IX: Let me help you

70 10 1
                                    

"Ughh..." Ailsa mengerang merasakan tubuhnya begitu pegal dan kaku, iapun mengerjapkan matanya beberapa kali ketika aroma lezat dan hangat tercium di sekitar indra penciumanya yang mana membuat kesadaranya kembali secara penuh. "Astaga apa yang terjadi?" Tanyanya pada diri sendiri ketika ia melihat tangan dan kakinya penuh lilitan perban, bahkan pakaiannyapun telah bergantu dengan sesuatu yang lebih hangat dan nyaman.

Satu-satunya hal terakhir yang ia ingat sebelum tertidur adalah mantra milik Hades yang mengelilinginya.

Kalau begitu apakah sekarang aku berada di tempat persembunyian Xaviero? Tanyanya mengira-ngira dalam hati.

Perapian yang hangat, kasur yang empuk, serta kamar yang tidak terlalu besar namun nyaman bukankah ini terlalu mewah untuk seorang dalam pelarianya? Warga Ilyhtiapun tidak akan berbaik hati menampung dirinya dengan status yang dimilikinya sekarang ke dalam rumah mereka, terlalu beresiko.

Tapi bila memang Xaviero yang menyelamatkan maka tidak ada yang tidak mungkin-

Kriettt

Seseorang membuka pintu kamarnya, tanpa bisa di tahan lagi senyum Ailsa merekah sempurnah. "Xaverio kenapa kau men-"Suara Ailsa yang sebelumnya sangat bersemangat kini tercekat di dalam tenggorokannya, ia terlalu mengharapkan sesuatu yang memang mustahil untuk menjadi nyata.

"Hai.." sapa sosok tersebut berjalan masuk dengan wajah kikuknya. "Kau sudah sadar rupanya."

Seorang gadis dengan rambut yang hanya sebatas bahu berjalan mendekati Ailsa dengan senyuman manis yang bertengger di wajahnya. "Minumlah selagi hangat." Ujarnya kemudian menyerahkan segelas teh hangat.

Hades, sial bagaimana bisa aku dengan mudah mempercayai perkataanya hah...

"Trimakasih." Balas Ailsa kemudian menenggaknya tanpa keraguan sedikitpun.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya gadis itu dengan suaranya yang lembut membuat tingkat kewaspadaan Ailsa menjadi sedikit menurun. "Sepertinya kau kecewa ya melihat aku yang memasuki kamar, apa kau sedang mencari seseorang?"

"Ah tidak bukan seperti itu." Rasa tak enak menyelmuti hatinya, "aku hanya sedang bingung, apa yang terjadi."

"Aku menemukanmu tergeletak di perbatasan hutan valster, tidak banyak orang yang mendekati hutan tersebut karena keangkerannya tapi yah aku menemukanmu disitu dan membawamu pulang."

Pandangan Ailsa meredup, "begitu ya rupanya  ah-" rasa ngilu menyengat tubuhnya, lebih tepatnya bahu kananya.

"Hati-hati!" Gadis itu segera mengambil gelas dari tangan Ailsa, "lukamu cukup parah, tulang bahumu sepertinya retak tapi beruntung kakaku dapat mengobatinya dan beberapa luka lebam serta goresanpun juga telah aku sterilkan." Tatapnya penuh prihatin, "sebenarnya apa yang terjadi padamu? Kau cukup hebat tau dapat bertahan dengan luka sebanyak itu."

"Aku... tidak tau." Tapi apa iya bahuku retak? Sebelum ini aku tidak merasakan sakit apapun

"Begitu ya, tidak papa aku tau kau pasti masih belum mempercayaiku."

Terjadi keheningan selema beberapa detik dan seketika itu menyadarkan  Ailsa betapa tidak sopannya dirinya pada orang yang telah menyelamatkannya. "Maaf aku tidak bermaksut kasar padamu sejak awal dan tentunya terimakasih telah menolongku. Namaku Ailsa, boleh aku tau namamu?"

"Astaga tentu saja seharusnya aku langsung memperkenalkan diri ketika menyapamu." Ujar gadis itu menepuk jidatnya, "aku Celia Corlex kau bisa memanggilku Celia dan kakaku bernama Nolan Corlex kau pasti akan bertemu dengannya nanti."

The Fallen KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang