> Froro narrator: Hari itu terasa hidup, ketika kebahagiaan secara utuh ada dan tidak terpotong.
Sapaan hangat dari orang berlalu lalang depan kami. Kami, aku dan kakek yang suka duduk di bangku panjang. Menerima Aktivitas merenung dan melihat sekitar, melihat mobil atau motor yang berusaha melewati polisi tidur yg cukup menggebung didepan kami, salah satunya pun keluar dan menuruni kaca mobil utk melambai dan menyapa kakek bahkan duduk untuk bicara sebentar. Senyum kakek dengan giginya yg menghilang membuat ku terkekeh.
kami meluncur menurun dengan gerobak semen yang kakek setir setelah itu berteriak.
Kakek menyekop pasir untuk dijual dengan keringat basah sedangkan Kami pun mengeruk pasir kakek utk membuat rumah rumahan.
Kami memanjat pohon sukun, kelapa, jambu, mangga yg kakek tanam.
Melakukan percobaan katapel yang paman buat sendiri utk burung didahan rindang.
Nenek akan memanggil cucunya untuk memakan satu kue panjang coklat hangat untuk kami, kami pun melahapnya sambil meniup niup.
Kami menemukan anak kucing satu kotak diloteng dan kami menamai mereka satu satu dengan nama yg berbeda beda dalam empat suku kata.
Kakek suka mengoleksi Coca-Cola, Sprite, dan Kratingdeng dilemarinya (maaf tanda miring mewakili suatu merek), satu plastik permen (lupa merek karena terlalu banyak) dibagikan satu persatu ke cucu cucunya namun mereka saling berebut.
Kami akan duduk dilantai dingin dan telentang bersama setelah berlarian dan melihat kartun didepan tempat tidur kakek.
Kakek biasanya akan tertidur dgn mulut terbuka lalu kami menirukan gaya tidur kakek dan mencubit satu sama lain.
Nenek suka memanggil mbok jamu disiang hari,pundak mereka tertunduk mengangkat beberapa botol. Sambil berbicara,mbok jamu pun menuang cairan jamu pahit dalam satu gelas kaca pertama. Mbok, Nenek dan Mama tertawa melihat ekspresiku dalam cara berminum, dengan cepat mbok jamu memberikan seteguk jamu jahe manis untuk mendorong rasa pahitnya. dan smua lega melihatku berhasil menelannya.
Dilantai yg terasa miring, aku berbaring terbalik, bibi mencongkel kotoran kuning yg menempel di telingaku yg membuat ku geli.
Selain geli aku pun berteriak kali ini tubuhku ditekan dan dipencet, nenek sering mengantarku untuk mengurut. Kenalan nenek merupakan beberapa orang dari club nenek-nenek tukang pijat, dan nenek-nenek mesjid untuk pergi arisan. sedangkan circle kakek yakni club para ojek dan gank pengusaha tua muda.
Kakek sewaktu berjaga malam suka mengoleksi beberapa senter, aku akan memilih satu senter untuk dibawa kakek pada malam itu. Beberapa batrei kadang tak cocok untuk satu senter, Ketika hidup aku akan menyenteri muka kakek yang menjadi sangat mengerikan.
Kakek sangat mencintai ayam jagonya, teman paman datang untuk membeli ayam jagoan kakek karena terkenal lincah. Paman juga sebagai penganut ayam pun mengelus jengger ayamnya sendiri dan melihat kaki ayamnya pincang setelah beradu dengan memasang wajah sedih. Kami pun melihat satu sama lain, menanyakan apa yang salah pada ayam tersebut dan tertawa tetapi terhenti ketika disuru memandikan ayamnya.
Kakek suka mengumpulkan kaleng minuman dan memanggil apak apak barang bekas di depan rumah.
Hobi menumpuk barang bekas ini mendarah daging sampai ke cucu-cucunya.
Aku berlari dengan yang lain meminta uang satu lembar pada nenek ketika tukang es keliling mulai memukul gongnya dari jauh. Kami pun berteriak "om es krim sini". Roti satu lembar dilipat menjadi dua, ditimpa satu sekop es krim rasa vanila dan strawberry tak hanya itu kacang ketan merah diatas nya untuk menutupinya.
Jika waktu makan telah tiba dan waktunya untuk pulang, halaman rumah langsung dipenuh dengan badan-badan dekil yg sedang bercucuran keringat, beberapa diantaranya akan mengeluh mengapa memanggilnya sambil mengembuskan nafas dengan tersenggal senggal.
Kepala ku hampir saja mengenai loteng, secara bergantian kami diangkat dan dilempar sambil berteriak. Ketika Nenek membersihkan kasur dengan sapu lidi, kami melompat diatasnya serasa melompati trampolin, salah satunya kenak tipuk sapu lidi sambil memegang pantatnya.Sunyi rumah hanya jika rumah dipenuhi nafas pada saat semua kelelahan. Sebelum tidur nenek akan memandu kami membaca doa sebelum tidur, saat makan tiba ada yg memimpin untuk membaca doa sebelum makan. Sebelum makan kakek selalu berteriak meminta disediakan air untuk cuci tangan.
Jika nasi masih panas biasa tangan kami kebakaran.
Kami secara bergantian membuka mulut didepan kipas angin dan berceloteh sesuai nada angin.
Terbuka lemari nenek, jika diriku menunjukkan tanda pulang, nenek akan membongkar isi lemari utk memberi pakaian padaku. Sedangkan kakek memberiku uang koin dan selembaran dari sakunya untuk ku jajan dan tas sekolah yang kusukai. Kami (aku dan kakek) mengelilingi pasar tanpa peta, berjalan kaki sambil berpegangan tangan lalu menunjuk beberapa toko yg mungkin utk di kunjungi, penjaga toko selalu menyambut kami dengan dua kata yang sama "kakek dengan cucunya ingin berbelanja", yang paling kuingat kakek selalu memilihkan ku tas ransel berwarna hitam meski aku menuntut untuk punya tas berwarna cerah pink dan merah.
Beberapa jejak kami buat, aku dan mereka menyusuri jalan yang tidak kami ketahui, mengenal tempat baru yang baru saja kami temui. Kami membantu kakek mengumpulkan sampah dan membakarnya ditengah ranting-ranting yang saling bertumpuk tumpuk, kami akan menyebutnya api unggun. Aku dan paman biasanya akan bereksperimen dikamar sempitnya yang dipenuhi barang2 hebat menurut ku, dia memiliki alat olahraga barbel berat. kami mencoba mengangkat barbel itu berdua, tetapi paman hanya menggunakan satu tangan. Dia juga memiliki beberapa alat permainan kartu,gaplek dan lainnya. kami berdua memainkannya tapi aku akan selalu kalah karena aku masi kecil(ngambek), tetapi hukuman tetap ku dapatkan,paman mengambil jepit jemuran dan menaruh dihidung,telinga dan bibir ku dan aku berteriak, karena dendam kami tak membiarkan hukuman ringan bagi yang kalah setelah itu.
Paman juga mengoleksi kaset radio,aku suka memutar semuanya dan tak sengaja merusaknya, aku tak sengaja menarik isi kaset dan mengeluarkan isinya, beberapa yang kusebut tali didalamnya keluar dan menjadi terbelit belit. Saat ku masukkan kembali, kaset tidak bisa bersuara. Dia mengenalkan ku juga dengan satu piringan musik yg bisa diputar, aku akan menaruh miniatur kecil ku diatasnya agar berputar-putar, tapi musik terdengar agak lain setelah itu.
Paman pernah bermaksud ingin kuliah Seni namun ada beberapa masalah dia tidak masuk, kamar nya dipenuhi gambar-gambar juga. Setiap hari aku akan menyelinap masuk ke kamarnya untuk mengunjungi dan melihat beberapa buku tulis penuh dengan isi gambar-gambar paman. Disana aku melihat siput besar yang sedang jalan didepan dua gunung, aku pun menambahkan orang-orangan yang sedang mancing dengan danaunya.
Selalu ada kertas kosong yang bisa kuisi dengan gambar, paman juga menambahkannya membuat gambar memiliki jalan cerita. Jalan cerita dibuat tidak masuk akal ketika paman menggambar siput dia akan mengatakan bahwa siput tidak tahan tinggal dihutan dan aku mengatakan jika siput itu disini nanti bisa memijak beberapa orang orang yang sedang memancing (gambar yang kubuat). Dia tetap menaruh siput itu ditengah jalan dan memberinya gambar aksesoris. setiap hari hanya aku yang bisa masuk ke kamarnya untuk menggambar dibuku tulis miliknya, dia akan selalu tidur di pagi hari karena malam dia akan pergi bekerja tapi akan terbangun setelah melihat ku sudah memegang saja pena dan buku sambil tersenyum lebar. Paman pun memberiku bukunya dan aku mulai menggambar hal yang kusukai,diluar kamarnya(diusir). Aku pun akhirnya membuat rumah kapal yang bisa menyelam, rumah pohon yang memiliki 100 kamar, baju gaun panjang superhero perempuan wings yang kulihat di tv, disaat itu beberapa yang lain sibuk, aku melihat nenek sedang menjadi chef didapur dan beberapa sepupuku sibuk berkelahi, aku menggambar mereka dan makanan kesukaan ku. Lemari nenek yang kosong akan kubuat menjadi ruangan ku utk menggambar dan tidur,aku akan menaruh selimut dan bantal didalamnya ditemani buku tulis agar sepupuku tak mengganguku, kubawa kue dari yg nenek masak beberapa utk kugigit. Nenek akan terkejut ketika membuka lemarinya karena aku didalamnya sedang menggigit kue bolu kukus. Sepupuku langsung menarikku utk bermain,aku menolak aku sudah merasa nyaman untuk menggambar disana. Tetapi karena mereka baru saja memiliki mainan baru, aku langsung ikut dengan mereka (gampang terbujuk).Ketika aku mengenalkan pensil ke sepupu-sepupu ku mereka langsung mengambil alih pensil dan kami mulai menggambar tak hanya dikertas namun juga didinding rumah nenek. Dinding rumah nenek penuh dengan coretan kami yang menulis nama kami dengan huruf huruf yang masi miring, kami sebenarnya masi belum mengenal huruf saat itu, lalu kakek marah besar pensil pun terlempar, kami pun dengan cepat lari. Kakek langsung mengambil alih tempat duduknya dan menyeruput kopi buatan nenek sambil membicarakan ayamnya.
...