04| Proof

1K 121 8
                                    

Sepulangnya dari kampus, dia mampir ke toko kue yang kemarin sempat dia datangi dengan Yoojin. Bersyukur anak itu bilang sebelum berangkat tadi bahwa dia ada les jadi pulang sedikit sore. Begitu memasuki toko tersebut, Naeun disambut dengan hangat.

   "Permisi, apakah aku bisa bertanya sesuatu?" tanyanya dengan perasaan gugup. Naeun takut jika satu-satunya harapan yang dia punya pada toko kue ini hanyalah halusinasinya belaka.

   "Ya, boleh."

   "Bisakah kau mengecek rekaman CCTV  kemarin pada pukul tiga sore?
Aku mohon, aku sangat membutuhkan rekaman itu."

   "Maaf sebelumnya, memangnya ada urusan apa anda dengan rekaman CCTV kami?"

   "Aku difitnah jalan bersama ayah mantan pacarku, padahal kemarin aku hanya mampir ke toko ini dengan Yoojin dan setelah itu pulang. Padahal hubungan kami sudah jalan selama lima tahun, tetapi dia lebih percaya pada perempuan yang baru dia kenal beberapa bulan saja. Aku mohon?"

   "Baiklah. Mari ikut saya!"

Perempuan itu menyuruh salah satu pekerja disana untuk menggantikan dirinya sebentar dan pergi ke ruang pengawas. Di sana ada salah satu pengawas yang sedang menikmati makan siangnya.

   "Permisi pak!"

   "Oh, mbak Yuna. Mari!"

   "Pak, saya minta tolong. Putarkan rekaman CCTV kemarin pada jam tiga sore ya?"

   "Baik mbak."

Naeun lantas menatap satu persatu rekaman itu hingga akhirnya dia menemukan sesuatu yang dirinya cari.

    "Berhenti pak! Bisakah bapak menyalin rekaman ini pada saya?" tanya Naeun dengan antusias. Dia menunjuk ada rekaman dimana ada satu pasangan yang sedang memilih-milih kue.

   "Baik mbak."

Setelah mendapatkan bukti dan membeli kue untuk Yoojin, Naeun pulang dengan raut wajah senang. Akhirnya dia memiliki bukti atas tuduhan palsunya itu. Bahkan direkaman itu terlihat jelas wajah kedua pelaku yang membuatnya menjadi dalam masalah.

Setibanya di rumah, ternyata Yoojin belum pulang. Padahal ini sudah mendekati sore, Naeun membuka pintu dan berjalan menuju dapur. Dia meletakan kue ke dalam kulkas dan berjalan menuju kamar.

Di kamar, dia menonton ulang video tersebut. Dirinya baru sadar bahwa perempuan yang jalan dengan ayah Janghyun adalah Mitsuki itu sendiri. Jadi, dia mencoba membuat keluarga Janghyun rusak dan merayu Janghyun juga?

Naeun mengambil ponsel dan segera mengirim pesan pada base kampus dan meminta izin untuk mengupload video yang dia jadikan sebagai bukti.

Untungnya admin base tersebut mau dan mulai menguploadnya. Captionnya juga sesuai dengan apa yang Naeun inginkan. Selang beberapa menit, banyak sekali yang mengomentari postingan tersebut.

Tidak sedikit yang terkejut, tetapi tidak banyak yang peduli.

Tiba-tiba Naeun mendapatkan telepon dari Janghyun, ketika akan menjawab tiba-tiba saja Yoojin berteriak memanggil Naeun. Gadis itu lantas meninggalkan ponselnya dan berlari ke arah Yoojin.

   "Bantu aku kerjakan tugas, sebelum itu siapkan air hangat untukku."

   "Baik."

Naeun bergegas naik ke atas kamar Yoojin, sementara dia bergerak menuju kamar yang ditempati gadis tersebut. Panggilan dari Janghyun masuk lagi, kali ini si kecil Yoojinlah yang menjawabnya.

   "Halo Naeun, katakan padaku bahwa kau yang menguoad video itu?"

   "Kau itu pria yang licik. Berhenti mengganggu kak Naeun. Kau sudah membuatnya sakit hati dan masih berani untuk mengabarinya?"

   "Siapa kau? Apakah itu Yoojin? Tolong berikan ponselnya pada Naeun. Aku ingin bicara dengannya, aku harus minta maaf karena menuduhnya dan tidak mau mendengarkan penjelasannya."

   "Salahmu sendiri. Jangan mengganggu dia atau kau tahu sendiri akibatnya."

   "Hei, kau-"

Yoojin mematikan panggilannya dan menatap laptop Naeun yang masih menyala.

   "Jadi dia sudah menemukan buktinya? Yah, permainan kedua akan dimulai."

Pria berusia enam belas tahun itu menyeringai, menatap tajam pada laptop Naeun.

Malamnya, Naeun nampak sibuk dengan tugas Yoojin. Dia berada dikamar anak itu, sementara dia asik berbaring di atas kasur dengan ponselnya.

Tiba-tiba bel rumah Yoojin terdengar. Naeun hendak berdiri, bermaksud mau membuka pintu. Namun, Yoojin melarangnya dan membiarkan saja. Lagipula siapa yang bertamu di jam sepuluh malam?

   "Biarkan saja. Papa bilang jangan menerima tamu di atas jam sepuluh. Tidak sopan."

Naeun mengangguk paham dan lanjut membuat tugas. Kebetulan saat itu ponsel gadis tersebut dia tinggalkan dikamarnya.

Banyak sekali panggilan tak terjawab dari Janghyun dan juga beberapa sms permintaan maaf. Yoojin tahu, Naeun akan memaafkan Janghyun, tetapi untuk kembali seperti semula tentu saja gadis itu tak akan mau. Sudah cukup dia sakit hati.

Saat Naeun hendak beranjak, Yoojin lagi-lagi menghentikannya.

   "Mau kemana?"

   "Aku haus."

   "Tunggulah disini!"

Yoojin bergegas berjalan menuju dapur, sebelum itu dia mengintip dari balik jendela apakah pengganggu itu masih ada?

Ternyata depan rumahnya sudah kosong, dia tersenyum simpul dan berjalan menuju dapur. Setelah menuangkan air putih pada gelas, dia juga memberikan sebutir obat yang entah obat apa pada minuman Naeun.

Setelah obat itu tercampur dengan air, dia kembali ke kamar dan memberikannya pada Naeun. Gadis itu meneguk habis minum tersebut dan merasa segar lagi.

   "Airnya sedikit aneh rasanya, tetapi hausku jadi hilang. Terima kasih!" ucapnya dengan tersenyum manis pada Yoojin.

Yoojin tersenyum, menatap punggung Naeun dan menunggu reaksi apa yang akan gadis itu keluarkan. Menit berikutnya, Naeun mulai mengipas-kipasi tubuhnya menggunakan tangan.

   "Yoojin, bisakah kau nyalakan AC-nya?"

Yoojin lantas menatap AC yang ternyata sudah menyala itu.

   "AC menyala sejak tadi."

   "Benarkah? Lalu mengapa panas begini?"

Yoojin tak membalas ucapan Naeun dan hanya memperhatikan gadis didepannya itu.

   "Mari kita lihat. Apakah kau bisa menahan diri dari rasa nafsu yang tinggi?"

Naeun semakin menjadi, dia mengambil buku Yoojin dan mengipasi tubuhnya.

    "Ada yang aneh dengan tubuhku. Aku tiba-tiba merasa badanku memanas dan dan ... Tidak mungkin jika aku menginginkannya?"

Naeun rasanya ingin melepas pakaiannya dan berdiri dudepan kipas angin. Menit berikutnya, Naeun seperti orang yang kehilangan akal. Dia tanpa sadar meremas payudaranya dan mengeluarkan suara desah, membuat Yoojin tersenyum puas.

   "Kak Naeun? Yoojin dengan sengaja memanggil gadis itu disaat dia benar-benar tersiksa sekarang.

Naeun menatap Yoojin dengan tatapan sayu, sementara yang ditatap hanya tersenyum mencurigakan.

   "Mau ku bantu?"

Bersambung...

Tenang gaes tenang...
Yoojin masih bocah, berani banget nih. Ternyata susah ye berurusan sama orang yang terobsesi sama kita awokawok

Tidak lupa saya mengetik "KOMEN WOE"

The Babysitter-Yoojin (Lookism)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang