Part 2

292 52 8
                                    

Mereka tiba di apartemen Rosé untuk mengepak barang-barang yang akan mereka bawa. Seperlunya saja tidak usah membawa terlalu banyak karena Jisoo sudah mempersiapkan semuanya di sana. Paris adalah kota tujuan mereka. Di ibukota negara Perancis itulah Jisoo merintis usahanya tanpa sepengetahuan keluarganya. Bahkan Rosé juga tidak mengetahui hal ini.

Ini pertemuan pertama mereka setelah putus dua tahun yang lalu. Jisoo benar-benar memutuskan kontak dengannya tak ada pesan ataupun panggilan telepon. Namun dia tidak marah atau membenci Jisoo karena dia percaya pada kekasihnya.

Siang ini tiba-tiba saja Jisoo menemuinya, memintanya untuk menemani makan malam dengan keluarganya dan juga keluarga tuan Jung. Dia bilang ayahnya akan menjodohkannya dengan Jung Haein, penerus kerajaan bisnis keluarga Jung yang sangat terkenal. Tetapi dia tidak mau dan tidak akan pernah mau menikah dengan lelaki itu. Untuk itu Jisoo menemuinya, mengajaknya ikut ke acara tersebut untuk diperkenalkan sebagai kekasihnya.

Jisoo tentu saja sudah mempertimbangkan hal ini dengan matang. Dia tidak akan asal bertindak tanpa memikirkan konsekuensi yang akan dia hadapi di kemudian hari. Dia sangat mengenal sosok ayahnya yang tidak mengenal ampun kepada lawan-lawan bisnisnya.

Rosé mengeratkan pelukannya ditubuh Jisoo yang masih menangis. Sesekali menepuk-nepuk punggungnya. Dia tahu bahwa kekasihnya itu sedih karena harus meninggalkan sang ibu. Satu-satunya orang yang dia sayangi di keluarganya. Siapa yang akan melindungi ibunya dari sikap kasar sang ayah yang tidak segan melakukan kekerasan jika sedang marah. Selama ini hanya Jisoo yang berani menghalangi setiap pukulan atau tendangan yang dialamatkan ayahnya kepada sang ibu.

"Mandi dulu ya, aku buatkan teh hangat." Rosé menatap mata Jisoo dengan hangat. Kekasihnya itu hanya mengangguk kemudian beranjak ke kamar mandi.

Rosé menyiapkan dua cangkir teh hangat tanpa gula, minuman favorit mereka ketika sedang bersama. Aroma teh bisa menenangkan pikiran mereka.

===

Bandara Incheon, penerbangan ke Paris menggunakan Air France 267 dijadwalkan akan lepas landas jam 09.05 pagi ini. Jisoo dan Rosé sudah berada di sini sejak pukul tujuh pagi ini. Perjalanan yang memakan waktu lebih dari tiga belas jam ini tentunya akan cukup melelahkan. Apalagi tidur mereka tidak nyenyak tadi malam.

Rosé menyerahkan sebotol air mineral juga sepotong stroberi keik kepada Jisoo. "Ini, habiskanlah. Kau belum makan sejak semalam."

Sebelumnya, di kediaman keluarga Kim, tuan Kim masih marah. Dia terus mengeluarkan umpatan dan hinaan terhadap putri bungsunya.

"Anakmu itu sungguh keterlaluan, melemparkan kotoran di wajahku di depan keluarga Jung." Tuan Kim kesal.

"Hari ini dia akan berangkat ke Paris, dia pikir dia bisa hidup tanpa fasilitas yang selama ini aku berikan. Lihat saja, berapa lama dia akan bertahan menjadi pembangkang seperti itu." lanjutnya

"Kalian, jika kalian ada yang berani menolongnya..." tuan Kim memandang ketiga orang yang menemaninya sarapan pagi ini. "Kalian juga akan kehilangan fasilitas kalian."

Ibu dan kedua kakaknya hanya bisa diam mendengarkan kemarahan yang diluapkan oleh tuan Kim. Tidak ada yang bisa mereka lakukan. Melawannya sama saja dengan menyulut api kemarahan yang lebih besar. Diam adalah cara paling bijaksana untuk saat ini.

Dari percakapan itu, Seokjin dan Taehyung mengetahui kalau adiknya akan pergi ke Paris. Mereka mencari tahu jadwal keberangkatan ke Paris hari ini.

"Hari ini ada tiga jadwal keberangkatan ke Paris dengan dua maskapai penerbangan yang berbeda." Ucap Taehyung.

"Aku sudah tau, mereka akan pergi pagi ini jam 09.05," timpal Seokjin sambil melihat jam di pergelangan tangannya.

Tanpa pikir panjang, mereka meninggalkan kantor. Mereka nekat datang menemui Jisoo karena merasa bersalah. Selama ini mereka begitu egois tanpa peduli dengan keadaan sang adik.

"Jisoo," seruan seseorang membuat keduanya menengok ke sumber suara.

Kim Seokjin dan Kim Taehyung, apa yang mereka lakukan di sini? Pikir Jisoo. Dia mengedarkan pandang ke sekeliling, khawatir sosok yang ingin dia hindari ikut bersama dengan kedua kakaknya untuk menggagalkan rencananya.

"Ayah tidak ikut bersama kami," ucap Taehyung yang mengerti bahasa tubuh Jisoo.

"Kami kemari ingin menyampaikan sesuatu." Seokjin menimpali adiknya. "Maaf karena selama ini kami menjadi sosok kakak yang pengecut," ucapnya lagi.

"Pergilah, kejar kebahagiaanmu. Jangan khawatir tentang ibu, kami akan menjaganya." Kali ini Taehyung yang bicara.

Suara seorang wanita terdengar dari pengeras suara yang menggema di sekitar bandara. Pemberitahuan bahwa pesawat yang mereka tumpangi bersiap untuknlepas landas.

Mereka memeluk Jisoo dengan hangat, pelukan yang jarang sekali mereka berikan. "Pergilah, jangan khawatirkan kami di sini."

Jisoo tersenyum kepada kedua kakaknya, "Aku percayakan ibu pada kalian. Sampai jumpa!" Jisoo melambaikan tangan kepada kedua kakaknya.

Rosé terharu melihat perpisahan kakak dan adik itu. Ini pertama kalinya Jisoo tersenyum kepada kedua kakaknya. Ada rasa lega di hatinya. Paling tidak, hubungannya dengan Jisoo mendapatkan restu dari ibu dan kedua kakaknya.





DUA ORANG TERLARANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang