Pertemuan

2 0 0
                                    

Menyesal adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan keputusanku saat ini. bagaimana tidak? aku sadar betul bahwa aku merupakan orang yang gampang bosan apalagi ketika menunggu tanpa tau harus melakukan apapun. dan disinilah aku, ditempat gym, menunggu Kia melakukan aktivitas pertamanya, awalnya aku berencana ingin mampir ke cafe depan tempat gym ini sembari menyesap kopi duduk santai di ruangan ber-AC.

Tapi bayangan kenikmatan itu harus pupus ketika aku melihat tempat itu engan papan pengumuman depan pintu yang menginfokan bahwa cafe ini baru akan buka menjelang siang jam 12. alhasil aku hanya duduk di tempat yang biasa dipakai untuk menunggu antrian di depan meja reseptionis.

Bosan dengan kegiatanku yang hanya bermain ponsel, beserta punggungku yang agak linu karena terlalu lama duduk, aku memutuskan untuk jalan keluar gedung gym itu untuk mencari makanan atau minuman yang bisa menghiburku barang sedikit. namun ketika hendak membuka pintu kaca gedung itu, pintunya sudah lebih dulu terdorong kearahku, beruntungnya reflekku bagus untuk menghindar sebelum pintunya menghantam jidatku.

Seketika aku masih mematung dengan kedua tangan yang terlipat kedepan dada guna menahan syok ringan ini. sang pembuka pintu juga sama kagetnya ketika melihatku di balik pintu dengan raut wajah kaget. "eh sorry! are you ok?" yang hanya di jawab anggukan kepala olehku. namun entah mengapa lelaki bertubuh kekar itu masih melihatku, tidak! bukan melihat tapi menatap intens diriku.

hey! tapi kenapa aku merasa risih? dia melihatku bukan ke arah mata, namun leherku yang terekspose karna baru saja aku mengikat rambutku saat perjalanan menuju pintu. karna tak tahan dengan kerisihan ini, aku lantas putuskan momen ini "permisi saya mau lewat" lelaki itu menatap mataku sekilas, dan mengunci pandangan kami sekitar 10 detik lamanya mungkin? barulah iya menggeser tubuhnya masih sambil menahan pintu itu dengan badannya untukku.

langsung aku lanjutkan langkah dan niatku untuk keluar dari gedung itu sebelum lelaki bertubuh kekar ini mencegat pergelanganku dan menarikku agak kencang untuk menghadapnya sehingga saat berbalik aku menabrak cukup keras dada bidangnya itu. lantas aku emosi dan berusaha untuk teriak serta mendorong dirinya menjauh dariku. tapi lagi-lagi lelaki itu langsung menutup mulutku dan menarikku keluar gedung tanpa persetujuan dan tanpa kelembutan, sangat mirip dengan penculikan, ia langsung memasukkanku ke dalam mobil sedannya yang berwarna hitam di bagian penumpang diikuti dengan ia yang juga masuk sambil memojokkanku kebagian dalam.

hey! jangan pikir aku tak memberontak saat ia perlakukan demikian, aku meronta dan mencoba berteriak, namun semuanya sia-sia, bahkan semesta pun tidak mendukungku karena tidak ada orang disekitar situ yang bisa kumintai tolong. bahkan aku yakin pergelangan tanganku yang ia cengkrm dengan kuat sudah memerah akibat aku terus meronta untuk dilepaskan, yang malah mendapatkan sebaliknya.

ketika pintu ditutup dan langsung dikunci oleh sang empu yang masih mencengkram pergelanganku, tangannya langsung beralih kebagian leherku, lelaki itu mencekikku secara tiba-tiba hingga posisiku sudah berbaring, aku yang masih meronta dengan memanfaatkan kakiku dibawah sana untuk menendang titik vitalnya, namun sang lelaki menyadari hal itu dan langsung menahan area pahaku dengan kakinya, dan sekarang posisinya sepeuhnya berada di atasku dengan masih mencekik leherku.

aku mulai merasakan pening yang luar biasa dikepalaku, pandanganku mengabur, dadaku terasa panas terbakar dan aku seakan tak punya energi apapun untuk membalas atau sekedar menahan cekikannya sedikit agar aku masih bisa mencuri nafas. Ayah apa dengan cara ini aku bisa bersama lagi? Apa setelah ini aku bisa ketemu Ayah lagi? Kalau begitu aku rela mati demi bertemu Ayah. akupun pasrah dan tak sedikitpun mencoba memberontak, air mataku sudah mengalir deras dan aku tersenyum saat menginagt bahwa sebentar lagi aku bisa bertemu Ayah.

tepat disaat aku siap dengan takdirku, lelaki itu melepaskan cekikannya dan menarik dirinya dari atas tubuhku, ia duduk menghadap depan sambil meninju keras kursi di depannya "ANJING!! BANGSAT!" lelaki itu terus memukul dan mengumpat sejadi jadinya, yang bisa aku lihat mata dan mukanya memerah, samar-samar bahkan aku bisa lihat cairan yang menggenang di pelupuk matanya.

aku yang masih terbaring lemas sambil berusaha mengembalikan nafas dan kewarasanku langsung merasa kerah kemejaku ditarik paksa oleh lelaki itu guna membangunkanku dan duduk menghadapnya. dia menatapku marah terlihat dari setiap urat yang menonjol di bagian pelipisnya serta tangannya yang sedari tadi sudah terlihat menyeramkan karna urat nadi yang terlihat jelas seperti akar.

bak parodi kehidupan yang selalu membuatku takjub, lelaki yang barusan mencoba membunuhku sekarang menangis sejadi jadinya dihadapanku sambil menunduk dan kepalanya bersandar di bahuku, dengan tubuh yang terlihat bergerat hebat "kenapa harus lo?" aku yang masih bingung dengan semua kejadian ini, ditambah pening yang sedari tadi belum hilang bahkan nafasku masih tidak teratur dan badanku pun masih lemas jika bukan karna lelaki itu yang menahan bahuku agar tetap duduk, membuatku semakin tak paham dengan maksud perkataannya.

"kenapa harus lo? kenapa harus cewe lemah kaya lo yang gapunya motivasi untuk bertahan hidup? kenapa?!!!" masih dengan posisi yang sama sambil meremas kedua sisi bahuku. jujur aku tak mengerti maksud semua perkataannya, bahkan aku tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya. jika aku tidak dalam keadaan lemah seperti ini, aku jelas akan berteriak dan memukulnya karena kurang ajar dan mencoba membunuhku.

"lo siapa?" dengan susah payah aku melontarkan pertanyaan itu yang berhasil membuat lelaki itu mengangkat kepalanya dan menatapku. "gue orang yang hancur dan semuanya karna lo!" dengan tatapan emosi dan mengintimidasi, jujur aku sangat takut untuk melanjutkan pertanyaanku setelah melihat tatapannya dan cengkraman yang makin mengeras di pundakku. aku juga yakin setelahnya pasti pundakku akan membiru. dan aku hanya bisa menangis menahan sakitnya.

lelaki itu melepas salah satu cengkramannya dan beralih lagi ke leherku, dengan waswas aku memejamkan mataku berpikir dia akan melanjutkan aksinya untuk mencekikku. diluar perkiraan saat aku membuk amataku ia malah menyentuh kalung yang aku gunakan, kalung silver dengan lionten berberntuk jantung. "lo gapantes pake kalung ini!" dengan gerakan cepat ia menarik kalung itu agar terlepas dari leherku. perih aku rasakan sekilas saat kalung itu tergesek paksa di leherku.

"lo tau tentang kalung itu?" aku menatapny apenuh tanya, pasalnya jika ia mengetahui tentang kalung itu berarti ia berkaitan dengan kematian sang Ayah.
"lebih tau dari pada lo" masih dengan tatapan dinginnya sembari mengenggam kalung itu kuat-kuat.

dengan tenaga yang tersisa aku paksa diriku secepat mungkin untuk meraih tangannya yang menggenggam kalung itu, seraya memohon "tolong jelasin ke gue! semuanya! kenapa gue bisa hancurin hidup lo? sampe lo tega mau bunuh gue. dan kalung itu, apa hubungannya sama l-"

"Jung Jaehyun" potongnya langsung yang membuatku seketika menengang sembari menatapnya memohon, meminta penjelasan lebih melalui tatapaku.

"Jung Jia, putri tunggal dari Jung Jaehyun yang merupakan dunianya." seketika tangisku pecah saat mendengar kalimat tersebut.

🤍🤍🤍

Pemandangan yang dilihat Jia saat pintu gym terbuka tiba-tiba.

Pemandangan yang dilihat Jia saat pintu gym terbuka tiba-tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
To My World | JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang