Spider's Web - Part 2

57 46 4
                                    

Seolah pernah mendengar suara itu, entah kapan dan dimana. Memanggil namanya beberapa kali. Ia masih tidak habis pikir dengan hal yang terjadi padanya tadi malam, seolah semua hal kemarin hanyalah mimpi belaka. Sentuhan hangat membelai keningnya. Ia merasa begitu kedinginan dan kepanasan secara bersamaan. Kepalanya terasa sangat berat, perlahan ia membuka matanya karena cahaya matahari yang begitu terang menyinari seluruh sudut kamar itu. Memaksanya untuk bangun. Semua terlihat kabur, diiringi dengan sakit dikepala yang tiba-tiba muncul.

Pria itu duduk di tepi kasur, kini membelakangi Nathan. Matanya terpaku menatap kearah jendela besar dengan gorden berwarna merah maroon yang telah di sibak. Nathan bisa melihat butiran-butiran salju yang turun dari langit, serta perapian tua yang penuh dengan kayu bakar di tengah ruangan. Seketika pria dengan rambut gelap itu berbalik, wajahnya memperlihatkan betapa khawatirnya dia. Tidak masuk akal untuk orang asing menatapnya seperti itu.

"Nathan?" suaranya terkesan terengah-engah.

Keheningan kembali singgah. Alis Nathan berkerut dan bibirnya tidak bisa terka

tup.

"Tuan Cedric!?" Nathan menatap bingung lagi kaget pada lelaki dihadapannya. "Kenapa anda bisa disini?"

"Kau baik-baik saja? Apa yang telah mereka lakukan padamu?" tangannya dengan lembut mengusap pipi pemuda itu. Bodohnya Nathan tidak mengenali suara berat khasnya sedari kemarin. Padahal ia sudah bersiap dengan kemungkinan terburuk, jikalau harus membunuh atau menyakiti orang lain supaya bisa melarikan diri. Tapi secercah harapan ia terima pagi itu.

"Aku baik-baik saja, Tuan."

Dia mengusap lembut pucuk kepala Nathan, kemudian memberikannya segelas teh hangat. Dia membantu pemuda itu untuk duduk dengan membuat sandaran dari bantal-bantal empuk. Pelan-pelan Nathan meminumnya membuat perutnya terasa begitu nyaman. Di tatapnya dengan lekat, paras mukanya menggambarkan sebuah kepedulian yang besar.

"Bisa kau ceritakan padaku. Apa yang telah terjadi?"

"Aku, bingung harus mulai dari mana, Tuan."

Cedric buka suara, "Aku datang ke Edovale sekitar dua minggu lalu bermaksud untuk bertemu dengan ayahmu untuk membicarakan tentang perjanjian kita terkait pabrik emas. Tetapi aku malah mendapat kabar jika di sana sedang ada kasus penculikan. Aku sangat terkejut saat mengetahui, kau salah satu diantaranya." Tuan Cedric mengambil canggir kosong dari tangan Nathan menaruhnya di meja nahkas samping tempat tidur.

Tangan besarnya mendorong punggung Nathan untuk lebih dekat dengannya. Kedua lutut Nathan bertumpu pada ranjang, menjaga keseimbangannya ketika Cedric memeluk dirinya. "Kau adalah sosok yang berbudi luhur dan suci, bagaimana kejadian tercela seperti itu bisa menimpamu. Itu benar-benar tidak masuk akal." Gumamnya.

"Tuan, anda tidak perlu khawatir sedemikian besarnya." Ia merasakan dadanya panas dan basah, sesaat ketika mendengar lelaki yang memeluk Nathan terisak walau pelan.

"Tuan? Pertemuan kita hari ini begitu membuatku terkejut."

Ia melanjutkan, "Beberapa kali kita bertemu di Edovale dulu, tapi tidak pernah bertegur sapa walau sejenak. Aku tidak mengira jika anda begitu peduli denganku."

"Apakah karena hubungan Edovale dan Gwylion? Atau karena tambang emas itu? sampai-sampai anda rela pergi dan mencariku. Terlebih mengeluarkan uang yang begitu banyak. Aku tidak mengerti."

Cedric menjauhkan dirinya sambil tersenyum, "Pamanmu Yang Mulia Willhelmia dan orang tuamu juga sedang mencarimu sekarang."

"Benarkah?" Nathan melihat mata biru tua Cedric yang begitu mengesankan dan enak untuk dipandang. Tangannya memberanikan diri untuk mengusap air mata dari pipi dan dagunya sang pemuda.

KNEEL BEFORE THE CROWN BOOK 2 : ATONEMENT (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang