Transmigrasi Jiana | 06 ✓

1.5K 167 5
                                    

Part ini pendek sih, cuma 710 kata, lain kali bakalan lebih panjang ya?💘

Happy Reading!

°°°°°

Setelah lama terdiam, lelaki itu mengeluarkan suaranya untuk memecah keheningan, juga kecanggungan di antara mereka.

"Emm, k-kalo boleh nama lo siapa?" Tanya lelaki itu dengan wajah datar namun tersirat sedikit kelembutan pada nadanya.

Jiana menunjuk dirinya sendiri. "Jia?" Ujar Jiana berubah menjadi lebih polos. Ingat! Dirinya sekarang ini, akan menjadi polos jika berhadapan dengan orang lain kecuali sistem.

Lelaki itu mengangguk. "Hm."

Jiana menatap lelaki itu polos, namun dalam hati ia berteriak kegirangan. Ingin sekali dirinya meloncat-loncat saking senangnya. "Nama Jia itu Jianara, kakak ganteng boleh panggil Jia, Jia." Ujar Jiana dengan nada menggemaskan.

Lelaki itu terkekeh gemas. Ia mengacak surai gadis itu. Wajah Jiana memerah malu, bibirnya berkedut menahan senyum, ia harus tahan demi kesuksesan aktingnya ini.

Menyadari tindakannya, lelaki itu tersenyum kikuk. Ia melepaskan tangannya pada kepala gadis itu. Melihat itu, Jiana dengan segera kembali menarik lengan kekar lelaki itu dan memegang jari telunjuknya. Ia mengayunkan kedua tangan mereka.

"Kakak ganteng, jalan-jalan sama Jia yuk!" Seru Jiana tersenyum polos.

Wajah lelaki itu memerah. "Ekhem, hm. Ayo jalan." Ujarnya gugup membuat Jiana senang bukan main. Bukan dengan nada gugup lelaki itu akan tetapi dengan jawabannya.

"Asik! Jalan ama cogan!!!" Pekik Jiana dalam hati.

"[Tuan]" Panggil sistem yang sedari tadi menyaksikan interaksi keduanya.

"Apa?!" Balas Jiana ngegas.

"[Santuy, tuan. Ngomong-ngomong saya mau nanya, kok bisa, anda bertemu dengan antagonis pria]" Tanya sistem bingung.

Mata Jiana terbelalak sempurna mendengar ucapan sistem barusan. "H-hah? A-antagonis pria? K-kok?" Ujar Jiana terkejut.

Sistem mengernyit heran. "[Anda tidak tahu kalau dia antagonis prianya, tuan? Bukankah saya sudah memberi tahu alur ceritanya? Dan nama-nama semua tokoh di dalam cerita ini?]"

"Iya, gue tau. Tapi, gue nggak nyangka bisa ketemu ama antagonisnya, anjir. Alurnya dah mulai belum, tem? Keknya alurnya melenceng jauh deh, kan, lo bilang gue ini cuman figuran tanpa peran, otomatis gue nggak pernah muncul di dalem novel apalagi pake ngomong ama tokohnya sendiri." Ujar Jiana.

"[Benar, tuan. Alur novelnya sudah melenceng jauh. Terkait dengan alur, alur novel belum di mulai, tuan. Alurnya di mulai 3 Minggu lagi. Dan, tugas anda adalah mengacaukan seluruh alur di novel ini]" Ujar sistem.

"Oh tenang tem. Selow, kalo masalah ngacauin alur, itu udah emang tujuan gue dari awal. Gue mau rebut semua yang di milikin sama si Amaranjing! Kesel gue sama protagonis ceweknya, kata lo dia cantik, tapi, sayang menye-menye!" Ujar Jiana menggebu-gebu.

"[Bukankah sekarang anda menjalankan drama menjadi polos, tuan. Kalau begitu anda juga akan sama menye-menye nya dengan Amara]" Ujar sistem.

"Y-ya.. kok lo belain dia sih! Yang tuan lo itu, Amara atau gue, hah?!" Ujar Jiana tidak mau kalah.

Sistem berucap lirih. "[Anda, tuan]"

"HEY!!" Panggil lelaki itu yang ke lima kali mungkin. Ia bingung sekaligus ada sedikit rasa khawatir melihat gadis di depannya yang tengah termenung dengan ekspresi yang berbeda-beda.

Jiana tersadar, ia menyengir lebar menatap lelaki itu. "Hehe, maaf kak. Jia tadi ngelamun."

"Ngelamunin apa, hm?"

Jiana menggeleng polos, walaupun dalam hati, ia menahan senyumnya. "Nggak apa-apa, kok. Oh iya, nama kakak ganteng siapa?" Tanya Jiana.

Lelaki itu tersenyum tipis. "Nathaniel Rothschild Brasserie. Panggil aja terserah kamu." Ujar Nathan mengubah kosakata nya menjadi aku-kamu.

Jiana ingin sekali melakukan kuyang saat ini juga, tapi ia harus tetap terlihat polos saat ini. "Jia panggil Kak Niel ya?" Ujar Jiana mengerjap lucu membuat Nathan gemas melihat nya.

"Iya, sayang. Tapi, jangan pakai kak, oke. Panggil Niel aja, hm?" Ujar Nathan tersenyum lembut.

Cukup! Jiana tidak bisa menahannya. Ia memang lemah kalau urusannya dengan cogan. "Iya, N-niel." Ujar Jiana malu-malu kucing.

"B-bentar, dulu. Niel bisa nggak, tutup telinga, sama hadep belakang?" Pinta Jiana.

Nathan mengerutkan keningnya. "Kenapa?"

Jiana menggeleng. "Nggak, ada. Pokoknya tutup matanya." Jiana melotot kecil, sukses membuat Nathan gemas, ia mencubit pipi gembul Jiana. Lalu, ia menutup matanya dan menghadap ke belakang.

Seketika, Jiana langsung berteriak heboh. Dan berjingkrak kesenangan. "HUWAAA!! MOMMY, ANAKMU BAPER!" Seru Jiana.

°°°°°







This is my first story, so sorry if the story is not connected or there are many mistakes in writing!

Thank you for reading!

If you like it, don't forget to vote, comment, and share this story with your friends who like to read Wattpad.

Jangan lupa follow akun IG :
@lia_liany001

Wattpad :
aa_lia531

Rabu, 15 Juni 2022

-Mataram, pukul 21.23

Transmigrasi Jiana [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang