part 3

2 0 0
                                    

"Vin, lu pulang sama siapa?" Tanya Reynata di akhir pelajaran yang menurutnya sangat membosankan, yakni sejarah.

"Hari ini gue dijemput, soalnya mau beliin kado buat bokap. Masa lu lupa sih!" Jawabnya sinis.

Reynata hampir lupa jika 2 hari lagi bokapnya ulang tahun. LAHH bokap?! Tenang-tenang, jadi dulu saat Reynata masih umur 2 tahun bokap dia ketahuan selingkuh dan mengakibatkan nyokap Reynata minta cerai. Dan itu memudahkan Pak Burhan menikah sah dengan selingkuhannya. Lain pihak Bu Maryam ibu Reynata yang memilih single hingga saat ini.

Reynata yang menatap kosong papan tulis yang penuh tulisan angka tahun tahun bersejarah berpikir apakah dia harus membelikan kado juga untuk ayahnya.

Kringg!!! Kringg!!

"Rey, gue pulang duluan ya. Soalnya mau kerkom nih biar cepet kelar nih tugas," pamit Belva

"Bye REYY, mau gue pesenin Ojol gak nihh?"

"Ga usah deh, kamu pulang aja gue mau nulis yang di sana dulu" sambil menunjuk arah papan tulis.

"Hmm, oke hati-hati" ucap terakhir Vina sebelum lari ke depan gerbang karena supirnya sudah menunggu sejak 30 menit yang lalu.

Tinggal seorang saja yang berada di kelas tersebut. Alih-alih mau menulis catatan di papan ia malah menelungkupkan wajahnya di meja. Ia sangat gelisah mau menemui ayahnya atau tidak.

45 menit berlalu ia tetap di posisi semula dengan sesekali meneteskan air matanya.

"Ga pulang?"

Suara tersebut mengagetkan Reynata yang tanpa sadar mulai terlelap.

"Hmm... Arg..!" sambil memegangi belakang lehernya yang terasa kaku.

"Ehh.. Vano, lu ngapain di sini" sambil menyembunyikan wajahnya karena malu jika dilihat Vano di depannya dengan wajah yang sudah berantakan setelah menangis dan tidur.

"Lu sendiri?"

"Emm, ini habis nulis yang dicatatkan Bu Rina, eh ketiduran. Hehe.." bohong si Reynata.

"Mau bareng?" Ajak Vano yang hanya menggunakan seragam basket. Karena di hari itu ada jadwal latihan basket.

"GAK GAK!" jawab brutal Reynata sambil melambaikan tangan

"Emang lu gak ekskul apa, bulan depan kan ada lomba tuh denger-denger"

"Batal" jawabnya singkat

"Anjirr itu bendahara kata di otaknya minim kali yaaa, singkat amat" batin Reynata.

"Ouhh" jawabnya singkat juga

Vano yang sudah mulai bosan di kelas tersebut langsung menarik lembut tangan Reynata agar mau ikut dengannya.

"Ihh ihh ini mau dibawa kemana gue?" Rengek Reynata seperti anak kecil yang sedang diculik seorang penjahat.

Sedangkan cowok tersebut hanya menoleh ke arahnya dan menaikkan kedua alisnya sejenak.

"Rumah lu dimana, gue anter keburu hujan"
Tanya dingin Vano

"Emm itu di Jalan Gentala Deket warung pecel lele yang lagi viral"

Tanpa sepata kata pun Vano langsung memasangkan helm ke kepala Reynata dan menyuruhnya naik di sepeda Kawasaki H2R berwarna hitam miliknya. Namun, Reynata hanya diam kebingungan bagaimana caranya naik ke motor setinggi itu, dengan rok yang terbilang pendek bagi anak sekolah pada umumnya.

Tetap tak ada suara dari keduanya, hanya uluran tangan Vano yang membuat Reynata semakin bingung "buat apa"

"Naik!"

"Oh.." jawab Reynata sambil membulatkan mulutnya.

Setelah berada di perempatan jalan. Reynata akhirnya memberanikan diri untuk memecah keheningan di saat itu

"Emm, Van gue boleh gak minta sesuatu ke lu?"

"Hmm" hanya suara itu saja yang berhasil keluar dari Vano.

"Ehh itu, anterin gue cari kado buat bokap gue" pinta Reynata. "Boleh ya, pliss. Bentar aja kok di toko depan,"

Di balik helm yang hampir menutupi seluruh wajahnya, Vano mengenyritkan alisnya tanda kebingungan. Namun, tak mau berpikir lama lagi ia langsung menancap gasnya karena Langit semakin mendung. Dan membuat yang diboncengnya pun mau tidak mau harus berpegangan erat pada tubuh cowok tersebut.

"Kalau gue ga suka lu pasti gue tusuk lu dari belakang, suwer ga boong!" Gerutu Reynata di dalam hati dengan mata yang terpejam karena takut.

----

Selang 37 menit ia sudah sampai di depan rumah lumayan besar tak lain rumah milik kakek Reynata yang diberikan kepada Bu Maryam.

"Thanks ya Van!" Ucap Reynata sambil mengembalikan helm kepada yang punya.

"Besok gue tunggu disini jam 05.30. jangan molor" setelah mengucapkan kalimat tersebut ia langsung menancapkan gas dan pergi tanpa berpamitan. Di lain sisi Reynata hanya mengangkat alisnya kebingungan.

"HAH DIA MAU NGAPAIN PAGI-PAGI BUTA KESINI. MAU MINTA SARAPAN KALI YAAA!"

Biasalah otak lemot Reynata lagi kambuh, jadi bawaannya langsung tolol deh.

"Assalamualaikum, mii! Rere go home!"

"Waalaikumsalam, masuk nakk. Ini Mimi lagi masak." Terlihat seorang perempuan berusia 35 tahun an yang berwajah cantik, manis dan berwibawa sedang sibuk dengan pekerjaan dapurnya.

"Iya mii, ini aromanya udah Sampek gerbang loh, Rere jadi laper" Rere adalah panggilan di keluarganya.

"Ya udah sok atuh sini makan" jawab Bu Maryam sambil menirukan logat di sinetron yang barusan ia tonton.

Tak berpikir panjang Reynata langsung duduk di singgasananya di meja makan dan langsung mengambil piring.

"Eh itu kamu habis beli apa?" Tanya Bu Maryam setelah melihat sebuah kantong kresek berisikan barang yang sudah dibungkus rapi dengan kertas kado. "Siapa yang ulang tahun, Re?"

"Ee.. ee.. ini itu Riska besok ulang tahun, jadi aku belikan Kado tadi di jalan."

"Ouh, ya udah dihabiskan dulu baru mandi"

"Siapp my love queen" jawab Reynata sambil berakting hormat kepada bendera yang hanya di balas kekehan kecil Ibunya.

Jujur saja Reynata paling tidak suka berbohong, namun jika kali ini ia tidak berbohong pasti ia tidak mendapat izin untuk menemui Ayahnya.

Setelah menyelesaikan aktivitas makannya Ia segera menuju ke kamarnya yang kira kira lebarnya 4×4 meter. Cukup luas dan nyaman untuk ditinggali 1 orang saja

🐢🐢


We Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang