Hari itu tepat saat dia bertanya pin bb, masa dimana Blackberry nama buah yang sangat berarti. Menunggu pesannya datang tapi tidak datang, mengechat duluan tapi tidak dibalas. Memang buah mana bisa membalas pesan. (Membanting hp ku ke kasur)
Ternyata kepedean? Iya
Teman ku datang pagi itu membawa satu kotak cincin yang akan dijual pada hari itu, berbisnis dan jualan dimasa sekolah sebenarnya tabu Atau akan ada kutukan dari langit bahwa barang itu tidak akan laku akan tetapi mempunyai teman yg unik sepertinya baru kali itu. Dia bahkan tak malu utk membawa satu kantong plastik besar yg isinya hanya ikat rambut, cincin dan beberapa jepitan untuk anak kecil. Kutebak kali ini dia bertemu om om dan bermaksud membagi hasil. Papa selalu membandingkan aku dgn temanku ini. Memang dia bisa menghasilkan uang sendiri dari berbagai cara yg menurut ku orang lain tidak mampu melakukannya. Kerennya dia mengalahkan perasaan takutnya sendiri setiap hari terutama rasa malunya. Setiap melihat rapot ranking ku berganti dengan nya kurasa dia pantas. Senang saat itu karena berbagi dan berlomba untuk juara dengan teman sendiri. Juara ku hanya utk bersenang senang tapi aku benar benar senang. Pikiran ku terbang, aku pun memegang kotak plastik yg berisi banyak ukuran cincin silver imitasi "apakah anak itu akan habis menjual ini semua" tutur dalam hati yang sangat ragu isinya ada lima puluh. Melihat semua yang anak itu bawa, jadinya membuatku menemukan cincin yg muat dgn jari ku tapi kelonggaran. Aku baru ingat aku tak pernah bisa memakai cincin. Terlalu lasak untuk cincin ini ditaru dijari ku, tiba-tiba teman ku bilang bahwa itu tidak gratis. ternyata aku bisa bangkrut hanya karena ini. Aku pun membeli satu dan membantu menawarkan cincin itu ke kelas-kelas agar diskon. Aku tebak hanya aku yg membelinya dan benar ternyata hanya aku. Melihat dari jauh kelas dia begitu jauh. Katanya cincin tanda terikat. Orang tua ku menikah hanya dengan cincin tapi mereka setelah itu menjualnya. Aku berfikir apa aku perlu cincin? Akhirnya aku memilih dua. Betapa bodohnya aku atau buruk nya melihat, aku tak melihat diri dari sisi berani. tetapi waktu melihatku dan cincinnya akan diberi dengan nya. Lalu aku memilih cincin yg agak besar dari punya ku "35?" temanku mengangguk. Ternyata guru datang disaat tak terduga kami pun langsung menyimpannya dilaci meja kelas ku. Aku memberi tahu pada smua bahwa aku membeli cincin untuk pasanganku kelak, dan melihat lihat ke arah kelas yg menurutku emang sangat jauh tapi dia selalu datang ke kelas ku dan menyukai yg lain. Ternyata temanku sudah mengira aku gila. Kutarik rantai dari laci kamar ku, ternyata aku sudah dikamarku dan aku punya rantai kalung. Kuganti liontinnya dengan cincin yg baru kubeli. Dicermin terlihat seperti anak tomboy yg menunggu cinta sejati. Memalukan.Sebelum cincin berakhir terlempar, "akhirnya nilai try out kita keluar ya" kataku kepada temanku dan dia mengangguk. Urutan jauh dibawah daratan apakah itu sebutannya? Ternyata tidak hanya nilai. Memegang buku tebal dan mata melihat ke bawah. Aku berbalik, temanku menyuruhku untuk melihat mereka lagi. Aku memeluk bukuku yg tebal dan kembali duduk. Bukan dia.
Terlempar
IntinyaCincin itu akhirnya terlempar. Dia bukan orang nya. Belum sempat dikasi sengaja dihilangkan berarti belum terikat kan. Untung saja.
Kulihat cermin kembali leherku merah-merah, aku bersih-bersih dan bersin-bersin. Kutemukan kembali cincin tua. Kulempar lagi karena aku hanya butuh rantainya. Kupakai dengan liontin baru. Ternyata bagus kupakai tiap hari bermakna seperti hari idul adha, hari ambil rapot, hari makan bersama, hari ujian semester ganjil. Mood ku bagus hanya karena kalung. Aku langsung juara satu, Ternyata kalung membawa energi baru.
Cobala dan rasakan sendiri.