2

2.6K 200 39
                                    

"kau percaya pada suatu omong kosong bernama cinta? Jangan buat aku meludahi wajahmu, karena omong kosongmu."

Sudah satu minggu setelah ucapan Haruto itu berlalu, Haruto sendiri mulai memiliki pekerjaan dengan memalsukan semua identitas lamanya dan bergabung pada salah satu agen rahasia dan mempunyai banyak anak buah.

Junghwan masih disekap oleh Haruto, namun ada hal aneh yang terjadi beberapa minggu ini.

Jeongwoo mendiaminya selama semingguan dan jarang pulang ke apartement mereka berdua.

"Jeongwoo pergi ke hotel milikmu sendiri bersama laki laki itu."

Haruto sedang berkutat dengan lembaran berkas pekerjaanya saat salah satu tangan kanan Haruto memberikan laporannya tentang keberadaan Jeongwoo yang tak kunjung pulang.

Diam-diam, Haruto menyuruh dua anak buahnya untuk mengawasi Jeongwoo dari jauh dan tentunya tanpa sepengetahuan Jeongwoo. Haruto tidak khawatir pada Jeongwoo, hanya saja ia merasa harus tahu Jeongwoo berada dimana.

Dan laporan bahwa Jeongwoo pergi ke hotel dengan seorang laki-laki yang tidak dikenali anak buahnya membuat Haruto mengerutkan keningnya.

"siapa laki-laki itu?" tanya Haruto.

Bukannya menjawab, namun yang diberikan anak buahnya pada Haruto adalah sebuah ponsel. Di layar ponsel itu, menampilkan kamera cctv yang sedang menangkap laki-laki yang bersama Jeongwoo itu memasuki sebuah kamar hotel.

"biarkan mereka" Haruto berujar seakan tak peduli pada hal itu dan kembali melihat berkas-bekas pekerjaannya.

Anak buah Haruto yang mendengar, segera menunduk dan berlalu keluar ruangan tersebut.

Haruto menghela nafas, melepas jas yang berada pada tubuhnya dan menyisakan kemeja putih di tubuhnya saat ini.

Ah, sepertinya malam ini akan berlalu panjang lagi.

° ° °

Pukul 3 pagi Jeongwoo melangkahkan kakinya pada apartement yang tampak gelap didepannya saat ini.

Namun kamar dirinya dan Haruto terbuka dengan cahaya bulan yang menyinari balkon kamar itu, menampilkan sang dominan yang terduduk sembari menghembuskan asap rokoknya.

Jeongwoo sadar akan tatapan datar Haruto pada dirinya, terlebih pemuda itu sepertinya tahu ia baru darimana.

"maaf." jeongwoo berujar pelan dengan kepala yang tertunduk, seakan tak ingin menatap Haruto.

"itu hakmu"

Suara berat Haruto menyapa telinganya.

"selama seminggu ini kau bolak-balik hotel hanya untuk memuaskannya kan? Kenapa tidak memuaskan suami mu ini dulu? aku akan membayar lebih mahal daripadanya."

Kekehan Haruto menenuhi kamar itu, tubuh Jeongwoo gemetar hebat saat merasa Haruto mulai melangkah ke arahnya.

"m-maaf.." tak ada kata lain yang diucapkan Jeongwoo selain kalimat itu.

"aku tidak membutuhkan maafmu. Sudah kubilang semua itu hakmu, JALANG SIALAN!"

BRUK!

Haruto melempar tubuh Jeongwoo ke samping tembok kamar sana sekuat tenaga setelah mengatakan kalimat itu.

"JALANG RENDAHAN! KAU BEBAS PERGI KE HOTEL DENGAN SIAPAPUN! KAU BEBAS MENJUAL TUBUHMU PADA SIAPAPUN! AKU TIDAK PEDULI!" Haruto berteriak sambil menendangi tubuh Jeongwoo seperti orang kalap, matanya memerah dengan wajah yang penuh dengan keringat karna menahan emosi.

"jalang rendahan! Sampah!" Haruto masih setia mengatakan hal itu pada Jeongwoo sambil menghantamkan kakinya pada tubuh dibawahnya bahkan juga menginjak-injak dadanya.

Hingga ketika Jeongwoo terbatuk mengeluarkan darah, barulah Haruto berhenti menendangkan kakinya namun tetap menaruh kaki kanannya diatas dada Jeongwoo.

"kau percaya jika aku mulai mencintaimu?" tanya Haruto pada Jeongwoo yang saat ini terlihat susah bernafas karna menahan sakit di dadanya yang diinjak Haruto.

"p-pembohong. kau hanya mencintai tubuhku Watanabe Haruto." ujar Jeongwoo bersusah payah mengatakannya, bersamaan dengan darah yang kembali keluar dari mulutnya.

Haruto menyeringai ketika mendengar itu.

"kau tidak mempercayaiku? Cinta seharusnya saling mempercayai kan? Kau sendiri bilang jika kau mencintaiku. Bukankah cinta juga harus saling setia?"

Pertanyaan beruntun Haruto sangat menohok dan jelas menyindirnya. Namun tak bisa Jeongwoo pungkiri apa yang dinyatakan Haruto adalah sebuah kebenaran, hingga Jeongwoo jelas harus menganggukkan kepalanya.

Haruto menunduk untuk mencengkram erat pucuk rambut Jeongwoo hingga pemuda manis itu terdongak dengan posisi setengah berlutut.

"SO WHAT THE FUCK YOU'RE DOING DENGAN PERGI BERSAMA PRIA LAIN DAN KAU MENYEBUTKU SEBAGAI PEMBOHONG!" Haruto beteriak di depan wajah Jeongwoo, kemudian melepaskan cengkramannya pada rambut Jeongwoo ke arah samping dengan keras hingga tubuh itu tersungkur.

Biasanya, Haruto akan memendam apa yang ada dalam pikirannya hanya untuk dirinya sendiri. Namun kali ini, entah mengapa apa yang dipikirkannya tentang Jeongwoo begitu menganggu sampai sulit untuk ditahannya.

Tok tok

Pintu kamar mereka diketuk, menampilkan anah buah Haruto yang sedang berjalan ke arah mereka.

"laki-laki itu Junghwan"

Haruto yang mendengar menatap tak percaya, bagaimana caranya Junghwan keluar di ruang yang penuh dengan gembok sana?

Ia menatap Jeongwoo yang sepertinya tak terlalu mendengar karna kesadarannya yang hampir hilang, Haruto kemudian kembali menyeret Jeongwoo agar berdiri ke arah ruangan yang ia pakai untuk menyekap Junghwan.

"akan kuberitahu bagaimana caranya menjadi jalang yang benar"

° ° °

This book has been warned about mature scenes, and perhaps the next chapter will have those scenes. If you don't like it, please get out of this book.

-25/06/2022

MADNESS || [ hajeongwoo ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang