Aku menganga lebar, menatap layar ponsel di tanganku dengan tak percaya.
Saat itu, aku dan anggota circle-ku sedang berada di luar kafe, minum kopi sambil bergosip dalam rangka merayakan selesainya Penilaian Akhir Tahun. Aku sama sekali tidak menduga hari itu akan menjadi hari di mana aku mendapatkan kabar tak terduga yang mengubah kehidupanku beberapa bulan kedepan.
Seketika, aku menjatuhkan ponsel satu-satunya yang kumiliki ke atas meja yang sontak membuat keempat sahabat di dekatku refleks menoleh.
"Lo gak apa-apa, Ra?" Salah satu dari mereka, Zasky, bertanya.
"Ini ... gue gak salah baca, 'kan? Gue keterima? Gue beneran keterima!" Aku berseru-seru sendiri sambil melihat teman-temanku bergantian.
"Keterima? Wait, keterima apa?" Acha, yang paling lama merespon, ikut-ikutan bertanya kebingungan.
Shila, yang juga berjilbab sepertiku, lah yang menyadarinya duluan. "Jangan bilang ... jangan bilang kalau lo lolos di program pertukaran pelajar yang dari sebulan lalu lo tungguin itu!"
"IYA, SHIL!" ucapku senang.
"DEMI APA?"
"LO SERIUS?"
"LO BAKALAN KE EROPA DONG!"
"KIERA, LO TEGA NINGGALIN KITA?"
Kami saling melempar tatapan selama tiga detik penuh tanpa suara, lantas mereka berempat berebut melihat surat keterangan kelulusan yang ada pada ponselku dan Vanny, si rambut paling merah di antara kami, yang berhasil mendapatkan ponsel hitamku.
"Ternyata benar! Lo gak salah baca, lo emang keterima, Ra!"
Kesimpulan yang diambil oleh Vanny sontak membuat kami berucap, "Alhamdulillah!" Yang terjadi selanjutnya, kami saling berpelukan layaknya Teletubbies di hari raya Idul Fitri.
"Rara, congrats, ya! Ya ampun, gue bangga banget sama lo!" ujar Zasky. "Perjuangan lo bolak-balik ke sekolah ngurusin surat, terus nulis esai sampe larut malam, dan wawancara segala macam, akhirnya terbayar juga."
Shilla menepuk-nepuk bahuku. "Pokoknya gue seneng banget! Gue bangga sama lo!"
"Ih, kok lo pada seneng banget sih? Gue malah sedih karena gue gak bakal ketemu lo lagi, huhuhu." Acha tiba-tiba menangis dan yang kutahu, dia sungguhan menangisiku.
"Ya ampun, Cha, dikira gue mau mati kali ah," balasku, yang sebenarnya aku juga sedang terharu mendapat kabar membahagiakan ini.
"Karena hari ini harinya Kiera, maka gue bakal traktir kalian semua makan siang sebagai hadiahnya!" Vanny mengusulkan dan kami bersorak senang. Gila, dermawan sekali sobat kami yang satu ini. "By the way, lo pilih negara apa waktu seleksi, Ra?"
"Inggris."
Padahal cuma satu kata, tetapi ekspresi mereka langsung berubah melongo yang sepersekian detik kemudian kembali heboh.
"Astagfirullah, Ra! Lo pasti udah ngerencanain ini dari lama."
"Lo sengaja pilih Inggris supaya bisa nyusul Lucas, ya, Ra? Ngaku lo!"
"Gila, sih, ini mah lo udah bucin akut, Rara! Pantes aja, ada dua belas cowok yang suka sama lo di sekolah, tapi lo cuekin semuanya! Ternyata gara-gara si Lucas."
Gelak tawaku pecah dan kami terbahak-bahak. Keempat sahabat dari SD dan SMP-ku ini sudah bisa menduganya. Memang benar yang dikatakan mereka.
Lucas, atau Lucas Knightley, atau lebih lengkapnya lagi Lucas Olivier Knightley. Celebrity crush-ku sejak aku duduk di bangku kelas 8 SMP. Dia adalah seorang selebgram, model, sekaligus aktor yang dikenal karena sewaktu kecil pernah menyandang gelar sebagai "Anak Laki-Laki Tertampan di Dunia"--aku juga mengenalnya gara-gara iseng mencari kata kunci itu di mbah Google. Lahir di Melbourne, Australia, pada hari dan tahun yang beda selisih satu denganku, 21 November. Dia lebih tua. Namun, dia tinggal di Inggris, tepatnya di Oxford, karena orang tuanya juga asal Inggris. Dia memiliki dua adik. Lucas bukanlah artis terkenal seperti Justin Bieber atau Zayn Malik. Dia cuma model dan aktor figuran yang main di film-film Netflix dengan followers 1,85 juta di Instagram. Namun, aku jamin, dia memiliki pesona yang mampu memikat siapapun kalau melihatnya secara langsung. Duh, aku saja yang belum pernah bertemu langsung sudah nyaris pingsan tiap kali dia update di sosial medianya, apalagi kalau sampai benaran ketemu!
Kira-kira hal apa lagi yang kalian ingin tahu tentang dirinya? Kurasa, aku pasti tahu jawabannya karena aku termasuk stalker garis keras di dunia per-fangirl-an.
"Omong-omong, kalau nanti lo di Inggris ketemu sama Tom Holland, gue minta foto sama tanda tangan dia ya. Hehe." Shilla mulai senyum-senyum tidak jelas.
"Gue juga sama!" Acha ikut mengacungkan jari. "Kalau lo ketemu sama One Direction, gue titip salam. Bilangin, suruh cepetan comeback!"
Plak! Yang benar saja, Cha!
︶꒦꒷♡꒷꒦︶
21 Ways to Melt Your Ice
: it's just a PROLOGUEWednesday, June 29, 2022
13:30╰┈➤ ✎ P.s.
Hello! It's been a long time since I've finished my latest work "Alarm of The Heart Program" lol. Sekarang, mumpung masih liburan nih, aku pengin aktif lagi di Wattpad dan, here you go, cerita keduaku yang kali ini bergenre teen fiction. Haha, ini masih prolog, let's hope semoga ceritanya gak membosankan :D
**doakan semoga authornya gak malas update huhu karena bulan Agustus nanti pasti aku bakal sibuk banget jadi aku bakal berusaha nyelesain cerita ini sebelum Agustus**
Segitu dulu aja, semoga kalian betah sama Kiera dan Lucas di sini.
Sampai jumpa di bab selanjutnya!! (ノ◕ヮ◕)ノ*:・゚✧
with love,
Laveanderz
KAMU SEDANG MEMBACA
21 Ways to Melt Your Ice
Teen FictionApa yang akan kaulakukan jika diberi kesempatan untuk bertemu langsung dengan celebrity crush-mu selama 24 jam? Kau tidak mungkin hanya diam saja, atau cuma menyapa dari jauh, atau sekadar meminta foto bersamanya lalu pergi, 'kan? Kau pasti akan mem...