiaknya kemudian ekor berbulunya. Wangi dan halus. Apa orang lain juga memandikannya? Tapi bagaimana?
Jiji kembali ke posisi awal dengan ekor dipelukan, apa lagi yang harus ia periksa?
Seperti ia akan menemukan sesuatu saja dengan hanya memeriksa tubuhnya sendiri
Hanya dengan membuka pintu kamar itu ia akan menemukan sesuatu, tapi Jiji ragu. Si tupai tertunduk lesu, "oh" orang lain juga memakaikannya kaos kaki.
Lama mengamati, digerakkanlah jari-jari kakinya yang terbungkus kaos kaki putih itu
Jiji tersipu. Kenapa orang yang entah siapa mendandaninya seperti ini? hoodie pink, cenala pink, dan kaos kaki. Terlalu manis pikirnya, di rumah saja ia tidak pernah berpakaian semanis ini.
Setelah lama terdiam dalam keheningan dengan infus yang hampir habis, sayup-sayup terdengar dua orang pria sedang berbincang. Suara itu semakin mendekat membuat jantung Jiji berdebar. Apa yang harus ia katakan dan respon apa yang harus ia beri adalah sumber kepanikannya.
Cklek
Jiji mematung saat seorang pria membuka pintu kamar, ia membawa infus baru digenggaman, ekspresi wajahnya tampak terkejut mungkin karena melihatnya bangun setelah beberapa waktu teronggok tak sadarkan diri di atas kasur
Lampu dinyalakan membuat Jiji mengernyit, pupilnya perih menangkap cahaya yang terang tiba-tiba
"sudah bangun?" tanyanya yang terdengar antusias, "Apakah kondisimu lebih baik?"
Jiji hanya mengangguk saat lelaki itu sudah di depan wajahnya dan melepas selang infusnya, "kamu jauh lebih manis saat membuka mata" katanya yang membuat Jiji tersenyum tak nyaman, gombalan aneh itu mengingatkannya pada si hyunjin
"apa kamu ingat apa yang terjadi?"
Jiji menggeleng, enggan bersuara
"pasti kamu terkejut saat terbangun, tapi jangan takut. Temanku orang baik, dia mendesakku ke sini hanya untuk memeriksa keadaanmu"
"tapi dia agak keras" bisiknya pelan, "karena sudah bangun makanlah dengannya, kamu nggak butuh ini lagi" sambil menunjukkan kantong infus baru di tangan, "ayo"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ah Juicy | Minsung
Fanfiction"Who's your daddy?" 🍑 ♂️♂️ 🍑 manpreg 🍑 hybrid 08/05/22