Part 1

394 54 5
                                    

"Hari ini jangan lupa kita ada makan malam dengan keluarga Jung," ucap tuan Kim kepada Kim Jisoo, putri bungsunya.

Jisoo menghentikan kegiatan makannya. Kenapa harus membicarakan hal ini di pagi yang secerah ini. Membuat moodnya turun saja, batin Jisoo.

"Baik ayah," jawab Jisoo singkat. Dia ingin cepat-cepat beranjak dari duduknya jika saja memungkinkan. Tetapi tidak bisa, tidak ada yang bisa meninggalkan meja makan sebelum tuan Kim selesai makan.

Jisoo hanya memainkan sendok dan garpunya di atas piring makannya. Rencana perjodohannya dengan putra tuan Jung membuatnya kehilangan selera makan. Seandainya ada cara untuk menghentikan perjodohan ini.

Sayang sekali, di keluarga Kim tidak ada yang berani membantah perkataan tuan Kim. Pria paruh baya itu merupakan sosok yang keras dan kasar. Dia tidak akan segan-segan memukul jika perkataan atau perintahnya tidak dituruti bahkan kepada sang istri.

Jisoo sudah sering melihat lebam di wajah atau tangan ibunya. Bahkan saat kecil dia menyaksikan sendiri perlakuan kasar ayahnya kepada ibunya. Hal itu sangat membekas diingatannya.

Kedua kakaknya, Kim Seokjin dan Kim Taehyung pun tidak berani membantah. Mereka berdua terlalu takut untuk kehilangan fasilitas yang diberikan ayahnya. Jisoo menilai kedua kakaknya terlalu lemah sebagai seorang lelaki.

Jisoo adalah satu-satunya yang berani membangkang. Dia tidak takut kehilangan fasilitas ayahnya. Tetapi tuan Kim memegang kelemahannya sekarang, membuatnya tidak bisa membantah ayahnya. Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, dia akan mengikuti perintah sang ayah tanpa banyak bertanya. Dan dia benci keadaannya yang seperti ini.

Ini semua dia lakukan untuk melindungi seseorang. Seseorang yang sangat berarti di hidupnya. Seseorang yang sangat dia cintai. Cinta yang sembunyi-sembunyi.

Namun Jisoo tidak hanya pasrah menuruti keinginan sang ayah, diam-diam dia membangun usahanya sendiri di luar nama besar keluarga Kim. Untuk menghadapi sang ayah, dia harus punya kekuatan.

Dua tahun lalu, hubungan asmaranya dengan seorang wanita bernama Rosé tercium oleh sang ayah. Hal itu tentu saja membuat sang ayah murka. Putri bungsunya menjalin kasih dengan seorang wanita.

"Kau ingin mempermalukan nama baik keluarga Kim?" ucap tuan Kim dengan nada suara yang tinggi sambil melempar foto-foto kebersamaan dia dan kekasihnya. "Akhiri hubungan kalian atau aku akan menghancurkannya. Roseanne Park tinggal sendiri tidak ada keluarga, bekerja di perusahaan keluarga Kang. Sangat mudah untuk menghancurkannya."

Ancaman itu tidak bisa dianggap main-main karena ayahnya tidak pernah main-main dengan ucapannya. Jika dia bicara demikian, maka 90 persen akan terjadi. Dia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi kepada wanita yang dia cintai.

"Kita harus mengakhiri hubungan ini," ucap Jisoo, "aku bisa menanggung semua kesulitan tapi tidak jika pak tua itu mengganggumu." Jisoo berkata dalam tangis. Rasanya berat untuk berpisah dengan orang yang sangat dia cintai. Orang yang paling mengerti dirinya. Dadanya terasa sesak.

Maafkan aku, seandainya aku tidak terlahir seperti ini mungkin kita akan bersatu tidak terpisahkan seperti sekarang, batin Jisoo.

Rosé mendengarkan dengan seksama penjelasan dari kekasihnya. Mengusap dengan lembut air mata di wajah Jisoo dengan ibu jarinya. "Jika itu memang yang terbaik, aku tidak akan menahanmu. Jangan menangis." Rosé memeluk kekasihnya dengan erat seakan itu adalah pelukan terakhir mereka. "Aku akan selalu menunggumu karena tak bisa dengan orang lain," ucapnya lirih.

Mereka menyadari konsekuensi hubungan mereka. Tidak ada yang berani terang-terangan mengakui hubungan sesama jenis di negara ini. Negara dimana masih banyak kaum konservatif yang mengklaim bahwa memaafkan homoseksualitas akan mempengaruhi kaum muda secara negatif sekaligus berkontribusi pada penyebaran AIDS. Cih, seolah penyakit tersebut hanya tanggung jawab komunitas mereka.

Jika sampai ketahuan menjalin hubungan sesama jenis bisa kehilangan pekerjaan bahkan dukungan dari keluarga. Seperti itulah sanksi sosial yang akan mereka terima. Karena itulah mereka menjalin kasih secara sembunyi-sembunyi tanpa bisa bebas mengekspresikan perasaan mereka.

Dua tahun sudah sejak keputusan mereka untuk berpisah, usaha yang dirintis Jisoo sudah mulai menampakkan hasil yang signifikan. Jika memang harus meninggalkan keluarga Kim paling tidak dia tetap bisa bertahan. Usaha yang di rintisnya tidak di bangun di Korea Selatan tetapi di negara yang ramah terhadap komunitas mereka.

===

PLAK!!

Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Jisoo. Terlihat sedikit darah segar di sudut bibir wanita itu. Tuan Kim marah atas perbuatan Jisoo yang mengakui bahwa dirinya tidak tertarik kepada lelaki dan dia sudah mempunyai kekasih yang sangat dicintai. Bahkan Jisoo membawa Rosé ke acara makan malam itu untuk diperkenalkan sebagai kekasihnya.

Melihat reaksi keluarga Jung yang merasa dipermainkan oleh keluarganya, tuan Kim semakin murka. Wajahnya sudah memerah, tubuhnya bergetar menahan amarah. Tuan Jung merasa sangat tersinggung sampai-sampai mengeluarkan makian kepada tuan Kim saat meninggalkan rumah mereka.

"Dasar anak tidak tau diuntung! Berani sekali kau menggagalkan rencana perjodohanmu dengan putra tuan Jung!" tuan Kim berteriak hendak memukul kembali anaknya.

"Pukul!" teriak Jisoo membuat tuan Kim menahan tangannya yang akan kembali mendarat di pipinya. "Kalau memang dengan memukulku ayah akan merasa puas, pukul aku ayah!" ucapnya lagi menyodorkan pipinya.

Rosé memeluk Jisoo, mencoba menenangkan kekasihnya. Hatinya sakit melihat orang yang dicintainya dalam kondisi seperti ini.

"Aku juga tidak menginginkan ini. Sejak kecil aku berbeda." ucap Jisoo histeris. "Aku terlalu sering melihat ayah memukuli ibu. Ayah seharusnya jadi pelindung kami di keluarga. Aku juga muak melihat kedua kakakku yang tidak bisa melindungi ibu dan adiknya. Aku benci laki-laki."

Mendengar hal itu, ibu dan juga kakak-kakaknya merasa kaget. Jadi inilah yang menyebabkan adiknya menjadi berbeda.

"Aku bertemu dengannya di masa-masa terendah dalam hidupku. Di saat aku berpikir untuk mengakhiri hidup." Jisoo menggenggam tangan kekasihnya menyatukan jemarinya. Rosé meremas tangan Jisoo, seakan ingin berkata kalau dirinya akan selalu ada di sampingnya

Jisoo menarik napas berat, "Maafkan aku jika aku hanya bisa merusak nama baik keluarga, aku akan pergi." Jisoo melihat ke arah ibunya yang sudah mulai terisak.

"Maafkan ibu, nak." ucap nyonya Kim lirih.

"Aku yang minta maaf, bu. Maaf telah mengecewakan ibu tapi inilah aku, bu. Ibu jaga kesehatan ya, kami pergi." Jisoo memeluk ibunya dan mencium keningnya agak lama. Air matanya kembali menetes karena harus berpisah dengan ibunya. Dia mengeluarkan tasnya, meletakan semua fasilitasnya di atas meja, kunci mobil dan kartu kredit. Hanya membawa dompet dan ponsel di tangannya. Kemudian pergi bersama Rosé dengan menggunakan taksi yang sudah dia pesan.

"Pergilah! Pergilah dan jangan kembali, brengsek! Seharusnya aku mengusirmu sebelum mempermalukanku seperti ini." tuan Kim meluapkan semua kemarahannya setelah kepergian Jisoo.

===

DUA ORANG TERLARANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang