Kenangan

0 0 0
                                    

melihat jajaran huruf, angka, beserta simbol yang tertata rapih di satu bidang datar, yang juga beberapa dari huruf dan simbol itu tersentuh oleh jari lentiknya. dengan pandangan kosong melihat ke arah laya screen berukuran 13 inc yang menampilkan beberapa gambar dari masa lalu bersama orang yang paling ia rindukan, yang paling mengerti dirinya, yang paling ia hormati sekaligus menjadi cinta pertama selama hidupnya.

orang yang selalu menjadi alasan untuk Jia tersenyum dan merasa aman apapun masalah dunia yang akan ia hadapi. orang yang akan selalu sedia bahu, punggung maupun dadanya untuk menjadi sandaran, menopang serta mendekap Jia dengan penuh kasih sayang dan cinta yang paling tulus. yang bersedia untuk menjadikan gadis ini sebagai pusat dari dunianya.

ya, dia adalah Ayah. Ayahnya Jia yang paling hebat dan akan selalu menjadi cinta pertama seorang anak perempuan yang bernama Jia, yang juga sudah otomatis menjadi pusat dunianya Jia. sehingga ketika Jia harus kehilangan Ayah, maka pusat kehidupan Jia juga sudah hancur dan hilang.

sudah sekitar 3 bulan yang lalu Ayah meninggalkan Jia sendiri di dunia, padahal saat itu Ayah hanya pamit untuk pergi bekerja shift malam dan berjanji akan kembali pagi hari untuk mengantar Jia ke kantor Jia sekalian untuk sarapan bersama saat dalam perjalanan. bahkan Jia sampai disuruh untuk tidak membuat sarapan karena Ayahnya ingin mengajaknya makan gado-gado langganan mereka. Jia terbiasa untuk tidak sarapan nasi sedari masih di bangku SMA karena ayahnya juga mulai tidak mengkonsumsi makanan karbo yang satu itu.

namun bukan mobil sang Ayah yang Jia lihat datang dan terparkir di depan rumahnya, melainkan mobil hitam yang diikuti 2 orang dengan badan kekar dan baju serba hitam, yang satu menggunakan jas dan satunya lagi hanya menggunakan kaos lengan pendek yang terlihat ketat karna badannya yang dipenuhi otot itu, turun dari mobil dan berjalan menghampiri Jia.

awalnya Jia ragu untuk berbicara dengan dua orang itu, dan Jia juga merasa takut jujur saja. namun, Jia mempelajari satu hal dari Ayah, "Jika Jia takut akan seseorang tetaplah tenang, atur nafas dan tegaskan suara ketika berbicara dengannya, namun dengan bahasa yang sopan ketika baru memulai pembicaraan. apalagi Jia tau kalau Jia gapernah buat masalah sama orang tersebut..."

Dengan mengingat pesan Ayah, Jia memberanikan diri untuk menatap 2 orang tersebut. namun, salah seorang yang menggunakan jas itu hanya menyodorkan dua lembar amplop yang Jia yakini isinya adalah surat karena salah satunya terdapat tulisan "Untuk Jia dunia Ayah" dengan tulisan tangan khas yang sangat Jia kenal.

seketika Jia merasa tangannya dinggin dan hatinya sangat sakit, seperti dihujam ribuan tombak. Jia tau betul, keluarganya bukanlah tipe yang sering mengungkapkan rasa sayang atau cinta dengan kata-kata, maka ketika Jia membaca tulisan pada amplop itu hatinya menghangat, namun disaat yang bersamaan ada ketakutan dan kekhawatiran yang Jia rasakan. kenapa Ayah nulis gini?

"kami ingin menyampaikan berita duka dari Saudara Jung Jaehyun yang telah gugur ditengah menjalankan pekerjaannya." ucap lelaki berjas tersebut. sedangkan yang menggunakan kaos disebelahnya sangat terlihat untuk mengendalikan emosi sedih yang berusaha ia tahan, terlihat jelas karena hidung dan telinganya yang memerah akibat itu.

sedangkan Jia masih mematung menatap lelaki berjas tersebut. Jia masih sulit untuk mencerna segala informasi yang disampaikan. namun, secara otomatis air mata Jia juga tumpah tanpa bisa dibendung. Masih memproses namun dadanya sudah keburu sesak, jadi kekhawatiran yang tadi itu adalah pertanda buruk? bahkan ini adalah neraka bagi Jia, dunia Jia runtuh seketika detik itu juga, Jia terjatuh tak kuat untuk menobang dirinya sendiri dan menangis sejadi-jadinya. masih antara percaya dan tidak, ingin meminta kejelasan dan berkata bahwa mereka berbohong atas berita ini, namun hati Jia sudah keburu sakit, Batin Jia sudah tak sanggup menerima dan mencerna segala emosi ini.

-End of Flashback-

"Ayah ninggalin Jia dengan janji yang gapernah bisa ditepatin" ucap Jia masih sembari memandangi layar laptopnya dan air mata yang berderai sesuka hati. hingga suara dering telfon memaksa Jia untuk menghapus air matanya dan mengakhiri kegiatannya dari melihat gambar masa lalu bersama sang Ayah. Jia mengangkat telfon itu dari salah satu sahabatnya di gedung yang sama tempat mereka bekerja.

"JIAAAAA!!!" sontak Jia menjauhkan hp nya dari telinga saat mendengar suara lantang nan nyaring sahabatnya itu.

"gausah teriak teriak Kia! gue ga tuli" ucapnya sabar menangani sifat sahabatnya itu

"hehe maaf, besok jadi kan temenin gua nge gym, buat membership baru!"

"gue udah bilang, gue gamau buag uang gue buat hal begituan, kalo cuma untuk workout demi kesehatan gua masih bisa workout di rumah sendiri yang cuma modal Youtube!"

"YAAAHHH!! gue bayarin deh sebulan pertama beneran yang penting temenin gue pliiis gue gabisa kalo cuma sendiriii" dengan nada memelas yang sedikit memaksa.

"Oke! gue temenin lo buat membership tapi gausah bayarin gue! gue gamau ngutang sama lu, dan gue ga tertarik untuk beraktifitas di tempat begitu. paham?"

"JIAAAA SAYANG BANGET SAMA JIA"

"yaudah kan? besok jemput gua ya, gue gamau keluar ongkos, bisa gua pake buat makan soalnya"

"IYA BEB TENANG AJAAAA! gue jemput jam 9 ya!"

"ok, udah kan? gue mau tidur, capek"

"OKOK, makasih ya sayangku, semoga mimpi indah Jia cantiiiik yang juga sayang sama Kia. Ohiya btw Jia tau..." setelanya Jia memutuskan untuk mengakhiri panggilan itu secara sepihak karena sudah sangat hafal dengan kelakuan sahabatnya itu jika diladeni lebih lama pasti akan bercerita sepanjang malam tanpa peduli kalau Jia lelah dan mengantuk. seperti saat baru kenal, saking tidak enaknya Jia untuk menutup sambungan telfon duluan, berakhirlah Jia yang meladeni Kia bercerita hingga jam 2 dini hari. Padahal jelas-jelas hari itu mereka harus tetap masuk kerja jam 8.

setelah melakukan ritual yang biasa wanita lakukan sebelum tidur untuk menjaga penampilan dirinya, kia bersiap untuk menuju kasurnya, namun berhenti di meja kerjanya dengan laptop yang masih menyala dan menampilkan gambar Ayah dan dirinya yang sedang melakukan kegiatan Climbing 2 tahun lalu. Jia tersenyum miris melihat senyum sang Ayah yng sangat ia rindukan, dan segera mematikan laptopnya dan mengistirahatkan tubuh, pikira serta batinnya.

sampai ia mengahap ke nakas disamping tempat tidurnya dan melihat secarik kertas beserta sebuah kalung silver dengan lionten berwarna silver yang berbentuk jantung, sebelum akhirnya Jia terlelap ke dunia mimpinya.

To My World | JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang