A Night Butterflies

1 1 0
                                    

TW : kata-kata kasar dan situasi yang mungkin mengganggu beberapa orang!



Selasa, Apr 11. Layaknya remaja wanita pada umumnya, ia ingin terlihat cantik, trendy, rapi, cerdas, berprestasi, dan... berkeluarga lengkap. Satu mimpi tak terwujudnya ialah kehadiran ayah, keselarasan orang tuanya, tanpa perkelahian apalagi mangacuhkan hak asuh terhadapnya. Benedetta. Ia bersekolah di tempat terdekatnya sebagai siswa menengah atas. Tak ada yang memperdulikan jalannya kehidupan Benedetta, selain anak laki-laki tetangga yang selalu menemani kesendiriannya di rumah kecil peninggalan Ayah yang pergi ke luar kota menjauh dari mantan istri (Ibu Benedetta) dan Benedetta sendiri.

Apakah Ibu peduli? Bisa dibilang kurang, dimanakah sanak saudaranya? Mereka membenci hubungan antara orang tua Benedetta yang telah merusak nama baik pihak Ayah. Pernikahan dini yang tak disengaja karena pesta payah dan mabuk-mabukkan.

"Benedetta, semalam aku mengetuk pintumu, tak ada yang menyahut, engkau kemana?" Tanya Carver memiringkan sedikit wajahnya untuk menghadap Benedetta.

"Sudah ku bilang panggil saja benny" ujar Benny yang lanjut menyalakan korek untuk merokok

"Ah iya maaf aku lupa terus, jadi?" Lanjutnya sembari mengambil satu rokok dari Benny

"Bukankah aku sudah memberitahumu, carver? Aku tidak bisa menghidupi diri sendiri jika tidak bekerja di Pak Hawkins" jawabnya seraya mengeluarkan asap dari mulutnya

"Pak Hawkins yang itu?" Carver menghembuskan nafas dengan khawatir

Sedangkan Benny hanya menoleh dan sedikit mengangguk lalu kembali merokok.

"Benny!" Sahut Carver yang kini memegang pundak Benny

"Santai, bro! Kau mengagetkanku, sialan!" Gerutunya

"Dengar! Kau ini masih terlalu mu-" Carver terpotong oleh Benny yang memberontak dan melotot siap untuk meledak

"Bullshit! Kau sama saja seperti orang lain, jika tidak bisa menerima kehadiran pekerja sepertiku, untuk apa mengurusiku, mengurus dirimu sendiri saja tidak becus!" Dengan sedikit bergetar ia membentak Carver.

"....!" Carver hanya bisa diam dan berpikir kemana-mana

"Ya, benar! Aku tidak membutuhkanmu, jika ingin hidup maka bangunlah dan hadapi kenyataan! Dunia terlalu kejam jika kita hanya diam!" Ketusnya lagi

"Aku tidak bermaksud menghakimi mu, Benny! Aku hanya khawatir jika suatu saat kau akan mengalami hal buruk! Tidak untuk mengharapkannya namun itu pasti akan terjadi jika kehidupanmu tidak sehat, caramu mencari uang sangat memaksa dan menyiksa dirimu sendiri!" Tutur Carver serta menyimpan rokoknya di asbak lalu mengelus lembut pipi Benny.

".....?" Benny menatap kedua mata Carver dan menyesal sekejap sebelum akhirnya menangis histeris dalam pelukan Carver.

"...." Carver memeluknya dengan erat, mengusap pundak lelahnya dan menciumi pucuk kepalanya.

"Kau tidak hiks-, mengerti hiks-" isak Benny dengan sedikit mendorong dada Carver.

"Tidak, kau yang tidak mengerti Benny. Apakah kau pikir aku selalu menghampirimu karena aku hanya mengasihani saja? Apa kau kira aku tidak tau kondisi mengkhawatirkanmu?" Sambungnya lagi.

Mendengar itu Benny hening, sedangkan Carver memberinya waktu untuk Benny meratapi kesedihannya, namun Benny melepas pelukan dan berkata "bukan itu titik permasalahannya, aku memiliki rencana, jika kau menyayangiku maka kau tidak akan melakukan hal gila tentang ini. Mengerti?" Jelas Benny usai menyeka air mata dan kembali merokok.

"Rencana? Hal gila? Apakah kau mabuk Benny? Atau rokok ini mengandung ganja? Mengapa aku tidak merasakan efek apapun?" Tanya Carver sembari meneliti rokok dijari nya

Creepy PastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang