3.🌺All of my days🌺

66 21 0
                                    

Happy reading

********

"Pagi, Shena!" Perempuan yang baru saja membuka pintu samping rumahnya itu terkejut dengan kedatangan Stevan. Teman semasa Ospek sekaligus akan menjadi teman satu kelasnya nanti di kampus.

"Ngapain masak?" Karena rumah mereka berdekatan, Stevan tidak susah payah untuk berkunjung. Tentunya setelah mendapat persetujuan dari Shena sebelumnya.

"Kenapa? Ya buat makan, Stev. Ada-ada aja!" Shena yang sudah rapi dengan rok panjang dan kaos dirangkap blazer warna lilac baru saja selesai memasak omelet serta jus sayur campur buah.

"Kan bisa Go-food. Nih, makan ini aja. Yuk!" Stevan rupanya tak datang dengan tangan kosong. Ia membawa dua bungkus ayam geprek lengkap dengan lemon tea. Shena terdiam sebentar, sebenarnya ia tak biasa makan berat saat pagi hari. Namun, untuk menghargai pemberian seseorang ia tak bisa menolak begitu saja. Stevan adalah orang pertama yang ia kenal saat masuk kampus dan pindahan ke perumahan ini.

"Oke, makasih, ya." Keduanya duduk di ruang tengah menyantap ayam geprek yang labelnya sudah melambung tinggi itu. Selang beberapa menit mereka gegas berangkat ke kampus yang tidak terlalu jauh dari perumahan.

"Bentar, hp ku ketinggalan." Shena melangkah lebih dulu sesuai pinta dari Stevan yang sedang kembali ke rumah. Perempuan itu menghirup udara pagi nan segar dengan mata terpejam. Perumahan ini sangat asri dan tak begitu ramai, sesuai sekali dengan keinginannya.

"Pagi,Kak Dion!" Shena mulai berani menyapa penghuni komplek ini untuk mengakrabkan diri. Dion yang tengah mengendarai motor vespa lengkap dengan helm jadulnya berhenti sejenak.

"Pagi, duluan,ya." Mereka menebar senyum sekilas. Shena melangkah pelan melihat rumah-rumah yang elegan di sekitarnya dengan mata takjub. Langkah kakinya mendadak berhenti ketika Shena mendapati Calvin keluar dari pagar rumah bercat hitam tersebut. Pandangan mereka saling beradu seolah mengatakan bahwa rindu yang membelenggu selama ratusan tahun itu ingin segera terlampiaskan.

Calvin menatap Shena penuh rindu dan cinta yang begitu tulus. Jika mengingat kejadian semalam, Calvin yakin jika perempuan itu adalah kekasihnya di masa lalu.

Terlalu lama ditatap oleh lelaki berpenampilan simpel dengan topi yang menutupi kepalanya itu, Shena cepat-cepat mengalihkan pandangannya.

"Mau bareng?" Calvin melangkah pelan menghampiri Shena. Suara deepnya itu benar-benar mengingatkan Shena pada seorang panglima perang yang pertama kali ia temui di sungai Songak pada era Joseon.

"Mm ... aku-,"

"Ayo, naik!" Stevan tiba-tiba saja sudah berada di sebelah Shena dengan mobilnya. Ia menunjuk jam yang melingkar di tangannya dengan gemas.

"Hari pertama jangan sampai telat. Buruan!" Shena masih terpaku sejenak. Ia mengalami sedikit kebimbangan pagi itu. Di sudut hatinya, tak dapat dipungkiri bahwa ia tengah merindui sosok kekasih dari masa lalu yang selama ini ia cari keberadaannya. Sejauh apapun peradaban dunia mulai berubah,tetap saja sosok laki-laki yang kini menatapnya dengan penuh kasih sayang itu selalu dan akan terpatri dalam hati serta jiwanya.

Calvin adalah takdir yang ia rindukan. Ia menunggu selama bertahun-tahun akan keajaiban yang selalu ia langitkan pada semesta di setiap harinya.

"Aku sama Stevan, Kak. Maaf." Shena lekas membawa langkahnya pergi dan gegas memasuki mobil Stevan yang siap berangkat. Calvin hanya mengangguk pelan penuh pertanyaan.

Sementara Shena melirik Calvin sekilas dari dalam mobil. Lelaki itu tak lepas memandangnya. Jika saja ia mau, maka saat itu juga Shena mengutarakan semua kerinduannya selama ini. Namun, hatinya masih saja belum siap. Ia takut jika dirinya mulai serakah ingin memiliki lelaki itu, lantas membuatnya menderita seperti dulu. Terkungkung oleh beban penyesalan.

DESTINY (TAMAT✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang